BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Manusia
adalah mahluk social dan memerlukan hubungan dengan orang lain .dengan cara
komunikasilah manusia bisa berhubungan dengan orang lain.komunikasi dapat
dilakukan secara lisan dan tertulis,tanda-tanda,lambang-lambang.komunikasi
dilakukan baik secara tradisional maupun modern dengan alat – alatnya pun mulai
dari yang paling sederhana sampai yang mutakhir dan canggih.
Unsur – unsur komunikasi terdiri dari sumber,
komunikator,pesan,channel(saluran),
komunikan
dan efek (hasil). Sumber berupa lembaga, personal dan nonlembaga/nonpersonal.
Komunikator (pengiriman pesan). Dalam proses komunikasi, komunikator dapat
menjadi komunikan dan sebaliknya. Dijelaskan pula factor – factor yang harus
diperhatikan komunikator.pesanmempunyai inti pesan (tema) yang menjadi pengarah
dalam mempengaruhi orang lain dan mencoba mengubah sikap dan tingkah laku
komunikasi.
Perkembangan komunikasi menberi dampak social
terhadap masyarakat. Komunikasi mempengaruhi perubahan prilaku, cara hidup,
hidup bermasyarakat, dan nilai – nilai yang ada.perubahan ini
tampaknya sejalan dengan perkembangan teknologi itu sendiri.
Dalam
perilaku manusia komunikasi merupakan proses khusus dan bermakna karena dapat
menyatukan pemahaman anatar personal. Pada proses keperawatan komunikasi
menjadi sangat penting karena merupakan metode utama dalam memberikan asuhan
keperawatan.
Dalam memberikan asuhan keperawatan seorang perawat
harus berkomunikasi dengan pasiennya agar pasien mengerti apa asuhan yang akan
diberikan perawat kepada pasien tersebut. Tidak hanya dalam konteks keperawatan
saja komunikasi itu penting tetapi dalam konteks lain juga komunikasi sangat
diperlukan untuk menyampaikan berita atau pesan yang akan disampaikan.
1.2
Rumusan Masalah
Bagaimana konsep dasar komunikasi itu ?
1.3
Tujuan
Makalah
ini di buat dengan tujuan agar
mahasiswa, tenaga kesehatan atau tenaga medis dapat memahami konsep dasar
komunikasi.
1.4
Manfaat
Makalah
ini di buat oleh kami agar kami memahami dan mengaplikasikan langsung dalam
proses keperawatan hususnya tentang konsep dasar komunikasi.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1
Definisi komunikasi.
Secara harafiah, komunikasi berasal
dari Bahasa Latin: COMMUNIS yang berarti keadaan yang biasa, membagi. Dengan
kata lain, komunikasi adalah sutu proses di dalam upaya membangun saling
pengertian. Dalam suatu organisasi biasanya selalu menekankan bagaimana
pentingnya sebuah komunikasi antar anggota organisasi untuk menekan segala
kemungkinan kesalahpahaman yang bisa saja terjadi. Komunikasi
juga merupakan suatu seni untuk dapat menyusun dan menghantarkan suatu pesan
dengan cara yang gampang sehingga oranglain dapat mengerti dan menerima.
Berikut ini adalah definisi serta penjelasan mengenai
komunikasi menurut beberapa ahli:
# TAPPEN
Tappen
(1995) mendefinisikan komunikasi sebagai suatu pertukaran pikiran, perasaan,
pendapat, dan pemberian nasihat yang terjadi antara dua orang atau lebih yang
bekerja sama.
# PALO ALTO
# PALO ALTO
Ketika dua orang sedang bersama, mereka berkomunikasi secara
terus menerus karena mereka tidak dapat berperilaku. PALO ALTO sangat percaya
bahwa seseorang tidak dapat tidak berkomunikasi
# HIMSTREET & BATY
# HIMSTREET & BATY
Komunikasi adalah suatu proses pertukaran informasi antar
individu melalui suatu sistem yang biasa (lazim), baik dengan simbol-simbol,
sinyak-sinyal, maupun perilaku atau tindakan
# BOVEE
# BOVEE
Komunikasi adalah suatu proses pengiriman dan penerimaan
pesan
# LASWELL
Komunikasi adalah proses yang menggambarkan siapa mengatakn
apa dengan cara apa, kepada siapa dengan efek apa
# CARL I.
HOVLAND
Komunikasi adalah proses dimana seseorang individu atau
komunikator mengoperkan stimulan biasanya dengan lambang-lambang bahasa (verbal
maupun non verbal) untuk mengubah tingkah laku orang lain
# THEODORSON
& THEDORSON
Komunikasi adalah penyebaran informasi, ide-ide sebagai sikap
atau emosi dari seseorang kepada orang lain terutama melalui simbol-simbol
# EDWIN
EMERY
Komunikasi adalah seni menyampaikan informasi, ide dan sikap
seseorang kepada orang lain
# DELTON E, Mc FARLAND
# DELTON E, Mc FARLAND
Komunikasi adalah suatu proses interaksi yang mempunyai arti
antara sesama manusia
# WILLIAM ALBIG
# WILLIAM ALBIG
Komunikasi adalah proses sosial, dalam arti pelemparan
pesan/lambang yang mana mau tidak mau akan menumbuhkan pengaruh pada semua
proses dan berakibat pada bentuk perilaku manusia dan adat kebiasaan
# CHARLES H.
COOLEY
Komuniksi berarti suatu mekanisme hubungan antar manusia
dilakukan dengan mengartikan simbol secara lisan dan membacanya melalui ruang
dan menyimpan dalam waktu
# A. WINNET
# A. WINNET
Komunikasi merupakan proses pengalihan suatu maksud dari
sumber kepada penerima, proses tersebut merupakan suatu seri aktivitas,
rangkaian atau tahap-tahap yang memudahkan peralihan maksud tersebut
# KARFRIED
KNAPP
Komunikasi merupakan interaksi antar pribadi yang menggunakan
sistem simbol linguistik, seperti sistem simbol verbal (kata-kata) dan non
verbal. Sistem ini dapat disosialisasikan secara langsung / tatap muka atau
melalui media lain (tulisan, oral, dan visual)
2.2
Tujuan komunikasi
Menurut Riant Nugroho (2004:72) tujuan komunikasi
adalah menciptakan pemahaman bersama atau mengubah persepsi, bahkan perilaku.
Sedangkan menurut Katz an Robert Kahn yang merupakan hal utama dari komunikasi
adalah pertukaran informasi dan penyampaian makna suatu system social atau
organisasi. Akan tetapi komunikasi tidak hanya menyampaikan informasi atau
pesan saja, tetapi komunikasi dilakukan seorang dengan pihak lainnya dalam
upaya membentuk suatu makna serta mengemban harapan-harapannya (Rosadi Ruslan,
2003:83). Dengan demikian komunikasi mempunyai peranan yang sangat penting
dalam menentukan betapa efektifnya orang-orang bekerja sama dan
mengkoordinasikan usaha-usaha untuk mencapai tujuan.
Pada
umumnya tujuan komunikasi tujuan anatara lain, yaitu:
1. Supaya
yang kita sampaikan dapat mengerti, sebagai komunikator kita harus menjelaskan
kepada komunikan (penerima) dengan sebaik-baiknya dan tuntas sehingga mereka
dapat mengerti dan mengakui apa yang kita maksud.
2. Memahami
orang lain. Kita sebagai komunikator harus mengerti benar aspirasi masyarakat
tentang apa yang diinginkan kemauannya.
3. Supaya
gagasan dapat diterima orang lain. Kita berusaha agar gagasan kita dapat
diterima orang lain dengan pendekatan persuasive bukan memaksakan kehendak.
4. Menggerakkan
orang lain untuk melakukan sesuatu, menggerakan sesuatu itu dapat
bermacam-macam, mungkin berupa kegiatan. Kegiatan dimaksud di sini adalah
kegiatan yang lebih banyak mendorong, namun yang penting harus diingat adalah
bagaimana cara baik untuk melakukan (Widjaja, 200:66-67).
Selanjutnya
tujuan dari komunikasi adalah seperti yang dikemukakan oleh Dan B. Curtis dalam
buku Komunikasi Bisnis Profesional sebagai berikut :
1. Memberikan
informasi, kepada para klien, kolega, bawahan dan penyelia (supervisor)
Diberi informasi, karena perilaku diberi informasi merupakan bentuk interaksi komunikasi. Orang atau masyarakat cenderung merasa lebih baik diberi informasi yang diperlukannya atau yang akan diberi jalan masuk menuju informasi tersebut yang merupakan bagian dari keadaan percaya dan rasa aman.
Diberi informasi, karena perilaku diberi informasi merupakan bentuk interaksi komunikasi. Orang atau masyarakat cenderung merasa lebih baik diberi informasi yang diperlukannya atau yang akan diberi jalan masuk menuju informasi tersebut yang merupakan bagian dari keadaan percaya dan rasa aman.
2. Menolong
orang lain, memberikan nasihat kepada orang lain, ataupun berusaha memotivasi
orang lain dalam mencapai tujuan.
3. Menyelesaikan
masalah dan membuat keputusan, karena semakin tinggi kedudukan/status seseorang
maka semakin penting meminta orang lain untuk keahlian teknis sehingga dalam
menyelesaikan masalah/membuat keputusan tersebut harus ada komunikasi untuk
meminta data sebagai bahan pertimbangan.
4.
Mengevaluasi perilaku secara efektif, yaitu suatu penilaian untuk mengetahui
hal-hal yang akan mereka lakukan setelah menerima massege. (1992 : 9)
Sementara
itu menurut Onong Uchjana Effendi dalam buku Dimensi – dimensi Komunikasi
tujuan komunikasi adalah sebagai berikut :
1. Perubahan
Sosial dan partisipasi sosial. Memberikan berbagai informasi pada masyarakat
tujuan akhirnya supaya masyarakat mau mendukung dan ikut serta terhadap tujuan
informasi itu disampaikan. Misalnya supaya masyarakat ikut serta dalam pilihan
suara pada pemilu atau ikut serta dalam berperilaku sehat, dan sebagainya.
2.
Perubahan Sikap. Kegiatan memberikan berbagai informasi pada masyarakat dengan
tujuan supaya masyarakat akan berubah sikapnya. Misalnya kegiatan memberikan
informasi mengenai hidup sehat tujuannya adalah supaya masyarakat mengikuti
pola hidup sehat dan sikap masyarakat akan positif terhadap pola hidup sehat.
3.
Perubahan pendapat. Memberikan berbagai informasi pada masyarakat tujuan
akhirnya supaya masyarakat mau berubah pendapat dan persepsinya terhadap tujuan
informasi itu disampaikan, misalnya dalam informasi mengenai pemilu. Terutama
informasi mengenai kebijakan pemerinatah yang biasanya selalu mendapat
tantangan dari masyarakat maka harus disertai penyampaian informasi yang
lengkap supaya pendapat masyarakat dapat terbentuk untuk mendukung kebijakan
tersebut.
4.
Perubahan perilaku. Kegiatan memberikan berbagai informasi pada masyarakat
dengan tujuan supaya masyarakat akan berubah perilakunya. Misalnya kegiatan
memberikan informasi mengenai hidup sehat tujuannya adalah supaya masyarakat
mengikuti pola hidup sehat dan perilaku masyarakat akan positif terhadap pola
hidup sehat atau mengikuti perilaku hidup sehat.
2.3 Fungsi komunikasi
FUNGSI-FUNGSI
KOMUNIKASI MENURUT PAKAR KOMUNIKASI
Menurut
Thomas M. Scheidel
Kita
berkomunikasi terutama untuk menyatakan dan mendukung identitas-diri, untuk
membangun kontak social dengan orang di sekitar kita, dan untuk mempengaruhi
orang lain untuk merasa, berpikir, atau berperilaku seperti yang kita inginkan
Menurut
Gordon I. Zimmerman et al
Tujuan
komunikasi dibagi menjadi dua kategori. Pertama, kita berkomunikasi
untuk menyelesaikan tugas-tugas yang penting bagi kebutuhan kita – untuk
memberi makan dan pakaian kepada diri-sendiri, memuaskan kepenasaran kita akan
lingkungan, dan menikmati hidup. Kedua, kita berkomunikasi untuk
menciptakan dan memupuk hubungan dengan orang lain
Menurut
Rudolf F. Verderber
Komunikasi
mempunyai dua fungsi. Pertama, fungsi social, yakni untuk tujuan
kesenangan, untuk menunjukan ikatan dengan orang lain, membangun dan memelihara
hubungan. Kedua, fungsi pengambilan keputusan, yakni memutuskan untuk
melakukan atau tidak melakukan sesuatu pada saat tertent, seperti: apa yang
akan kita makan pagi hari, apakah kita akan kuliah atau tidak, bagaimana
belajar menghadapi tes.
Menurut
Judy C. Pearson dan Paul E. Nelson
Komunikasi
mempunyai dua fungsi umum. Pertama, untuk kelangsungan hidup
diri-sendiri yang meliputi: keselamatan fisik, meningkatkan kesadaran pribadi,
menampilkan diri kita sendiri kepada orang lain dan mencapai ambisi
pribadi.Kedua, untuk kelangsungan hidup masyarakat, tepatnya untuk
memperbaiki hubungan sosial dan mengembangkan keberadaan suatu masyarakat.
Menurut
William I.Gordon
Komunikasi
mempunyai empat fungsi menurut kerangka yang dikemukakan, yakni:
Komunikasi
sosial
Fungsi
komunikasi sebagai komunikasi sosial setidaknya mengisyaratkan bahwa komunikasi
penting untuk membangun konsep diri kita, aktualisasi-diri, untuk kelangsungan
hidup, untuk memperoleh kebahagiaan, terhindar dari tekanan dan ketegangan,
antara lain lewat komunikasi yang menghibur, dan memupuk hubungan dengan orang
lain.
Komunikasi
ekspresif
Komunikasi
ekspresif tidak otomatis bertujuan mempengaruhi orang lain, namun dapat
dilakukan sejauh komunikasi tersebut menjadi instrument untuk menyampaikan
perasaan-perasaan (emosi) kita.
Komunikasi
ritual
Komunikasi
rutual bertujuan untuk komitmen mereka kepada tradisi keluarga, komunitas,
suku, bangsa, negara, ideology, atau agama mereka.
Komunikasi
instrumental
Komunikasi
instrumental mempunyai beberapa tujuan umum: menginformasikan, mengajak, mengubah
sikap dan keyakinan, dan mengubah perilaku atau menggerakan tindakan, dan juga
menghibur.
2.4 Tingkatan komunikasi.
Menurut Denis McQuail (1987) secara umum kegiatan komunikasi
dalam masyarakat dapat berlangsung dalam 6 tingkatan, yaitu
1) Komunikasi intrapribadi, yaitu proses
komunikasi yang terjadi dalam diri seseorang, berupa proses pengolahan
informasi melalui panca indera dan sistem syaraf.
2) Komunikasi antar pribadi, yaitu kegiatan komunikasi
yang dilakukan secara langsung antara seseorang dengan orang lain. Corak
komunikasinya lebih bersifat pribadi dalam arti pesan atau informasi yang
disampaikan hanya ditujukan untuk kepentingan pribadi para pelaku komunikasi.
Misalnya: pembicaraan tatap muka di antara dua orang, surat menyurat pribadi, percakapan
melalui telepon dll.
3) Komunikasi dalam kelompok, yaitu kegiatan
komunikasi yang berlangsung diantara anggota suatu kelompok. Pada tingkatan
ini, tiap individu yang terlibat masing-masing berkomunikasi sesuai dengan
peran dan kedudukannya dalam kelompok. Pesan yang dikomunikasikan menyangkut
kepentingan semua anggota kelompok, bukan bersifat pribadi. Misal:
ngobrol-ngobrol dalam keluarga antara bapak, ibu dan anak-anaknya, diskusi
diantara warga kelompok karang taruna, kegiatan belajar mengajar.
4) Komunikasi antar
kelompok/asosiasi, yaitu kegiatan komunikasi yang berlangsung antara suatu
kelompok dengan kelompok lainnya, atau antara suatu asosiasi dengan asosiasi
lainnya. Misalnya: pertemuan antara pengurus Karang Taruna esa A dengan Karang
Taruna Desa B, atau pertemuan antara pengurus ISKI dengan ISEI.
5) Komunikasi organisasi, yaitu kegiatan komunikasi
dalam suatu organisasi dan komunikasi antar organisasi. Contoh: Rapat atau
pertemuan antara Menteri Dalam Negeri, Menteri Agama, Menteri Pendidikan
Nasional dan Menteri Sosial termasuk contoh komunikasi organisasi. Komunikasi
organisasi bersifat formal dan mengutamakan prinsip-prinsip efisiensi dalam
melakukan komunikasi.
6) Komunikasi dengan masyarakat luas. Pada tingkatan ini
kegiatan komunikasi ditujukan kepada masyarakat secara luas. Ada dua cara,
yaitu: 1) komunikasi massa yaitu komunikasi yang dilakukan melalui media massa
seperti radio, TV, majalah, surat kabar; 2) langsung tanpa melalui media massa,
misalnya ceramah atau pidato di lapangan terbuka. Sifat isi pesan komunikasi
yang disampaikan menyangkut kepentingan orang banyak, tidak bersifat pribadi.
Proses penyampaian pesan melalui media massa berlangsung cepat dan mampu
menjangkau wilayah geografi yang sangat luas (tidak terbatas). Contoh
komunikasi massa adalah forum dialog dengan Menteri Dalam Negeri, Menteri Agama
dan Menteri Pendidikan Nasional melalui TV.
Dalam litelatur yang lain disebutkan bahwa :
1.
Komunikasi Intrapersonal
Komunikasi
intrapersonal adalah komunikasi dengan diri sendiri berusaha mengenal diri
sendiri, dan segala konsep diri yang melingkupinya, menanyakan kepada diri
sendiri entang seala hal yang ingin dia ketahui terkait dengan keinginan,
kebutuhan dan lain-lain.
Misal
:
Menanyakan
pada diri sendiri apakah tujuan hidup sudah tercapai atau belum, apakah hal
yang direncanakan mampu dilaksanakan dengan baik.
2.
Komunikasi Interpersonal
Komunikasi
interpersonal adalah komunikasi dengan orang lain secara face to face maupun
dalam kelompok.
Syarat
komunikasi interpersonal yang baik :
-
Good Listener (pendengar yang baik)
-
Intonasi
-
Empati
Memperhatikan
respon emosi orang lain jangan terlalu banyak humor,jika lawan bicara sedang
sedih atau sebaliknya.
-
Humor
Menyegarkan
hubungan dengan sebuah suasana yang fresh dan tidak terkesan formal.
3.
Komunikasi Kelompok
Komunikasi
kelompok adalah komunikasi yang melibatkan lebih dari tiga orang dan biasanya
dalam bentuk diskusi dan saling mengenal.
4.
Komunikasi publik adalah proses komunikasi yang dilakukan dihadapan orang
banyak baik secara aktif maupun pasif.
Komunikasi
Organisasi
Komunikasi
organisasi adalah komunikasi yang terjadi didalam organisasi maupun antar
organisasi yang dapat bersifat formal maupun nonformal.
Komunikasi
Massa
Komunikasi
massa adalah menyampaikan informasi kepada beberapa orang disebuah situasi yang
sengaja diciptakan.
Syarat
:
1.
Positioning : menguasaiposisi dimana berdiri, kapan harus mendekat, kapan harus
membuat perubahan posisi di depan , di tengah, maupun di belakang.
2.
Volume
3.
Bahasa tubuh
4.
Motivasi : gunakan kata-kata atau bahasa yang inspiratif maupun yang
membangkitkan motivasi.
TINGKATAN
KOMUNIKASI
- Komunikasi Sepihak
Komunikasi
yang dilakukan oleh komunikator dengan menyampaikan pesan pada komunikan
agar bisa diterima, sementara komunikan tidak dapat menerimanya.
- Komunikasi Bersama
Komunikasi
dimana pihak-pihak yang terlibat dalam suatu komunikasi memanfaatkan pesan,
informasi, atau lambang yang ada.
- Komunikasi Semakna
Komunikasi
dimana pihak-pihak yang terlibat daam suatu komunikasi memanfaatkan pesan,
informasi, atau lambang yang ada sekaligus diantara mereka memberika arti atau
makna yang sama terhadap pesan, informasi atau lambang yang disampaikan oleh
komunikator.
- Komunikasi Berefek
Komunikasi
yang mempunyai target, yaitu target munculnya efek dari pesan yang disampaikan.
2.5 Komponen komunikasi
Terdapat
enam komponen komunikasi sebagai berikut:
1. Komunikator,
yaitu orang yang menyampaikan atau mengirim pesan
2. Komunikan,
yaitu orang yang menerima pesan
3. Pesan,
yaitu sesuatu yang disampaikan oleh pengirim kepada seseorang yang dituju
(penerima) dengan mamsud dan tujuan tertentu. Pesan yang disampaikan dapat
berupa verbal, tertulis, ataupun nonverbal.
4. Lingkungan,
yaitu tempat dimana komunikasi dilaksanakan. Lingkungan ini dapat berupa
lingkungan internal meliputi nilai-nilai, kepercayaan, temperamen, dan tingkat
stress pengirim pesan dan penerima pesan. Sedangkan lingkungan eksternal
meliputi keadaan cuaca, suhu, factor kekuasaan, dan waktu.
5. Media
pesan, yaitu alat atau sarana perantara yang digunakan oleh pengirim pesan
dengan tujuan agar pesan bisa sampai kepada penerima. Misalnya pendengaran,
penglihatan, sentuhan, media cetak, ataupun media elektronik.
6. Tingkat
pesan, yaitu tingkat pentingnya pesan, yang dapat berbentuk informasi, kata,
atau symbol lain.
Dengan mengenal komponen-komponen
pesan tersebut, seorang perawat diharapkan mampu menganalisis situasi dan
menentukan komponen mana yang harus diperhatikan dalam suatu kondisi dan
situasi. Dengan demikian, komunikasi yang dilakukan dapat mencapai tujuan yang
telah ditetapkan.
Sebagaimana
diungkapkan Ujang (2007:9), bahwa dalam perkembangan mutakhir, para pakar
komunikasi kontomporer yang tergabung dalam The United Aristotelian
Description of Communication membagi komponen komunikasi menjadi sepuluh
komponen (De Vito, dalam Fred E.Jandt 1998:26), yaitu :
1. Source (sumber)
adalah sumber atau individu yang menyampaikan pesan. Boleh jadi, sumber itu
adalah seseorang yang berbicara, menulis, menggambar, memberi isyarat atau
suatu organisasi komunikasi seperti sebuah redaksi surat kabar, penerbit,
stasiun televisi, atau studio film.\
2. Encoding (proses
penyandian) adalah proses penyandian atau pengalihan pesan dalam bentuk
lambang-lambang.
3. Message (pesan)
adalah pesan yang merupapakan seperangkat lambang-lambang yang bermakna yang
disampaikan sumber. lambang-lambang itu bisa bersifat verbal (kata-kata atau
tulisan) maupun nonverbal (gerak, gambar, isyarat, sikap).
4. Channel (saluran)
adalah saluran atau media yang digunakan oleh sumber dan penerima pesan dalam
berkomunikasi. Saluran yang digunakan bisa dua, tiga atau empat saluran secara
serentak. Misalnya, ketika berbicara atau mendengarkan, kita menggunakan
saluran suara, tetapi ketika memberi atau isyarat kita gunakan saluran visual.
Apabila kita mencium bau-bauan, menggunakan saluran olfaktori (saluran
penciuman). Tatkala kita slaing menyentuh, menggunakan saluran taktil. Saluran
bisa juga berupa media cetak, seperti surat kabar, majalah, atau media
elektronik, seperti televisi, radio, film dan internet.
5. Noise (hambatan)
adalah gangguan yang menerpa proses komunikasi yang dapat mengakibatkan
diterima atau tidaknya pesan pada diri komunikan. Gangguan ini bisa berupa
gangguan semantik (bahasa), psikologis (kejiwaan), sosiologis (status sosial),
antropologis (perbedaan etnis) atau ekologis (lingkungan).
6. Receiver (penerima)
adalah penerima pesan dari komunikator. Komunikan ini bisa sendiri atau
sekelompok orang, bahkan suatu komunitas tertentu, seperti kelompok pendengar
radio, penonton televisi, atau pembaca koran.
7. Decoding (proses
penerimaan) adalah proses penangkapan, pemahaman, dan penerimaan pesan oleh
komunikan dari komunikator. Proses decoding ini memerlukan kesiapan komunikan
untuk menerima pesan dalam kondisi apapun.
8. Receiver
response (tanggapan penerima) adalah tanggapan atau seperangkat reaksi
dari komunikan yang timbul setelah menerima pesan. Hal ini berkenaan dengan
reaksi spontanitas yang dirasakan oleh komunikan.
9. Feedback (umpan
balik) adalah umpan balik atau tanggapan dari komunikan kepada komunikator.
Umpan balik ini bisa berasal dari dalam diri atau dari luar. Efek komunikasi
adalah pengaruh yang terjadi pada diri komunikan. De Vito (19979:29)
mengatakan, bahwa pada setiap komunikasi selalu ada konsekuensi. Pertama,
memperoleh pengetahuan atau belajar bagaimana menganalisis, membuat sintesis
atau mengevaluasi sesuatu. Ini adalah efek kognitif. Kedua,
memperoleh sikap baru atau mengubah sikap, keyakinan, emosi, dan perasaan. Ini
disebut dampak efektif.Ketiga, memperoleh cara-cara bertindak baru seperti
cara melemparkan bola atau menulis feature, selain perilaku verbal dan
nonverbal yang baik. Inilah efekpsikomotorik.
10. Context (situasi
komunikasi) adalah situasi atau lingkungan yang mencakup rasa persahabatan atau
permusuhan, formal atau informal, serius atau snatai, dan sebagainya.
2.6
Media Komunikasi
Pengertian
Media yaitu orang, bahan, peralatan yang menciptakan kondisi
dimana seseorang dapat memperoleh pengetahuan, keterampilan dan perbuhan sikap.
Media komunikasi adalah suatu alat yang digunakan untuk
mempermudah dalam menyampaikan informasi dari seseorang kepada orang lain
dengan maksud tertentu.
Fungsi
1.
Mempermudah penyampaian pesan,
2.
Mengefektifkan penyampaian pesan,
3.
Memperjelas maksud dan tujuan
penyampaian pesan,
4.
Sebagai alat untuk membangkitkan
motivasi dalam mendengarkan suatu informasi.
Jenis
Media
Menurut sifatnya media
dapat di bagi:
1.
Media komunikasi audio, yaitu media
yang hanya dapat didengar saja, seperti radio, telepon, dll.
2.
Media komunikasi visual, yaitu media
yang hanya dapat dilihat saja, seperti koran, majalah, dll.
3.
Media komunikasi audio visual, yaitu
media yang dapat dilihat serta didengarkan dalam penyampaian informasinya,
seperti televisi, handphone 3G.
Menurut Sasarannya terdiri
dari
1.
Media komunikasi nirmassa, yaitu
media yang dalam penyampaian informasinya hanya ditujukan kepada sasaran
tunggal, contoh telepon,
2.
Media komunikasi massa, yaitu media
yang dalam penyampaian informasinya ditujukan kepada banyak orang/massa,
seperti majalah.
Tujuan
Media Komunikasi:
1.
Membantu promosi dalam meningkatkan
pemasaran produk,
2.
Meningkatkan kepercayaan pada
public/masyarakat,
3.
Meningkatkan citra baik perusahaan.
Kelebihan
dan kelemahan media komunikasi
Media
Komunikasi Audio
Kelebihan
:
1.
Murah dan Mudah Pengadaannya
2.
Mempunyai jangkauan luas
3.
Bentuk sederhana
4.
Mudah digunakan
5.
Dapat menyampaikan pesan secara
langsung
6.
Dapat mengembangkan daya imajinasi
7.
Alat perekam kaset mudah digunakan
Kelemahan
:
1.
Sering timbul gangguan
2.
Biaya pemasangan relative mahal
3.
Tidak menggambarkan suatu unsure
4.
Penyajian terikat pada jadwal
5.
Kecepatan penyampaian informasi
sudah tidak dapat dirubah
Media
Komunikasi Visual
Kelebihan:
1.
Biaya Murah
2.
Dapat memperjelas suatu masalah
3.
Dapat menimbulkan inspirasi dan
imajinasi
4.
Dapat menimbulkan suatu ide
5.
Alat dan pemeliharaannya sederhana
Kelemahan:
1.
Menimbulkan rasa bosan
2.
Hanya untuk indra penglihatan
3.
Tidak bergerak
4.
Memiliki rasa keterbatasan audien
5.
Keterikatan pada suatu ukuran
Media
Komunikasi Audio Visual
Kelebihan:
1.
Informasi dapat diterima sesuai dengan
kenyataan
2.
Dapat dimengerti hasil yang
sebenarnya
3.
Tidak membosankan
4.
Dapat menimbulkan penafsiran yang
berbeda
5.
Pesan yang disampaikan bisa secara
langsung
Kelemahan:
1.
Biaya relative mahal
2.
Kadang-kadang kejelasan suara kurang
dipahami
3.
Kadang-kadang terjadi gangguan
4.
Penyajian informasi terikat pada
jadwal
2.7
Model komunikasi
Terdapat
beberapa model yang dapat digunakan untuk menjelaskan bagaimana organisasi dan
orang berkomunikasi. Komunikasi dalam hal ini adalah sesuatu yang kompleks.
Model-model komunikasi diantaranya adalah sebagai berikut.
1. Komunikasi
tertulis
Komunikasi tertulis
adalah bagian yang terpenting dalam organisasi. Dalam mencapai kebutuhan
individu atau staf, setiap organisasi telah mengembangkan metode penulisan
dalam mengkomunikasikan pelaksanaan dan pengelolaan, misalnya publikasi
perusahaan, surat menyurat ke staf, pembayaran, dan jurnal. Manager harus
terlibat dlam komunikasi tertulis, khususnya kepada stafnya.
Asosiasi pendidikan
kesehatan di Amerika (1988), menyarankan untuk memperhatikan hal-hal berikut
dalam komunikasi tertulis dan memo pada suatu organisasi.
a. Mengetahui
apa yang ingin disampaikan sebelum memulai menulis
b. Menulis
nama orang dalam tulisan perlu dipertimbangkan dampaknya
c. Gunakan
kata aktif, karena akan mempunyai pengaruh yang baik
d. Gunakan
kata yang sederhana, familiar, spesifik, dan nyata
e. Gunakan
seminimal mungkin kata-kata yang tidak penting. Temukan cara yang baik untuk
menggambarkan inti tulisan sehingga orang lain mudah mengerti
f. Tulislah
kalimat dengan kurang dari 20 kata dan masukan satu ide dalam setiap kalimat.
Lalu, tuliskan kalimat yang penting dan jadikan isu utama
g. Berikan
pembaca sebuah petunjuk, konsistensi penggunaan istilah, dan pesan
h. Aturlah
isi tulisan secara sistematis
i.
Gunakan paragraph untuk mempermudah pembaca
j.
Focus komunikasi hatrus didefinisikan
secara jelas
2. Komunikasi
secara langsung atau verbal
Tujuan komunikasi
verbal adalah assertiveness. Perilaku
asertif (assertiveness) adalah suatu cara komunikasi yang memberikan
kesempatan bagi individu untuk mengekspresikan perasaannya secara langsung,
jujur, dan dengan cara yang sesuai tanpa menyinggung perasaan lawan bicara.
Manajer selalu
mengadakan komunikasi verbal kepada atasan dan bawahan baik secara formal
ataupun informal. Mereka juga melakukan komunikasi secara verbal pada pertemuan
formal, baik kepada individu dalam kelompok atau presentasi secara formal.
3. Komunikasi
nonverbal
Komunikasi nonverbal
adalah komunikasi dengan menggunakan ekspresi wajah, gerakan tubuh, dan sikap
tubuh atau body language. Menurut Arnold dan Boggs (1989), komunikasi
nonverbal meliputi komponen emosi terhadap pesan yang diterima atau
disampaikan. Oleh sebab itu, komunikasi nonverbal lebih mengandung arti yang
signifikan disbandingkan dengan komunikasi verbal. Akan tetapi, dapat menjadi
sesuatu yang membahayakan jika komunikasi nonverbal diartikan salah tanpa
adanya penjelasan penjelasan secara verbal.
Ada beberapa hal kunci
dalam komunikasi nonverbal yang dapat terjadi tanpa atau dengan komunikasi
nonverbal, yaitu:
a. Lingkungan:
tempat dimana komunikasi dilaksanakan merupakan bagian penting dalam proses
komunikasi;
b. Penampilan:
pemakaian pakaian, kosmetik, dan sesuatu yang menarik merupakan bagian dari
komunikasi nonverbal yang perlu diidentifikasi;
c. Kontak
mata: kontak mata bermakna kesediaan seseorang untuk berkomunikasi;
d. Postur
tubuh dan gerakan (gesture): bobot
suatu pesan bisa ditingkatkan dengan orang yang menunjukan telunjuknya,
berdiri, atau duduk;
e. Ekspresi
wajah: komunikasi yang efektif memerlukan respons wajah yang setuju terhadap
pesan yang disampaikan;
f. Suara,
intonasi, isi (volume), dan refleksi: cara tersebut menandakan bahwa pesan
dapat ditransfer dengan baik.
Manajer yang efektif
akan melakukan komunikasi verbal dan nonverbal, supaya individu (atasan atau
bawahan) akan menerima pesan dengan jelas.
4. Komunikasi
via telepon
Pada era modern ini (bahkan sudah
postmodern), media komunikasi semakin berkembang pesat. Salah satu diantaranya
adalah media telekomunikasi seperti telepon atau handphone. Saat ini manager sangat bergantung pada komunikasi
dengan menggunakan telepon atau handphone
ini, dengan kemudahan sarana komunikasi tersebut, memungkinkan manajer untuk
merespons setiap perkembangan dan masalah dalam organisasi.oleh sebab itu,
untuk menjaga citra organisasi, manajer dan semua staf harus sopan dan
menghargai lawan bicara setiap berbicara melalui telepon. Jika ada oranglain
yang sedang menunggu untuk berbicara dan menggunakan pesawat telepon bersama,
maka waktu yang digunakan harius singkat dan berbicara seperlunya saja untuk
menghindari kesan negative.
2.8
Faktor-faktor yang mempengaruhi komunikasi.
Ada beberapa
faktor yang mempengaruhi setiap unsur komunikasi baik bersifat positif maupun
negatif. Faktor tersebut yaitu :
a)
Kredibilitas
Kredibiilitas
terdapat dan berpengaruh pada sumber (komunukator) dalam keberhasilan proses
komunikasi , karena hal ini mempengaruhi tingkat kepercayaan sasaran terhadap
pesan yang disampaikan.
b)
Isi Pesan
Pesan yang
disampaikan hendaknya mengandung isi yang bermanfaat bagi kebutuhan klien atau
yang dapat memecahkan masalah klien.
c)
Kesesuain dengan Kepentingan Sasaran
Pesan yang
disampaikan harus berhubungan dengan kepentingan sasaran. Karena itu dalam
berkomunikasi dengan klien perawat harus memahami terlebih dahulu permasalahan
klien.
d)
Kejelasan
Pesan yang tidak
jelas akan membuat sasaran bingung sehingga tidak terjadi perubahan perilaku
dan klien tidak melakukan pesan yang diberikan oleh perawat.
e)
Kesinambungan dan Konsistensi
Agar pesan yang
disampaikan bisa konsisten dan brkesinambungan, seorang perawat perlu membuat
perencanaan yang matang sebelum melakukan intervensi atau berkomunikasi dengan
klien. Disamping itu perlu adanya pemahaman yang sama antara tenaga kesehatan
yang tergabung dalam tim agar informasi yang diberikan kepada klien sama atau
konsisten agar terjadi perubahan perilaku klien.
f)
Saluran
Saluran terdapat
dan berperan pada media. Media yang digunakan harus disesuaikan dengan pesan
yang ingin disampaikan. Pemilihan media yang tepat dapat meningkatkan pemahaman
klien sehingga perubahan yang diharapkan dapat tercapai.
g)
Kapabilitas Sasaran
Kapabilitas
sasaran terdapat pada komunikan dalam menyampaikan pesan, komunikator harus
memeperhitungkan kemampuan sasaran dalam menerima pesan yang dipengaruhi oleh
tingkat pendidikan, sosial ekonomi, sosial budaya dan sebagainya.
Selain
faktor-faktor diatas, faktor lain yang mempengaruhi komunikasi adalah :
Faktor
psikologis
seperti sikap,
pengalaman hidup, motivasi, kepribadian dan konsep diri.
Faktor Sosial
Seperti usia,
jenis kelamin, kelas sosial, suku, bahasa, kekuasaan dan peran sosial.
Faktor yang Mempengaruhi Komunikasi dalam Pelayanan Keperawatan
Menurut Perry
dan Potter (1987), beberapa faktor yang mempengaruhi jalannya pengiriman
dan penerimaan pesan (komunikasi) dalam pelayanan keperawatan antara lain:
a)
Persepsi
Merupakan cara
seseorang menyerap tentang sesuatu yang terjadi di sekelilingnya. Pada umumnya
terkait dengan fungsi pancaindra manusia yang mencakup proses penyerapan rangsangan
yang diorganisasikan dan diinterpretasikan dalam otak kemudian dijadikan
persepsi. Persepsi juga merupakan kerangka tujuan yang diharapkan dan hasil
setelah mengobservasi lingkungan.
b)
Nilai
Nilai adalah
keyakinan yang dianut seseorang yang sangat dekat dengan masalah etika.
Komunikasi yang terjadi antara perawat dan perawat atau kolega lainnya mungkin
terfokus pada bahassan tentang upaya peningkatan dalan memberikan pertolongan
tentang masalah kesehatan. Sedangkan, komunikasi dengan klien hendaknya lebih
mengarah pada memberikan support dan dukungan nasehat dalam rangka mengatasi
masalah klien.
c)
Emosi
Emosi adalah
subyektif seseorang dalam merasakan situasi yang terjadi
disekelilingnya.Kekuatan emosi seorang dipengaruhi oleh bagaimana kemampuan
atau kesanggupan seseorang dalam berhubungan dengan orang lain.Komunikasi akan
berjalan dengan lancar dan efektif apabila perawat dapat mengelola dengan
emosinya.Kemampuan profesional seseorang dapat diketahui dari emosinya dan
menjadi ukuran awal seseorang dalam merasakan,bersikap dan menjalankan hubungan
dengan klien.
d)
Latar Belakang Sosial Budaya.
Faktor ini
memang sedikit pengaruhnya namun paling tidak dijadikan pegangan bagi perawat
dalam bertutur kata,bersikap dalam berkomunikasi dalam klien.
e)
Pengetahuan
Pengetahuan
merupakan produk atau hasil dari perkembangan pendidikan. Perawat diharapkan
dapat berkomunikasi dari berbagai tingkat pengetahuan yang dimiliki klien.
Dengan demikian perawat dituntut mempunyai pengetahuan yang cukup tentang
pertumbuhan dan perkembangan klien.
f)
Peran dan Hubungan
Dalam
berkomunikasi akan sangat baik bila mengenal dengan siapa dia kasi. Kemajuan
hubungan perawat dan klien adalah bila hubungan tersebut saling menguntungkan
dalam menjalin ide dan perasaannya. Komunikasi efektif bila partisipan
mempunyai efek dan dampak positif dalam menjalin hubungan sesuai dengan
perannya masing-masing.
g)
Kondisi Lingkungan
Komunikasi
berkaitan dengan lingkungan sosial tempat komunikasi berlangsung. Lingkungan
yang kacau akan dapat merusak pesan yang dikirim oleh kedua pihak. Seorang
perawat mempunyai wewenang untuk mengontrol kondisi lingkungan ketika klien
datang. Perawat harus dengan tenang dan jelas dalam memberikan informasi kepada
klien atau keluarganya.
Dalam litelatur
yang lain dikatakan :
FAKTOR
- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KOMUNIKASI
1. Manusia
Manusia,
baik sebagai komunikator maupun komunikan dapat mempengaruhi proses komunikasi.
Berikut ini factor manusia yang dapat mempengaruhi komunikasi adalah:
Tingkat
Pengetahuan
- Pengetahuan
mempengaruhi kemampuan seseorang untuk mengirimkan pesan, misalnya untuk
memilih kata-kata (diksi), menentukan saat pesan harus disampaikan, serta
mengembangkan berbagai teknik komunikasi verbal dan non verbal.
- Bagi
seorang penerima informasi (komunikan), pengetahuan penting untuk
menginterpretasikan pesan yang disampaikan oleh komunikator, sekaligus untuk
memberi umpan bailk kepada pemberi pesan.
Perkembangan
- Perkembangan
manusia mempengaruhi bentuk komunikasi dalam dua aspek, yaitu tingkat
perkembangan tubuh mempengaruhi kemampuan untuk menggunakan tehnik komunikasi
tertentu dan untuk mempersepsikan pesan yang disampaikan.
- Keterampilan
penguasaan bahasa bergantung pada perkembangan neurology dan kognitif. Bayi
berkomunikasi melalui tangisan. Kita tidak mungkin menerangkan tentang penyakit
secara kompleks dan detil kepada anak, karena ia memang masih sulit menangkap
pesan dari situasi non verbal.
Sosiokultural
- Posisi
individu secaara sosiokultural mempengaruhi perilaku komunikasi antar individu
karena status sosiokultural membentuk tatacara komunikasi.
- Pada
budaya Jawa, dalam berkomunikasi dengan orang yang dihormati atau yang lebih
tua, digunakan bahasa yang halus.
- Komunikasi
dengan seorang raja di keraton, dilakukan dengan tata cara yang berbeda dengan
cara yang digunakan dalam komunikasi dengan teman sejawat dan sebagainya.
Jenis
Kelamin
- Laki-laki
dan perempuan menunjukkan gaya komunikasi yang berbeda dan memiliki
interpretasi yang berbeda terhadap suatu percakapan.
- Tannen
(1990) menyatakan bahwa kaum perempuan menggunakan teknik komunikasi untuk
mencari konfirmasi, meminimalkan perbedaan, dan meningkatkan keintiman,
sementara kaum laki-laki lebih menunjukkan independensi dan status dalam
kelompoknya.
Peran
dan Tanggungjawab
- Peran
dan tanggung jawab memengaruhi komunikasi yang dilakukan individu, baik teknik
maupun isi komunikasi.
- Petugas
kesehatan lebih sering menggunakan formal dan membicarakan kondisi klien karena
tanggungjawabnya serta membuat banyak tulisan dalam berkomunikasi sebagai
bentuk tanggunggugatnya.
- Sementara
dalam pergaulan individu membicarakan tentang rumahtangganya, anak-anaknya,
atau cita-citanya.
- Komunikasi
seperti ini tidak memerlukan media tulisan. Perbedaan peran dan tanggung jawab
menimbulkan perbedaan teknik dan isi komunikasi.
Atensi
- Atensi
memengaruhi kemampuan individu untuk berintaraksi.
- Atensi
terhadap suatu hal dapat menyebabkan kemampuan fungsi indra menurun dan bahkan
berkurang sehingga kadang kala seseorang yang sedang asyik bekerja tidak
mennyahut panggilan rekan kerjanya.
- Sedangkan
perbedaan atensi dapat menimbulkan perbedaan perbedaan persepsi dan distorsi
pesan.
- Seorang
montir dapat mempersepsikan kata “tank” menjadi tang”. Hal ini terjadi
karena atensi yang berbeda pada masing-masing individu.
Sikap
- Sikap
individu dalam komunikasi dapat menghambat proses komunikasi itu sendiri. Sikap
yang hangat, bersahabat, ramah, dan terbuka akan memungkinkan proses komunikasi
yang terbuka dipertahankan.
- Sebaliknya,
sikap kurang menghargai orang lain, tertutup, dingin, dan curiga dapat
membuatproses komunikasi terhambat.
Persepsi
Persepsi
individu ketika berada dalam suatu proses komunikasi dapat memengaruhi,
menghambat, atau bahkan memutus komunikasi yang sedang dilakukan.
Berikut
adalah contoh kesalahan persepsi:
Andi :
”Ana, Saya dengar kamu mau menikah?”
Anna :
”Ya, pasti pasti saya mau menikah.”
Andi :
”Kapan kamu mau menikah?”
Anna :
”Wah saya belum tahu, karena saya belum punya calon suami.”
Andi :
”Lho.....Tadi katanya mau menikah?”
Anna :
”Tentu saja......Masa saya tidak mau menikah!”
Pada
contoh komunikasi diatas, ada perbedaan persepsi antara Andi dan Anna. Andi
mempersepsikan kata ”mau” sebagai ”akan” sementara Anna mempersepsikan kata
”mau” sebagai ”ingin”. Situasi di atas menimbulkan distorsi dalam komunikasi.
Hubungan
Hubungan
yang erat antar individu pada suaut proses komunikasi dapat mempengaruhi teknik
dan materi komunikasi.
Pada
komunikasi yang dilakukan antara dua orang yang belum saling kenal, umumnya setting
komunikasi terjadi pada situasi formal.
Sebagai
contoh, hubungan antara pengacara dan kliennya, dokter dan pasien, pedagang dan
pelanggan.
Sedangkan
pada komunikasi antara individu yang saling kenal, komunikasi cenderung
berlangsung dalam konteks nonformal, lebih terbuka, dan menggunakan tehnik
komunikasi yang lebih beragam.
2. Pesan
Isi
pesan
Isi
pesan yang ingin disampaikan dapat mempengaruhi tehnik komunikasi yang
digunakan individu. Isi pesan yang menggembirakan biasanya
disampaikan dengan wajah berseri dan suara lantang.
Isi
pesan yang yang bersifat informasi disampaikan dengan suara yang relatif datar
dan pelan, sedangkan isi pesan yang bersifat rahasia disampaikan dengan
berbisik atau menggunakan secarik kertas kecil atau dgn bahasa isyarat ttt.
Isi
pesan mempengaruhi perilaku penyampaian pesan dan perlu tidaknya pesan
yang disampaikan diberi umpan balik.
Selain
hal-hal diatas, jumlah pesan juga mempengaruhi proses penerimaan pesan dari
komunikator kepada komunikan.
Pesan
yang terlalu banyak (overloaded) dapat menimbulkankebingungan atau
kejenuhan pada penerima pesan.
Penyampaian
pesan
- Proses
penyampaian pesan mempengaruhi komunikasi karena beberapa penggunaan pola
penyampaian pesan yang kurang tepat mengakibatkan distorsi pesan dan bahkan tidak
terjadi kontinuitas.
- Penyampaian
pesan secara berapi-api pada saat kampanye dan demonstrasi, penyampaian pesan
dengan suara keras dan relatif bersemangat selama proses belajar-mengajar,
merupakan hal-hal yang dapat memperkuat makna pesan dan memungkinkan pesan
lebih dimengerti oleh komunikan.
- Penyampaian
pesan dengan berbagai metode, misalnya secara lisan, dengan menggunakan gambar,
demonstrasi dan gerakan tertentu membuat pesan diterima secara bermakna oleh
orang lain.
3. Lingkungan
Stimulus
eksternal
- Stimulus
eksternal, misalnya suara bising, gaduh, atau perhatian yang tiba-tiba teralih,
dapat menyebabkan penurunan kemampuan untuk menangkap pesan atau konsentrasi
untuk mencerna pesan yang disampaikan.
- Bising
dari luar dapat membuat pesan mengalami bias dan distorsi atau bahkan tidak
dapat disampaikan baik secara parsial maupun total.
Nilai
dan budaya/adat
- Berbagai
nilai dan budaya dalam masyarakat menjadi rambu-rambu bagi penyelenggaraan
komunikasi.
- Budaya
mengatur bahasa yang digunakan sebagai salah satu alat komunikasi sekaligus
mengatur penggunaan tehnik nonformal dalam komunikasi.
- Adat
dan nilai mengatur hubungan individu ketika melakukan komunikasi.
- Berkomunikasi
dalam jarak yang terlalu dekat dengan lawan jenis yang bukan suami/istri
dipandang kurang baik oelh sebagian besar bangsa Indonesia.
- Memegang
janggut ketika terlibat suatu perbincangan merupakan bentuk penghormatan bagi
orang Arab.
- Membungkukkan
badan sebelum berbicara kepada orang Jepang menunjukkan rasa hormat.
Jarak
dan teritori
- Jarak
antara komunikator dan komunikan mempengaruhi komunikais yang dilakukan.
Komunikasi antar individu dalam jarak dekat dapat dilakukan secara lisan,
tulisanataupun non verbal.
- Sedangkan
jarak yang cukup jauh, komunikasi dapat dilakukan dengan menggunakan media
tulisan.
- Jarak
yang jauh ini juga menyebabkan penggunaan media cetak dan media elektronik
untuk menyampaikan pesan, misalnya, menggunakan telepon, televisi, radio dan
sebagainya.
FAKTOR-FAKTOR
YANG MEMPENGARUHI KOMUNIKASI DALAM PELAYANAN KEPERAWATAN
Setiap
orang mempunyai sifat yang unik dan masing-masing dapat membuat penafsian dari
pasa komunikasi yang dilakukan. Perbedaan penafsiran yang disebabkan beberapa
hal dapat menggangu jalannya komunikasi yang efektif. Seseorang klien yang
menunjukkan muka masam dapat mempunyai beberapa arti: 1)tidak bahagia, 2)marah
, 3)nyeri atau makna yang lain. Menurut Perry & Potter (1987), persepsi
seseorang, nilai, emosi, latar belakang budaya dan tingkat pengetahuan
seseorang dapat mempengaruhi jalannya pengiriman dan penerimaan pesan
(komunikasi) dalam pelayanan keperawatan.
Persepsi
- Persepsi
adalah cara seseorang mencerap tentang segala sesuatu yang terjadi
disekelilingnya.
- Persepsi
seseorang juga dipengaruhi oleh pengalaman masa lalu.
- Persepsi
juga merupakan kerangka tujuan yang diharapkan dan hasil setelah mengobservasi
lingkungan.
- Sebagai
contoh, seorang mahasiswa praktik akan berpersepsi bahwa dosen adalah ancaman
baginya tatkala dia melihat dosen datang ke Rumah Sakit sedangkan dia tidak
membawa tugas yang telah ditentukan.
- Begitupun
sebaliknya seorang mahasiswa akan beranggapan bahwa dosen yang datang ke RS
merupakan peluang untuk menanyakan hal-hal yang belum diketahui.
- Dari
contoh diatas, komunikasi mahasiswa yang menganggap bahwa dosen adalah ancaman
tidak akan terjadi komunikasi yang aktif, namun bagi mahasiswa yang menganggap
hadirnya dosen sebagai peluang, maka akan tercipta komunikasi yang aktif,
efektif dan nyaman.
Nilai
- Nilai
adalah keyakinan yang dianut seseorang.
- Jalan
hidup seseorang dipengaruhi oleh keyakinan, fikiran dan tingkah lakunya.
- Nilai-nilai
seseorang sangat dekat dengan masalah etika.
- Komunikasi
yang terjadi antara perawat dengan klien juga dipengaruhi oleh nilai-nilai dari
kedua belah pihak.
- Nilai-nilai
yang dianut perawat dalam kontek komunikasi kesehatan tentunya beda dengan
nilai-nilai yang dimiliki oleh klien.
- Komunikasi
yang terjadi antara perawat dan perawat atau kolega lainnya mungkin terfokus
pada bahasan tentangupaya peningkatan dalam memberikan pertolongan maslaah
kesehatan.
- Sedangkan
komunikasi dengan klien hendaknya lebih mengarah pada memberikan support
dan dukungan nasehat dalam rangka mengatasi masalah.
Emosi
- Emosi
adalah subyektif seseorang dalam merasakan situasi yang terjadi disekelilingnya.
- Kekuatan
emosi seorang dipengaruhi oleh bagaimana kemampuan atau kesanggupan
seseorang dalam berhubungan dengan orang lain.
- Untuk
membantu klien, seorang perawat harus menghadirkan perasaannya, dia merasakan
apa yang dirasakan oleh kliennya.
- Komunikasi
akan berjalan lancar dan efektif apabila tenaga kesehatan termasuk perawat
dalam mengelola emosinya.
- Kemampuan
profesional seseorang dapat diketahui dari emosinya dan menjadi ukuran awal
seseorang dalam merasakan, bersikap dan menjalankan hubungan dengan klien.
Latar
Belakang Sosial Budaya
- Latar
belakang sosial budaya mempengaruhi jalannya komunikasi.
- Orang
Arab akan meratap sedih dan menangis apabila ada anggota keluarganya meninggal
dunia, hal ini berbeda dengan orang Amerika golongan menengah yang sering
menahan tangis secara terbuka bila kehilangan orang yang dicintai.
- Sedihnya
dipendam untuk memperlihatkan ketegarannya kepada anggota keluarga yang lain.
Pengetahuan
Komunikasi
sulit berlangsung bila terjadi perbedaan tingkat pengetahuan dari pelaku
komunikasi.
Perawat
diharapkan dapat berkomunikasi dengan berbagai tingkat
pengetahuan yang dimiliki pasien. Dengan demikian perawat dituntut
mempunyai pengetahuan yang cukup tentang pertumbuhan dan perkembangan klien
karena hal tersebut sangat terkait dengan pengetahuan yang dimiliki oleh klien
Peran
Dan Hubungan
Peran
seseorang mempengaruhi dalam menjalin hubungan dengna orang lain.
Dalam
berkomunikasi akan sangat baik bila mengenal dengan siapa ia
berkomunikasi.
Berkomunikasi
dengan orang yang sudah kita kenal, akan merasa bebas dalam mengeluarkan ide
atau gagasan ingin disampaikan.
Komunikasi
efektif bila partisipan (perawat- klien) mempunyai efek /dampak yang
positif dalam menjalin hubungan sesuai dengan perannya masing-masing.
2.9 Mengorientasikan kembali
komunikasi
James
O’ Toole, seorang professor manajemen dari University Of
California menyatakan, “manajer yang tidak dapat memeprlihatkan kecakapan
kepada karyawan, tidak dapat lagi mengharapkan rasa hormat mereka. Sebagai
ganti menghentakkan cambuk kepada karyawan, manajer masa sekarang harus
memainkan peranan sebagai konsultan ahli.”Pendekatan yang demikian
memperlihatkan suatu perubahan dari orientasi majikan menjadi orientasi karyawan.
Yang disorot adalah para pekerja individu, bukan orang yang mengendalikan dan
mengawasi mereka. Orientasi majikan gaya lama digambarkan dalam enam maslah
pokok dalam komunikasi manajemen-karyawan, yaitu:
a. Manajemen
terlalu banyak mendikte karyawan, namun terlalu sedikit mendengarkan karyawan;
b. Dari
yang dikomunikasikan, terlalu sedikit yang bisa dipahami;
c. Isi
komunikasi manajemen terlalu banyak untuk kepentingan manajemen, bukan untuk
kepentingan karyawan;
d. Dari
yang dikomunikasikan, terlalu banyak propaganda;
e. Terlalu
sedikit keterusterangan;
Setiap masalah tersebut dapat
mengganggu kalancaran operasional organisasi atau perusahaan. Itu semua akan
menjadi pembelenggu jika digabungkan. Berikut ini ada enam alternative
pendekatan terhadap komunikasi karyawan:
1. Orientasi
pada nilai-nilai kemanusiaan
Manajemen harus lebih responsive
terhadap nilai-nilai kemanusiaan. Komunikasi harus menjawab kebutuhan karyawan.
Para pekerja ingin memahami apa yang terjadi disekitar mereka, ingin dihormati
sebagai individu, ingi memiliki tujuan, serta memahami masa depan pekerjaan
mereka sendiri dan masa depan keseluruhan organisasi.
2. Persncanaan
Komunikasi karwayan, seperti fungsi
perusahaan lainnya, harus direncanakan. Komunikasi harus bekerja selama 365
hari untuk mencapai kontinuitas dan kredibilitas. Perusahaan harus menghindari
sindrom cry-wolf (berbohong
berkali-kali sehingga tidak lagi dipercaya) jika berkomunikasi dengan karyawan,
yang akan segera menyadari bahwa manajemen tidak sungguh-sungguh tertarik
dengan komunikasin yang jujur. Karyawan akan tahu bahwa para pemimpin mereka
hanya berusaha berhubungan jika mereka merasa bahwa karyawan salah memahami
posisi mereka atau jika mereka ingin “menjual” gagasan-gagasan mereka.
3. Prosedur
keluhan yang efektif
Prosedur keluhan perusahaan harus
menjadi pertemuan empatik langsung bagi karyawan, sehingga akan menghasilkan
kesamaan pandangan dalam memecahkan masala. Beberapa perusaahn memiliki orang
yang berpengalaman untuk menjawab keluhan, tetapi menciptakan suasana
mendengarkan secara murni akan mendatangkan hasil yang sama.
4. Para
pengawas yang responsive
Bagi karyawan, pengawas adalah
perusahaan. Bagi kenanyakan pengawas, komunikasi yang efektif dan responsive
bukanlah pembawaan lahir, tetapi memerlukan pelatihan. Bila perusahaan tertarik
dengan karyawan sebagai individu dan mempunyai komunikasi yang baik dengan
mereka, para pengawas akan menjadi bagian yang terpadu pada proses tersebut.
Satu cara untuk mencapai hal ini adalah dengan melibatkan bawahan dalam
menentukan standar prestasi kerja.
Suatu studi dari Richard J. Klimoski mengatakan bahwa
“Jika bawahan dilibatkan dalam penentuan standar prestasi kerja, karyawan akan
berupaya lebnih keras dan memperlihatkan prestasi yang lebih tinggi.:” studi
tersebut juga mnentukan bahwa bakat-bakat kepemimpinan efektif dalam memberikan
instruksi, mendukung upaya untuk bekerja dengan efektif dan konsisten dengan
bawahan.
5. Pendengaran
aktif
Meskipun struktur perusahaan
beryambah kompleks, manajemen tidak boleh melupakan orang banyak. Akan tetapi,
manajemen haris mengembangkan keterampilan “pendengaran aktif”. Secara lebih
formal, hal ini mungkin berarti survey sikap karyawan, tetapi hubungan-hubungan
formal juga harus direncanakan.
6. Keterlibatan
manajemen
Manajemen harus cukup memperhatikan
arah, kualitas, da isi semua komunikasi dengan karyawan. Keterlibatan karyawan
selalu menjadi kunci keberhasilan program komunikasi. Selain itu, komunikasi
lain yang dilakukan perusahaan.
Sering kita dengar bahwa kualitas
komunikasi sangat menentukan kualitas upaya karyawan. Manajemen yang baik dan
komunikasi yang baik berjalan bersama-sama. Program komunikasi yang mantap
dapat menghasilkan perbaikan hubungan kedalam dan pada akhirnya akan
menghasilkan perbaikan produktivitas.
2.10 Aplikasi
komunikasi dalam asuhan keperawatan
Komunikasi dalam praktik keperawatan professional
merupakan unsur utama bagi perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan untuk
mencapai hasil yang optimal. Kegiatan keperawatan yang memerlukan komunikasi
meliputi timbang terima. Interview/anamnesis,
komunikasi melalui computer, komunikasi rahasia klien, komunikasi melalui
sentuhan, komunikasi dalam pendokumentasian, komunikasi Antara perawat, dengan
profesi lainnya, dan komunikasi Antara perawat dengan pasien.
1. Komunikasi
saat timbang terima
Pada saat timbang terima,
diperlukan suatu komunikasi yang jelas tentang kebutuhan, klien terhadap apa
yang sudah dan yang belum diintervensi serta respon pasien yang terjadi.
Perawat melakukan timbang terima dengan menyampaikan kondisi pasien secara
akurat didekat pasien.
2. Interview/anamnesis
Anamnesis merupakan kegiatan yang
selalu dilakukan oleh perawat tergadap pasien pada saat pelaksanaan asuhan
keperawatan (proses keperawatan). Interview
adalah suatu komunikasi dengan tujuan tertentu untuk memperoleh data
tentang keadaan klien. Hal tersebut diperlukan untuk mengetahui masalah yang
dihadapi pasien dan menentukan tindakan yang tepat. Oleh karena itu interview bersifat terencana, maka data
yang didapatkan harus akurat atau tanpa bias.
3. Komunikasi
melalui computer
Computer merupakan suatu alat
komunikasi yang cepat dan akurat pada manajemen keperawatan saat ini. Penulisan
data-data klien dalam computer akan mempermudah perawat lain dalam
mengidentifikasi masalah pasien dan memberikan intervensi yang akurat. Melalui
computer, informasi-informasi terbaru dapat cepat didapatkan dengan cara
mengakses informasi dari internet.
4. Komunikasi
tentang kerahasiaan
Pasien yang msuk dalam system
pelayanan kesehatn, menyerahkan rahasia dan memiliki rasa percaya kepada
institusi. Perawat sering dihadapkan pada suartu dilemma dalam menyimpan
rahasia pasien. Disatu sisi perawat membutuhkan informasi dengan menghubungkan
apa yang dikatakan klien dengan oranglain, namun disisi lain harus memegang
janji untuk tidak menyampaikan informasi tersebut kepada siapapun.
5. Komunikasi
melalui sentuhan
Komunikasi melalui semtuhan pada
pasien merupakan metode dalam mendekatkan bhubungan Antara pasien dengan
perawat. Sentuhan yang diberikan oleh perawat juga dapat berperan sebagai
terapi bagi pasien dengan deprsi, kecemasa, dan kebimbangan dalam mengambil
suartu keputusan. Tetapi yang perlu dicatat dalam sentuhan adalah perbedaan
jenis kelamin Antara perawat dan pasien. Dalam situasi ini perlu adanya suatu
persetujuan.
6. Dokumentasi
sebagai alat komunikasi
Dokumentasi adalah salah satu alat
yang sering digfunakan dalam komunikasi keperawatan, hal ini digunakan untuk
memvalidasi asuhan keperawatan, sarana komunikasi antar tim kesehatan, dan
merupakan dokumen pasien dalam pemberian asuhan kperawatan. Keterampilan
dokumentasi yang efektif memungkinkan perawat untuk mengkomunikasikan kepada
tenaga kesehatan lainnya dan menjelaskan apa yang sudah, sedang, dan akan
dikerjakan oleh perawat.
Manfaat komunikasi dalam
pendokumentasian adalah:
a. Dapat
digunakan lagi untuk keperluan yang bermanfaat
b. Mengkomunikasikan
kepada tenaga perawat dan tenaga kesehatan lainnya tentang apa yang sudah dan
akan dilakukan kepada pasien
c. Bermanfaat
untuk pendataan pasien yang akurat karena berbagai informasi mengenai pasien
telah dicatat.
7. Komunikasi
perawat dan tim kesehatan lainnya
Komunikasi yang baik akan
meningkatkan hubungan professional Antara perawat dan tim kesehatan lainnya,
seperti dokter, ahli gizi, dan fisioterapis. Selain itu, komunikasi yang baik
juga bermanfaat bagi pengembangan model keperawatan professional karena hal tersebut
merupakan sarana peningkatan komunikasi. Komunikasi yang dimakasudkan disini
adalah adanya suatu kejelasan dalam pemberian informasi dari masing-masing
individu sesuai dengan kedudukannya.
2.11 Hambatan dalam
berkomunikasi
Hambatan-hambatan yang dapat terjadi
dalam berkomunikasi Antara perawat dengan klien dapat teratasi apabila perawat
mengetahui beberapa ucapan yang perlu dihindari dalam kondisi seperti dibawah
ini.
1. Memberi
nasihat atau memberi tahu cara pemecahan masalah keperawatan yang menunjukkan
seakan-akan klien tidak mampu melakukannya sendiri.
Contoh
: “Mengapa anda tidak melakukan ….”
“Bila saya adalah Anda saya akan ….”
“Akan lebih baik Anda ….”
2. Berupaya
untuk menenteramkan hati, di mana perawat memberikan informasi tidak berdasarkan
fakta tetapi lebih bertujuan untuk
memberikan perasaan senang.
Contoh : “Tidak perlu cemas, tidak apa-apa kok ….”
“Jangan bersedih, semua orang dapat
mengalami ….”
3. Mengalihkan
pembicaraan mengenai hal-hal yang mengancam kepada hal-hal yang kurang
mengancam. Hal ini dapat terjadi karena perawat tidak bersedia atau tidak siap
untuk mendengarkan ungkapan perasaan menyakitkan yang dialami klien.
Contoh
: “Kita bicara soal ini lain kali saja.”
4. Membuat
penilaian terhadap perilaku klien berdasarkan sistem nilai yang dianut oleh
perawat.
Contoh
: “Anda salah, Anda malas untuk
berobat.”
5. Menunjukkan
perilaku yang berfokus pada diri perawat.
Contoh
: “Dapatkah Anda ulangi, saya tidak
mendengar.”
6. Memberikan
pengarahan atau petunjuk yang harus diikuti dengan mengabaikan kemampuan klien,
dan menganggap klien tidak mampu untuk mengatasi ,asalahnya.
Contoh
: “Bukan begitu caranya, mestinya Anda
melakukan ….”
7. Mengajukan
pertanyaan yang berlebihan tanpa
memperhatikan perasaan klien.
8. Memberikan
komentar klise atau stereotype, yaitu memberi komentar dengan kata-kata secara
spontan tanpa tujuan yang jelas.
Contoh
: “Hati-hati kalau tidak teratur makan
….”
“Disuntik ya, tidak sakit kok!”
2.12
Komunikasi asertif.
Komunikasi asertif adalah komunikasi yang menyatakan
diri secara langsung, jujur, dan tidak melanggar hak dan tanggung jawab orang
lain.
Menurut Chenevert
(1978), komunikasi asertif dibedakan menjadi dua bagian, yaitu hak dan
tanggung jawab individu (lihat table 6.1)
Ada beberpa cara agar komunikasi asertif
ini dapat berjalan dengan baik, yaitu :
a. Merefleksikan
apa yang dikatakan.
b. Mengulangi
pertanyaan dengan tegas dan terus –menerus.
c. Menunjukkan
asumsi selengkapnya melalui komunikasi
verbal/nonverbal.
d. Menyatakan
kembali dengan bahasa asertif, artinya bukan bahasa aggressor.
e. Mengajukan
pertanyaan, yang berguna untuk menyadarkan reaksi yang agresif dari orang lain.
Tabel 6.1 Hak
dan tanggung jawab dalam komukasi
asertif.
Hak
|
Tanggung jawab
|
Bicara
Menerima
Mengahadapi
masalah
Memeperoleh
kenyamanan
Bekerja
Berbuat
kesalahan
Tertawa
Berteman
Mengkritik
Memperoleh
imbalan
Menjadi
mandiri
Menangis
Dicintai
|
Mendengar
Memberi
Menyelesaikan
masalah
Mengamankan
orang lain
Berbuat
baik
Memperbaiki kesalahan
Menggembirakan
orang lain
Menjadi
teman
Memberi
hadiah
Memberi
imbalan atas karya orang lain
Dapat
bergantung pada orang lain
Mengeringkan
air mata
mencintai
|
2.13 Keterampilan
berkomunikasi
Komunikasi
merupakan alat atau sarana yang digunakan dalam menjali hubungan. Teknik
komunikasi yang digunakan secara tepat dapat menciptakan hubungan terapeutik,
dan apabila tidak tepat akan menimbulkan masalah bagi klien dan perawat. Dalam
teknik berkomunikasi ini, ada tiga keterampilan yang diperlukan untuk membina
hubungan terapeutik antara perawat dank lien.
1.
Kehadiran
atau Keberadaan Perawat
Kehadiran berarti
kebersamaan fisik dan psikologis dalam berkomunikasi dengan klien. Hal itu
antara lain mencakup mendengarkan dan mengamati, serta memberikan perhatian
perhatian terhadap ucapan dan perilaku klien. Kehadiran fisik adalah perhatian yang diberikan
melalui pikiran dan perasaan.
a.
Kehadiran
fisik mempunyai peran yang penting dalam komunikasi
interpersonal karena tubuh dapat
memperkuat pesan yang disampaikan dalam
bentuk kata-kata. Akan tetapi, keberadaan tubuh juga dapat membingungkan bahkan
mengubah pesan yang sampai ke penerima menjadi kebalikannya.
Ada beberapa hal yang dapat
dilakukan perwat agar klien mengerti atau merasakan bahwa perawat secara fisik
terlibat dalam interaksi atau perawat benar-benra memperhatikan klien.
1) Perawat
menghadapi klien dengan jujur atau terbuka melalui sikap yang menunjukkan
perhatian. Misalnya perawat berkata, “Saya bersedia mendengarkan Anda atau
membantu Anda,”dengan tubuh berhadapan muka, menghadap kea rah klien.
2) Perawat
menggunakan postur tubuh terbuka, yaitu tangan dan kaki terbuka, tidak
menyilang, tidak melipat tangan atau meletakkan tangan di belakang. Postur
tubuh terbuka menunjukkan seseorang siap mendengarkan atau membantu klien.
3) Sikap
condong perawat kea rah klien merupakan tanda kehadiran, kesediaan, dan
keterlibatan perawat untuk berusaha memahami klien.
4) Perawat
memandang klien atau mengadakan kontak mata dengan klien. Hal itu menunjukkan
minat perawat untuk mendengarkan dan memperhatikan klien.
5) Perawat
bersikap rileks, yaitu dengan menciptakan lingkungan yang rileks dan menjaga
privacy.
b.
Kehadiran psikologis, yaitu
mendengarkan secara aktif yang berarti mendengarkan dengan telinga, pikiran,
dan perasaan, kata-kata yang diucapkan klien dan perilaku nonverbal klien.
Selama mendengar aktif, perawat mengikuti apa yang dibicarakan klien dan
memperhatikan perilaku klien serta memberi tanggapan dengan tepat.
2. Perilaku Nonverbal
Beberapa macam perilaku
nonverbal dapat memengaruhi hubungan perawat dengan klien. Perilaku nonverbal
tersebut adalah sebagai berikut.
a. Aktivitas fisik, meliputi
gerkan tubuh, ekspresi wajah, sikap atau postur tubuh, kontak mata, dan gerkan
mata serta sentuhan.
b. Vokalisasi, meliputi
bahasa yang digunakan dengan pengaturan tekanan suara atau nada bicara dan kecepatan
bicara.
c. Jarak antarpembicara, jarak
anatar perawat dank lien dalam membina hubungan interpersonal adalah 45-120 cm
sehingga memungkinkan kontak mata dan sentuhan.
3. Keterampilan Memberi Respons
Keterampilan ini digunakan oleh perawt
untuk menyampaikan pengertian kepada klien, memberikan umpan balik, dan
memperjelas pemahaman perawat tentang pembicaraan dan perilaku klien. Untuk
dapat memberikan respons yang tepat, diperlukan kemampuan perawat yang
mendasari hubungan perawat dengan klien. Kemampuan perawat tersebut meliputi
hal-hal sebagai berikut :
a. Empati, yaitu
merasakan apa yang dialami klien.
b. Kesetiaan, yaitu
bersikap terbuka, jujur, dan tulus.
c. Kesiapan diri, yaitu
peka dan mau menyediakan diri untuk membantu klien.
d. Bersikap objektif dan konkret, yaitu
berdasarkan kenyataan.
e. Meneriam klien dengan
menghargai, menghormati, dan memperhatikannya.
f. Bersikap asertif,
yaitu dapat mengemukakan ketidaksesuaian pendapat tanpa menyinggung perasaan,
menyakiti hati, atau merugikan orang lain.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Secara harafiah, komunikasi berasal
dari Bahasa Latin: COMMUNIS yang berarti keadaan yang biasa, membagi. Dengan
kata lain, komunikasi adalah sutu proses di dalam upaya membangun saling
pengertian. Dalam suatu organisasi biasanya selalu menekankan bagaimana
pentingnya sebuah komunikasi antar anggota organisasi untuk menekan segala
kemungkinan kesalahpahaman yang bisa saja terjadi. Komunikasi
juga merupakan suatu seni untuk dapat menyusun dan menghantarkan suatu pesan
dengan cara yang gampang sehingga oranglain dapat mengerti dan menerima.
Menurut Riant
Nugroho (2004:72) tujuan komunikasi adalah menciptakan pemahaman bersama atau
mengubah persepsi, bahkan perilaku. Sedangkan menurut Katz an Robert Kahn yang
merupakan hal utama dari komunikasi adalah pertukaran informasi dan penyampaian
makna suatu system social atau organisasi.
Komunikasi
mempunyai dua fungsi. Pertama, fungsi social, yakni untuk tujuan
kesenangan, untuk menunjukan ikatan dengan orang lain, membangun dan memelihara
hubungan. Kedua, fungsi pengambilan keputusan, yakni memutuskan untuk
melakukan atau tidak melakukan sesuatu pada saat tertent, seperti: apa yang
akan kita makan pagi hari, apakah kita akan kuliah atau tidak, bagaimana
belajar menghadapi tes.
Menurut Denis McQuail (1987) secara umum kegiatan komunikasi
dalam masyarakat dapat berlangsung dalam 6 tingkatan, yaitu
1) Komunikasi intrapribadi,
2) Komunikasi antar pribadi
3) Komunikasi dalam kelompok
4) Komunikasi antar kelompok/asosiasi,
5) Komunikasi organisasi,
6) Komunikasi dengan masyarakat luas
Terdapat enam komponen komunikasi
sebagai berikut:
- Komunikator
- Komunikan
- Pesan
- Lingkungan
- Media pesan
- Tingkat
pesan
3.2 Saran.
Sebagai mahasiswa keperawatan tentunya kita harus
menguasai dan memahami konsep dasar komunikasi agar kita dapat berkomunikasi
dengan baik khususnya dalam asuhan kepada pasien supaya terciptanya komunikasi
yang harmonis dan dinamis.
DAFTAR
PUSTAKA
Cangara,
Hafidz,2008, Keperawatan Profesional, Jakarta:PT RajaGrafindo Persada
Effendy,
Onong Uchjana, Komunikasi Teori dan Praktek, Bandung: RemajaPengantar Ilmu
Komunikasi, Jakarta:Grasindo.Rosdakarya
Mulyana,
Deddy. 2010. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung:
PT Remaja Rosdakarya
S.Suarli
– Yanyan bachtiar.2010.Manajemen Keperawatan.Jakarta:Erlangga Mecikal Series
(Diakses Pada Tanggal 1 Juni 2014)
(Diakses Pada Tanggal 1 Juni 2014)
0 komentar:
Posting Komentar