BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Manusia merupakan salah satu makhluk
hidup, dikatakan sebagai makhluk hidup karena dapat bernafas, berkembang biak,
tumbuh, beradaptasi, memerlukan makanan dan mengeluarkan metabolisme
(eliminasi). Setiap kegiatan yang dilakukan tubuh dikarenakan peran masing –
masing organ.
Salah satu kegiatan tubuh dalam membuang
sisa – sisa metabolisme adalah mengeluarkan urine. Membuang urine dengan
melalui eliminasi merupakan salah satu aktivitas pokok yang harus dilakukan
oleh setiap manusia.
Eliminasi urin merupakan salah
dari proses metabolik tubuh. Zat yang tidak
dibutuhkan, dikeluarkan melalui paru-paru, kulit, ginjal dan pencernaan.
Paru-paru secara primer mengeluarkan karbondioksida, sebuah bentuk
gas yang dibentuk selama metabolisme pada jaringan. Hampir semua
karbondioksida dibawa keparu-paru oleh sistem vena dan diekskresikan
melalui pernapasan. Kulit mengeluarkan air dan natrium / keringat.
Ginjal merupakan bagian tubuh primer yang utama untuk mengekskresikan kelebihan
cairan tubuh, elektrolit, ion-ion hidrogen, dan asam.
Eliminasi urin secara normal
bergantung pada satu pemasukan cairan dan sirkulasi
volume darah, jika salah satunya menurun, pengeluaran urin
akan menurun. Pengeluaran urin juga berubah pada seseorang dengan penyakit
ginjal, yang mempengaruhi kuantitas, urin dan kandungan produk sampah didalam
urin.
Apabila eliminasi tidak dilakukan oleh tubuh,
maka akan terjadi gangguan – gangguan diantaranya : retensi urine (perubahan
pola eliminasi urine), enuresis, inkontinensia urine, dll. Selain dapat
menimbulkan gangguan – gangguan yang disebutkan diatas, dapat juga menimbulkan
dampak pada sistem organ lain seperti sistem pencernaan.
1.2 Rumusan
Masalah
1. Apa itu kebutuhan eleminasi urine ?
2. Apa sajakah sistem tubuh yang berperan
dalam kebutuhan eliminasi urine ?
3. Bagaimana proses berkemih ?
4. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi eleminasi urine ?
5.
Bagaimana perubahan pola eliminasi urine ?
6. Apa
sajakah masalah-masalah pada kebutuhan eliminasi urine ?
7. Bagaimana
proses Keperawatan : Masalah-masalah pada kebutuhan eliminasi urine,Etiologi
(patofisiologi) tiap masalah kebutuhan,pengkajian keperawatan (Anamnesa fokus
tiap masalah kebutuhan,pemeriksaan fisik fokus tiap masalah kebutuhan,prosedur
diagnostik/data penunjang tiap masalah kebutuhan),perencanaan keperawatan tiap
DP,Tindakan keperawatan tiap DP(cara menolong BAK dengan
pispot/urinal,menggunakan kondom kateter,memasang kateter urine pada wanita dan
laki-laki),evaluasi keperawatan tiap DP.
1.3 Tujuan
Makalah
ini di buat dengan tujuan agar
mahasiswa, tenaga kesehatan atau tenaga medis dapat memahami dan
mengaplikasikannya dilapangan khususnya
mengenai kebutuhan eliminasi alvi.
1.4 Manfaat
Makalah
ini di buat oleh kami agar meminimalisir kesalahan dalam tindakan praktik
keperawatan yang di sebabkan oleh ketidak pahaman dalam kebutuhan eliminasi alvi
sehingga berpengaruh besar terhadap kehidupan klien.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Definisi Kebutuhan Eliminasi Urine.
Menurut
kamus bahasa Indonesia, eliminasi adalah pengeluaran, penghilangan,
penyingkiran, penyisihan.Dalam bidang kesehatan, Eliminasi adalah proses
pembuangan. Sisa metabolisme tubuh baik berupa urin atau bowel (feses).
Membuang
urine dan alvi (eliminasi) merupakan salah satu aktivitas pokok yang harus
dilakukan oleh setiap manusia. Karena apabila eliminasi tidak dilakukan setiap
manusia akan menimbulkan berbagai macam gangguan seperti retensi urine,
inkontinensia urine, enuresis, perubahan pola eliminasi urine, konstipasi,
diare dan kembung.
Eliminasi
urin adalah kebutuhan dalam manusia yang esensial dan berperan menentukan
kelangsungan hidup manusia. Eliminasi dibutuhkan untuk mempertahankan homeostasis tubuh.
2.2 Sistem Tubuh Yang Berperan Dalam Kebutuhan
Eliminasi Urine.
Eliminasi urine bergantung pada efektivitas organ saluran kemih ;
ginjal,ureter, kandung kemih dan uretra.
1.
Ginjal.
Sepasang ginjal terletak di kedua sisi kolumna
spinalis,di belakang rongga peritoneum. Ginjal merupakan pengatur primer
keseimbangan cairan dan asam basa di dalam tubuh. Unit fungsional ginjal yaitu
nefron yang berfungsi menyaring darah dan membuang sampah metabolisme. Pada
orang dewasa,sekitar 1200 ml darah,atau sekitar 21% curah jantung,mengalir
melalui ginjal setiap menit. Setiap ginjal terdiri dari 1 juta nefron. Setiap
nefron memiliki glomerulus,seikat kapiler yang dikelilingi oleh kapsula bowman.
Adapun fungsi dari ginjal yaitu :
a.
Pengaturan
volume cairan.
Jumlah cairan dan elektrolit dalam tubuh berfluktuasi.
Proses eksresi ini diatur oleh ginjal. Jika seseorang minum banyak ,urinnya
akan encer dan volumenya akan bertambah. Sebaliknya,jika orang tersebut minum
sedikit,urinnya akan pekat dan volumenya berkurang.
b.
Pengaturan
jumlah elektrolit tubuh.
Kandungan elektrolit dalam tubuh cenderung konstan.
Kondisi ini dipertahankan melalui dua proses,yaitu laju filtrasi glomerulus
(GFR) dan proses reabsorbsi yang selektif di tubulus ginjal akibat hormone.
Saat jumlah ion Na+ meningkat,ginjal akan mengontrolnya dengan meningkatkan GFR
dan menghambat sekresi hormone aldosterone
sehingga reabsorsi Na+ berkurang ,demikian sebaliknya.
c.
Pengaturan
keseimbangan asam basa tubuh.
Ginjal merupakan mekanisme pengatur keseimbangan asam
basa yang paling kuat. Dalam menjalankan fungsinya,ginjal tidak hanya
mengubah-ubah pengaturan H+,tetapi juga menahan atau membuang HCO3- sesuai
dengan status asam basa tubuh.
d.
Ekskresi
sisa-sisa metabolisme
Ginjal mengekskresikan zat-zat racun (misalnya
ureum,asam urat,keratinin,sulfat,fosfat) dan obat-obatan dari tubuh.
e.
Reabsorpsi bahan
yang bersifat vital untuk tubuh.
Normalnya,bahan-bahan bahan-bahan organic seperti glukosa
dan asam amino direabsorpsi secara total ke dalam darah, dan biasanya tidak
diekskresikan ke dalam urin. Upaya ini mencegah hilangnya nutrient-nutrien
penting dari tubuh.
f.
Fungsi hormonal
dan metabolisme.
Ginjal mengekresikan hormone renin untuk mempertahankan
keseimbangan cairan-elektrolit dan tekanan darah (sistem
renin-angiotensin-aldosteron). Selain itu,ginjal juga berperan dalam proses
metabolism zat-zat tertentu (misalnya obat).
2.
Ureter
Ureter adalah tabung yang berasal dari ginjal dan
bermuara di kandung kemih. Panjangnya sekitar 25 cm dan diameternya 1,25 cm.
Bagian atas ureter berdilatasi dan melekat pada hilus ginjal,sedangkan bagian
bawahnya memasuki kandung kemih pada sudut posterior dasar kandung kemih. Urin
di dorong melewati ureter dengan gelombang peristaltis yang terjadi sekitar 1-4
kali per menit. Pada pertemuan antara ureter dan kandung kemih,terdapat lipatan
membrane mukosa yang bertindak sebagai katup guna mencegah refluks urin kembali
ke ureter sehingga mencegah penyebaran infeksi dari kandung kemih ke atas.
3.
Kandung kemih.
Kandung kemih (vesika Urinaria) adalah kantung
muscular tempat urin bermuara dari ureter. Ketika kosong atau setengah
terisi,kandung kemih terletak di simfisis pubis. Pada pria,kandung kemih
terletak diantara kelenjar prostat dan rectum sedangkan pada wanita,kandung
kemih terletak antara uterus dan vagina. Dinding kandung kemih sangat elastis
sehingga mampu menahan regangan yang sangat besar. Saat penuh,kandung kemih
bisa melebihi simfisis pubis bahkan bisa setinggi umbilicus.
4.
Uretra.
Uretra membentang dari
kandung kemih sampai meatus uretra. Panjang uretra pada pria sekitar 20 cm dan
membentang dari kandung kemih sampai ujung penis. Uretra pria terdiri dari tiga
bagian,yaitu uretra pars prostatika,uretra pars membranosa dan uretra pars
spongiosa. Pada wanita,panjang uretra sekitar 3 cm dan membentang dari kandung
kemih sampai lubang diantara labia minora,2,5 cm di belakang klitoris. Karena
uretranya yang pendek,wanita lebih rentan mengalami infeksi saluran kemih.
Ciri-ciri urin normal.
Ciri-ciri urin yang normal meliputi :
1.
Jumlah dalam 24
jam ±1.500 cc,tergantung pada banyaknya asupan cairan.
2.
Berwarna oranye
bening,pucat,tanpa endapan.
3.
Berbau tajam.
4.
Sedikit asam (PH
rata-rata 6).
Prose pembentukan urin.
Ada tiga proses dasar yang
berperan dalam pembentukan urine: Filtrasi glomerulus,reabsorpsi
tubulus,sekresi tubulus.
2.3
Proses Berkemih.
Mikturisi,berkemih,dan
urinasi adalah proses pengosongan kandung kemih sampai tekanan menstimulasi
ujung saraf sensorik khusus di dinding kemih yang disebut reseptor regang. Ini
terjadi jika kandung kemih orang dewasa berisi antara 250-450 ml urine. Pada
anak-anak,volumenya jauh lebih sedikit,50-200 ml urin.
Fisiologi berkemih secara umum menurut Gibson (2003)
sebagai berikut :
2.4
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebutuhan Eliminasi Urin.
Faktor-faktor yang mempengaruhi eliminasi urin
meliputi :
1. Pertumbuhan
dan perkembangan.
Jumlah urin yang diekskresikan dapat dipengaruhi oleh
usia dan berat badan seseorang. Normalnya,bayi dan anak-anak mengekresikan
400-500 ml urin tiap harinya. Sedangkan orang dewasa mengekskresikan 1500-1600 ml urin per hari. Dengan kata
lain,bayi yang beratnya 10% orang dewasa mamppu mengekresikan urin 33% lebih
banyak dari orang dewasa. Seiring penuaan,lansia juga mengalami perubahan pada
fungsi ginjal dan kandung kemihnya sehingga mengakibatkan perubahan pada pola
eliminasi urin (misalnya,nokturria,sering berkemih,residu urin). Sedangkan ibu
hamil dapat mengalami peningkatan keinginan miksi akibat adanya penekenan pada
kandung kemih.
2. Asupan cairan
dan makanan.
Kebiasaan mengkonsumsi jenis
makanan atau minuman tertentu(misalnya,teh,kopi,coklat,
alcohol) dapat menyebabkan
peningkatan ekskresi urin karena dapat menghambat hormone anti diuretic (ADH).
3.
Kebiasaan/gaya hidup.
Gaya hidup ada kaitannya dengan kebiasaan seseorang
ketika berkemih. Sebagai contoh,seseorang yang terbiasa buang air kecil
disungai atau dialam bebas akan mengalami kesulitan ketika harus berkemih di
toilet atau menggunakan pispot pada saat sakit.
4.
Faktor psikologis.
Kondisi stress dan kecemasan dapat menyebabkan
peningkatan stimulus berkemih,disamping stimulus buang air besar(diare) sebagai
upaya kompensasi.
5.
Aktivitas dn tonus otot.
Eliminasi urine membutuhkan kerja (kontraksi)
otot-otot kandung kemih,abdomen,dan pelvis. Jika terjadi gangguan pada
kemampuan tonus otot,dorongan untuk berkemih juga akan berkurang. Aktivitas
dapat meningkatkan kemampuan metabolism dan produksi urin secara optimal.
6.
Kondisi patologis.
Kondisi sakit seperti demam dapat menyebabkan
penurunan produksi urin akibat banyaknya cairan yang dikeluarkan melalui
penguapan kulit. Kondisi inflamasi dan iritasi organ kemiih dapat menyebabkan
retensi urin.
7.
Medikasi.
Penggunaan obat-obatan tertentu (misalnya,diuretic)
dapat meningkatkan pengeluaran urin,sedangkan penggunaan antikolinergenik dapat
menyebabkan retensi urin.
8.
Prosedur pembedahan.
Tindakan pembedahan yang
menyebabkan stres yang akan memicu sindrom adaptasi umum. Kelenjar hipofisis
anterior akan melepaskan hormone ADH sehingga meningkatkan reabsorpsi air dan
menurunkan pengeluran urin. Selain itu, respons stress juga meningkatkan kadar
aldosterone yang mengakibatkan penurunan pengeluaran urin.
9.
Pemeriksaan fisik diagnostic.
Prosedur pemeriksaan saluran
perkemihan,seperti pielogram intravena dan urogram,tidak membolehkan pasien
mengkonsumsi cairan per oral sehingga akan mempengaruhi pengeluaran urin,
Selain itu,pemeriksaan diagnostic yang bertujuan melihat struktur perkemihan
(misalnya,sitoskopi) dapat menyebabkan edema pada ooutlet uretra dan spasme
pada spingter kandung kemih. Ini menyebabkan klien mengalami retensi urin dan
mengeluarkan urin berwarna merah akibat perdarahan.
2.5 Perubahan Pola Eliminasi Urin.
1.
Frekuensi : meningkatnya frekuensi berkemih tanpa intake cairan yang
meningkat, biasanya terjadi pada cystitis, stres dan wanita hamil.
2.
Urgency : perasaan ingin segera berkemih dan biasanya terjadi pada
anak-anak karena kemampuan spinter untuk mengontrol berkurang.
3.
Dysuria : rasa sakit dan kesulitan dalam berkemih misalnya pada infeksi
saluran kemih, trauma dan striktur uretra.
4.
Polyuria (diuresis) : produksi urine melebihi normal, tanpa peningkatan
intake cairan misalnya pada pasien DM.
5.
Urinary suppression : keadaan di mana ginjal tidak memproduksi urine
secara tiba-tiba. Anuria (urine kurang dari 100 ml/24 jam), olyguria (urine
berkisar 100-500 ml/jam).
2.6 Masalah-Masalah Pada Kebutuhan Eliminasi Urin.
1.
Retensi urine
Retensi
urine merupakan penumpukan urine dalam kandung kemih akibat ketidakmampuan
kandung kemih untuk mengosongkan kandung kemih. Hal ini menyebabkan distensi
vesika urinaria atau merupakan keadaan ketika seseorang mengalami pengosongan
kandung kemih yang tidak lengkap. Dalam keadaan distensi, vesika urinaria dapat
menampung urine sebanyak 3000 – 4000 ml urine. Tanda klinis retensi:
•
ketidaknyamanan daerah pubis
•
distensi vesika urinaria
•
ketidak sanggupan untuk berkemih
•
sering berkemih, saat vesika urinaria berisi sedikit urine. ( 25-50 ml)
•
ketidakseimbangan jumlah urine yang dikeluarkan dengan asupannya
•
meningkatkan keresahan dan keinginan berkemih
•
adanya urine sebanyak 3000-4000 ml dalam kandung kemih.
Penyebab:
• operasi
pada daerah abdomen bawah, pelvis vesika urinaria
• trauma
sum sum tulang belakng
• tekanan
uretra yang tinggi karena otot detrusor yang lemah
• sphincter
yang kuat
• sumbatan
(striktur uretra dan pembesaran kelenjar prostat)
2.
Inkontinensia Urine
Inkontinensia
urine merupakan ketidakmampuan otot sphincter eksternal sementara atau menetap
untuk mengontrol ekskresi urine. Secara umum, penyebab dari inkontinensia urine
adalah proses penuaan, pembesaran kelenjar prostat, serta penuaaan kesadaran,
serta penggunaan obat narkotik. Inkotinensia terdiri atas:
a.
Inkotinensia Dorongan : Merupakan keadaan dimana seseorang mengalami
pengeluaran urine tanpa sadar,terjadi segera setelah merasa dorongan yang kuat
untuk berkemih.
Tanda-tanda
inkotinensia dorongan:
• Sering
miksi (miksi lebih dari 2 jam sekali)
• Sepasme
kandung kemih
Kemungkinan
penyebab
• Penurunan
kapasitas kandung kemih
• Iritasi
pada reseptor regangan kandung kemih yang menyebabkan sepasme
• Minum
alkohol atau caffeine
• Peningkatan
cairan
• Peningkatan
konsentrasi urine
• Distensi
kandung kemih yang berlebihan
b.
Inkontinensia total : Merupakan keadaan dimana seseorang mengalami
pengeluaran urine yang terus-menerus dan tidak dapat diperkirakan. Kemungkinan
penyebab:
• Dispungsi
neurologis
• Kontraksi
independent dan refleks detrusor karena pembedahan
• Trauma
atau penyakit yang mempengaruhi syaraf medula spinalis
• Fistula
• Neuropati
Tanda-tanda
inkontinensial total:
• Aliran
konstant yang terjadi pada saat tidak diperkirakan
• Tidak
ada distensi kandung kemih
• Nocturia
• Pengobatan
inkontinensia tidak berhasil
c.
Inkontinensia stress : Merupakan keadaan seseorang yang mengalami
kehilangan urine kurang dari 50 ml, terjadi dengan peningkatan tekanan abdomen.
Kemungkinan
penyebab:
• Perubahan
degeneratif pada otot pelfis dan struktur penunjang yang berhubungan dengan
penuaan.
• Tekanan
intra abdominal tinggi (obesitas)
• Distensi
kandung kemih
• Otot
pelfis dan struktur penunjang lemah
Tanda-tanda
inkontensia setres:
• Adanya
urine menetes dengan peningkatan tekanan abdomen
• Adanya
dorongan berkemih
• Sering
miksi (lebih dari 2 jam sekali)
d.
Inkotinensia Refleks : Merupakan keadaan dimana seseorang mengalami
pengeluaran urine yang tidak dirasakan<terjadi pada interval yang dapat
diperkirakan bila volume kandung kemih mencapai jumlah tertentu. Kemungkinan
penyebab:
• Kerusakan
neurologis (lesi medula spinalis)
Tanda-tanda
Inkontinensia refleks:
• Tidak
ada dorongan berkemih.
• Merasa
bahwa kandung kemih penuh.
• Kontraksi
atau spasme kandung kemih tidak di hambat pada interval teratur.
e.
Inkontinensial fugsional : Merupakan keadaan seseorang yang mengalami
pengeluaran urine secara tanpa disadari dan tidak dapat diperkirakan.
Kemungkinan penyebab:
• Kerusakan
neurologis(lesi medula sepinalis)
Tanda-tanda
inkontinensial fungsional:
• Adanya
dorongan untuk berkemih
• Kontraksi
kandung kemih cukup kuat untuk mengeluarkan
3.
Enuresis
Enuresis
merupakan ketidaksanggupan menahan kemih yang diakibatkan tidak mampu
mengontrol sphincter eksternal. Biasanya, enuresis terjadi pada anak atau otang
jompo. Umumnya enuresis terjadi pada malam hari.
Faktor
penyebab:
• Kapasitas
vesika urinaria lebih besar dari normal
• Vesika
urinaria peka ransang, dan seterusnya tidak dapat menampung urine dalam jumlah
besar
• Suasana
emosional yang tidak menyenangkan di rumah
• Infeksi
saluran kemih, perubahan fisik, atau neorologis sistem perkemihan
• Makanan
yang banyak mengandung garam dan mineral
• Anak
yang takut jalan gelap untuk ke kamar mandi.
4.
Perubahan Pola Eliminasi Urine
Perubahan
pola eliminasi urine merupakan keadaan seseorang yang mengalami gangguan pada
eliminasi urine karena obstruksi anatomis, kerusakan motorik sensorik, dan
infeksi saluran kemih. Perubahan pola eliminasi terdiri atas:
a.
Frekuensi : merupakan banyaknya jumlah berkemih dalam sehari. Peningkatan
frekuensi berkemih dikarenakan meningkatnya jumlah cairan yang masuk. Frekuensi
yang tinggi tanpa suatu tekanan asupan cairan dapat disebabkan oleh sistisis.
Frekuensi tinggi dapat ditemukan juga pada keadaan stres atau hamil.
b.
Urgensi : perasaan seseorang yang takut mengalami inkontinensia jika tidak
berkemih. Pada umumnya, anak kecil memiliki kemampuan yang buruk dalam
mengontrol sphincter eksternal. Biasanya, perasaan segera ingin berkemih
terjadi pada anak karena kurangnya pengontrolan pada sphincter.
c.
Disuria : rasa sakit dan kesulitan dalam berkemih. Hal ini sering
ditemukan pada penyakit infeksi saluran kemih, trauma, dan striktur uretra.
d.
Poliuria : merupakan produksi urine abnormal dalam jumlah besar oleh
ginjal, tanpa adanya peningkatan asupan cairan. Biasanya, hal ini dapat
ditemukan pada penyakit diabetes mellitus dan penyakit ginjal kronis.
e.
Urinaria Supresi : berhentinya produksi urine secara mendadak. Secara
normal, urine diproduksi oleh ginjal pada kecepatan 60 – 120 ml/jam secara
terus – menerus.
2.7 Proses Keperawatan : Masalah-masalah pada kebutuhan
eliminasi urine,Etiologi (patofisiologi) tiap masalah kebutuhan,pengkajian
keperawatan (Anamnesa fokus tiap masalah kebutuhan,pemeriksaan fisik fokus tiap
masalah kebutuhan,prosedur diagnostik/data penunjang tiap masalah
kebutuhan),perencanaan keperawatan tiap DP,Tindakan keperawatan tiap DP(cara
menolong BAK dengan pispot/urinal,menggunakan kondom kateter,memasang kateter
urine pada wanita dan laki-laki),evaluasi keperawatan tiap DP.
A. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian pada kebutuhan elimiasi urine meliputi :
1. Kebiasaan berkemih
Pengkajian ini meliputi bagaimana kebisaan berkemih serta hambatannya. Frekuensi berkemih tergatung pada kebiasaan dan kesempatan. Banyak orang berkemih setiap hari pada waktu bangun tidur dan tidak memerlukan waktu untuk berkemih pada waktu malam hari.
2. Pola berkemih
• frekuensi berkemih
frekuesi berkemih menentuka berapa kali individu berkemih dalam waktu 24 jam
• Urgensi
Perasaan seseorang untuk berkemih seperti seseorang ke toilet karena takut megalami inkotinensia jika tidak berkemih
• Disuria
Keadaan rasa sakit atau kesulitan saat berkemih. Keadaan ini ditemukan pada striktur uretra, infeksi saluran kemih, trauma pada vesika urinaria.
• Poliuria
Keadaan produksi urine yang abnormal yang jumlahnya lebih besar tanpa adanya peingkata asupa caira. Keadaan ini dapat terjadi pada penyekit diabetes, defisiensi ADH, da pen yakit kronis ginjal.
• Urinaria supresi
Keadaan produksi urine yang berhenti secara medadak. Bila produksi urine kurag dari 100 ml/hari dapat dikataka anuria, tetapi bila produksiya atara 100 – 500 ml/hari dapat dikataka sebagai oliguria.
3. Volume urine
volume urine menentukan berapa jumlah urine yang dikeluarka dalam waktu 24 jam.
4. faktor yang mempengaruhi kebiasaan berkemih
• diet da asupan (diet tinngi protei dan natirum) dapat mempengaruhi jumlah urine yang dibentuk, sedangka kopi dapat meningkatkan jumlah urine
• gaya hidup
• stress psikologi dapat meingkatka frekuensi keinginan berkemih.
• Tingkat aktivitas
5. Keadaan urine
Keadaan urie meliputi : warna, bau, berat jeis, kejerihan, pH, protei, darah, glukosa.
6. Tanda klinis gangguan elimiasi urine seperti retensi urine, inkontinensia uirne.
B. Diagnosa Keperawatan
Diagosa keperawata yang terjadi pada masalah kebutuhan eliminasi urine adalah sebagai berikut 1. Perubahan pola eliminasi urine b/d
Ketidakmampuan salura kemih akibat anomali saluran urinaria
Penurunan kapsitas atau iritasi kandung kemih akibat penyakit§
Kerusakan pada saluran kemih§
Efek pembedahan pada saluran kemih§
2. Inkontinensia fungsional b/d
penurunan isyarat kandung kemih§ dan kerusakan kemampuan untuk mengenl isyarat akibat cedera atau kerusakan k. Kemih
Pengkajian pada kebutuhan elimiasi urine meliputi :
1. Kebiasaan berkemih
Pengkajian ini meliputi bagaimana kebisaan berkemih serta hambatannya. Frekuensi berkemih tergatung pada kebiasaan dan kesempatan. Banyak orang berkemih setiap hari pada waktu bangun tidur dan tidak memerlukan waktu untuk berkemih pada waktu malam hari.
2. Pola berkemih
• frekuensi berkemih
frekuesi berkemih menentuka berapa kali individu berkemih dalam waktu 24 jam
• Urgensi
Perasaan seseorang untuk berkemih seperti seseorang ke toilet karena takut megalami inkotinensia jika tidak berkemih
• Disuria
Keadaan rasa sakit atau kesulitan saat berkemih. Keadaan ini ditemukan pada striktur uretra, infeksi saluran kemih, trauma pada vesika urinaria.
• Poliuria
Keadaan produksi urine yang abnormal yang jumlahnya lebih besar tanpa adanya peingkata asupa caira. Keadaan ini dapat terjadi pada penyekit diabetes, defisiensi ADH, da pen yakit kronis ginjal.
• Urinaria supresi
Keadaan produksi urine yang berhenti secara medadak. Bila produksi urine kurag dari 100 ml/hari dapat dikataka anuria, tetapi bila produksiya atara 100 – 500 ml/hari dapat dikataka sebagai oliguria.
3. Volume urine
volume urine menentukan berapa jumlah urine yang dikeluarka dalam waktu 24 jam.
4. faktor yang mempengaruhi kebiasaan berkemih
• diet da asupan (diet tinngi protei dan natirum) dapat mempengaruhi jumlah urine yang dibentuk, sedangka kopi dapat meningkatkan jumlah urine
• gaya hidup
• stress psikologi dapat meingkatka frekuensi keinginan berkemih.
• Tingkat aktivitas
5. Keadaan urine
Keadaan urie meliputi : warna, bau, berat jeis, kejerihan, pH, protei, darah, glukosa.
6. Tanda klinis gangguan elimiasi urine seperti retensi urine, inkontinensia uirne.
B. Diagnosa Keperawatan
Diagosa keperawata yang terjadi pada masalah kebutuhan eliminasi urine adalah sebagai berikut 1. Perubahan pola eliminasi urine b/d
Ketidakmampuan salura kemih akibat anomali saluran urinaria
Penurunan kapsitas atau iritasi kandung kemih akibat penyakit§
Kerusakan pada saluran kemih§
Efek pembedahan pada saluran kemih§
2. Inkontinensia fungsional b/d
penurunan isyarat kandung kemih§ dan kerusakan kemampuan untuk mengenl isyarat akibat cedera atau kerusakan k. Kemih
kerusakan mobilitas§
kehilangan kemampuan motoris dan sensoris§
3. Inkontinensia refleks b/d
Gagalnya fungsi rangsang di atas tingkatan arkus refleks akibat cedera pada m. spinalis
4. Inkontinensia stress b/d
Tingginya tek. Intraabdimibal dan lemahnya otor peviks akibat kehamilan§
Penurunan tonus otot
5. Inkontinensia total b/d
Defisit komnikasi atau persepsi
6. Inkontinensia dorongan b/d
Penurunan kapasitas k. Kemih akibat penyakit infeksi, trauma, tindakan pembedahan, faktor penuaan
7. retesi urine b/d
adanya hambatan pada sfingter akibat pebyakit striktur, BHP
8. perubahan body image b/d
inkontinensia dan enuresis
9. resiko terjadinya infeksi salura kemih b/d pemasangan kateter , kebersihan perineum yang kurang
10. resiko perubahan keseimbangan cairan dan elektrolit b/d gangguan drainase ureterostomi.
C. Perencanaan Keperawatan
Tujuan :
1. memahami arti eliminasi urine
2. membantu mengosongkan kandung kemih secara penuh
3. mencegah infeksi
4. mempertahankan integritas kulit
5. memberikan rasa nyaman
6. mengembalikan fungsi kandung kemih
7. memberikan asupan secara tepat
8. mencegah kerusakan kulit
9. memulihkan self esteem atau mencegah tekanan emosional
D. Rencanakan Tindakan :
1. monitor/obervasi perubahan faktor, tanda dan gejala terhadap masalah perubahan eliminasi urine, retensi dan urgensia
2. kurangi faktor yang mempengaruhi/penyebab masalah
3. monitor terus perubahan retensi urine
4. lakukan kateterisasi urine
Inkontinensia dorongan
1. pertahankan hidrasi secara optimal
2. ajarkan untuk meningkatkan kapasitas kandung kemih dengan cara
3. ajarkan pola berkemih terencana (untuk mengatasi kontraksi kandung kemih yang tidak biasa)
4. anjurkan berkemih pada saat terjaga seperti setelah makan, latihan fisik, mandi
5. anjurkan untuk menahan sampai waktu berkemih
6. lakukan kolaborasi dengan tim dokter dalam mengatasi iritasi kandung kemih
Inkontinensia total
1. pertahankan jumlah cairan dan berkemih
2. rencanakan program kateterisasi intermiten apabila ada indikasi
3. apabila terjadi kegagalan pada latihan kandung kemih pertimbangan untuk pemasangan kateter indweeling
Inkontinensia stress
kurangi faktor penyebab seperti :
1. kehilangan jaringan atau tonus otot, dengan cara :
• ajarkan untuk mengidentifikasi otot dasar pelviks dan kekuatan dan kelemahannya saat melakukan latihan
• untuk otot dasar pelviks anterior bayangkan anda mencoba menghentikan aliran urine, kencangkan otot-otot belakang dan depan dalam waktu 10 detik, kemudian lepaskan atau rileks, ulangi hingga 10 kalidan lakukan 4 kali sehari
2. meningkatkan tekanan abdomen dengan cara :
• latih untuk menghindari duduk lama
• latih untk sering berkemih sedikitnya tiap 2 jam.
Inkontinensia fungsional
Ajarkan teknik merangsang redleks berkemih, dengan berkemih seperti :
mekanisme supra pubis kutaneus
1. ketuk supra pubis secara dalam, tajam dan berulang
2. anjurkan pasien untuk
• posisi setengah duduk
• mengetuk kandung kemih secara langsug denga rata-rata 7 – 8 kali seiap detik
• gunakan sarung tangan
• pindahkan sisi rangsangan di atas kandung kemih untuk menentukan posisi saling berhasil
• lakukan hingga aliran baik
• tunggu kurang lebih 1 menit dan ulangi hingga kandung kemih kosong
• apabila rangsangan dua kali lebih dan tidak ada respon, berarti sudah tidak ada lagi yang dikeluarkan.
3. apabila belum berhasil, lakukan hal berikut ini selama 2- 3 menit dan berikan jeda waktu 1 menit di antara setiap kegiatan
• tekan gland penis
• pukul perut di atas ligamen inguinalis
• tekan paha bagian dalam
4. catat jumlah asupan dan pengeluaran
5. jadwalkan program kateterisasi pada saat tertentu
Inkontinensia Fungsional
1. tingkatkan faktor yang berperan dalam kontinen, sepperti :
a. Pertahakan hidrasi optimal dengan cara
b. Pertahankan nutrisi yang adekuat
c. Tingkatka intergritas diri dan berikan motivasi kemampuan mengontrol kandung kemih, dengan cara menghindari penggunaan bedpan (pispot).
d. Tingkatkan integritas kulit dengan cara
e. Tingkatkan higiene perseorangan denga cara
2. jelaskan cara mengenali perubahan urine yang abnormal seperti adanya peningkatan mukosa, darah dala urine dan perubahan warna
3. ajarkan cara memantau adanya tanda dan ISK, seperti peningkatan suhu, perubahan keadaan urine, nyeri supra pubis bagian atas, nyeri saat berkemih, mual, muntah
E. Pelaksanaan (tindakan Keperawatan)
kehilangan kemampuan motoris dan sensoris§
3. Inkontinensia refleks b/d
Gagalnya fungsi rangsang di atas tingkatan arkus refleks akibat cedera pada m. spinalis
4. Inkontinensia stress b/d
Tingginya tek. Intraabdimibal dan lemahnya otor peviks akibat kehamilan§
Penurunan tonus otot
5. Inkontinensia total b/d
Defisit komnikasi atau persepsi
6. Inkontinensia dorongan b/d
Penurunan kapasitas k. Kemih akibat penyakit infeksi, trauma, tindakan pembedahan, faktor penuaan
7. retesi urine b/d
adanya hambatan pada sfingter akibat pebyakit striktur, BHP
8. perubahan body image b/d
inkontinensia dan enuresis
9. resiko terjadinya infeksi salura kemih b/d pemasangan kateter , kebersihan perineum yang kurang
10. resiko perubahan keseimbangan cairan dan elektrolit b/d gangguan drainase ureterostomi.
C. Perencanaan Keperawatan
Tujuan :
1. memahami arti eliminasi urine
2. membantu mengosongkan kandung kemih secara penuh
3. mencegah infeksi
4. mempertahankan integritas kulit
5. memberikan rasa nyaman
6. mengembalikan fungsi kandung kemih
7. memberikan asupan secara tepat
8. mencegah kerusakan kulit
9. memulihkan self esteem atau mencegah tekanan emosional
D. Rencanakan Tindakan :
1. monitor/obervasi perubahan faktor, tanda dan gejala terhadap masalah perubahan eliminasi urine, retensi dan urgensia
2. kurangi faktor yang mempengaruhi/penyebab masalah
3. monitor terus perubahan retensi urine
4. lakukan kateterisasi urine
Inkontinensia dorongan
1. pertahankan hidrasi secara optimal
2. ajarkan untuk meningkatkan kapasitas kandung kemih dengan cara
3. ajarkan pola berkemih terencana (untuk mengatasi kontraksi kandung kemih yang tidak biasa)
4. anjurkan berkemih pada saat terjaga seperti setelah makan, latihan fisik, mandi
5. anjurkan untuk menahan sampai waktu berkemih
6. lakukan kolaborasi dengan tim dokter dalam mengatasi iritasi kandung kemih
Inkontinensia total
1. pertahankan jumlah cairan dan berkemih
2. rencanakan program kateterisasi intermiten apabila ada indikasi
3. apabila terjadi kegagalan pada latihan kandung kemih pertimbangan untuk pemasangan kateter indweeling
Inkontinensia stress
kurangi faktor penyebab seperti :
1. kehilangan jaringan atau tonus otot, dengan cara :
• ajarkan untuk mengidentifikasi otot dasar pelviks dan kekuatan dan kelemahannya saat melakukan latihan
• untuk otot dasar pelviks anterior bayangkan anda mencoba menghentikan aliran urine, kencangkan otot-otot belakang dan depan dalam waktu 10 detik, kemudian lepaskan atau rileks, ulangi hingga 10 kalidan lakukan 4 kali sehari
2. meningkatkan tekanan abdomen dengan cara :
• latih untuk menghindari duduk lama
• latih untk sering berkemih sedikitnya tiap 2 jam.
Inkontinensia fungsional
Ajarkan teknik merangsang redleks berkemih, dengan berkemih seperti :
mekanisme supra pubis kutaneus
1. ketuk supra pubis secara dalam, tajam dan berulang
2. anjurkan pasien untuk
• posisi setengah duduk
• mengetuk kandung kemih secara langsug denga rata-rata 7 – 8 kali seiap detik
• gunakan sarung tangan
• pindahkan sisi rangsangan di atas kandung kemih untuk menentukan posisi saling berhasil
• lakukan hingga aliran baik
• tunggu kurang lebih 1 menit dan ulangi hingga kandung kemih kosong
• apabila rangsangan dua kali lebih dan tidak ada respon, berarti sudah tidak ada lagi yang dikeluarkan.
3. apabila belum berhasil, lakukan hal berikut ini selama 2- 3 menit dan berikan jeda waktu 1 menit di antara setiap kegiatan
• tekan gland penis
• pukul perut di atas ligamen inguinalis
• tekan paha bagian dalam
4. catat jumlah asupan dan pengeluaran
5. jadwalkan program kateterisasi pada saat tertentu
Inkontinensia Fungsional
1. tingkatkan faktor yang berperan dalam kontinen, sepperti :
a. Pertahakan hidrasi optimal dengan cara
b. Pertahankan nutrisi yang adekuat
c. Tingkatka intergritas diri dan berikan motivasi kemampuan mengontrol kandung kemih, dengan cara menghindari penggunaan bedpan (pispot).
d. Tingkatkan integritas kulit dengan cara
e. Tingkatkan higiene perseorangan denga cara
2. jelaskan cara mengenali perubahan urine yang abnormal seperti adanya peningkatan mukosa, darah dala urine dan perubahan warna
3. ajarkan cara memantau adanya tanda dan ISK, seperti peningkatan suhu, perubahan keadaan urine, nyeri supra pubis bagian atas, nyeri saat berkemih, mual, muntah
E. Pelaksanaan (tindakan Keperawatan)
A. Pengumpulan Urine untuk bahan
pemeriksaan
Mengingat tujuan pemeriksaan berbeda-beda, maka pengambilan sampel urine juga dibeda-bedakan sesuai dengan tujuannya. Cara pengambilan urine tersebut atara lain : pegambilan urine biasa, pegambila urine steril dan pengumpulan selama 24 jam.
1. pengambilan urine biasa merupaka pengambilan urine dengan cara mengeluarkan urine seperti biasa, yaitu buang air kecil. Biasanya untuk memeriksa gula atau kehamilan.
2. pengambilan urine steril merupakan pengambilan urine dengan cara dengan menggunakan alat steril, dilakukan dengan menggunakan alat steril, dilakukan dengan keteterisasi atau pungsi supra pubis. Pengambilan urine steril bertujuan mengetahui adanya infeksi pada uretra, ginjal atau saluran kemih lainnya.
3. pengambilan urine selama 24 jam merupakan pengambilan urine yang dikumpulkan dalam 24 jam, bertujuan untuk mengeetahui jumlah urine selama 24 jam dan mnegukur berat jenis urine, asupan dan pengeluaran serta mengetahui fungsi ginjal.
Alat :
1. botol penampung beserta penutup
2. etiket khusus
Prosedur Kerja
1. mencuci tangan
2. jelaskan prosedur yang akan dilakukan
3. bagi pasien yang tidak mampu buang air kecil sendiri, bantu untuk BAK, keluarkan urine setelah itu tampung dengan meggunakan botol
4. bagi pasien yang mampu BAK sendiri, anjurka pasien untuk BAK dan anjurkan untuk menampung urine ke dalam botol.
5. catat nama dan tanggal pengambilan pemeriksaan
6. cuci tangan
B. Menolong untuk buang air kecil dengan menggunakan urinal
Mengingat tujuan pemeriksaan berbeda-beda, maka pengambilan sampel urine juga dibeda-bedakan sesuai dengan tujuannya. Cara pengambilan urine tersebut atara lain : pegambilan urine biasa, pegambila urine steril dan pengumpulan selama 24 jam.
1. pengambilan urine biasa merupaka pengambilan urine dengan cara mengeluarkan urine seperti biasa, yaitu buang air kecil. Biasanya untuk memeriksa gula atau kehamilan.
2. pengambilan urine steril merupakan pengambilan urine dengan cara dengan menggunakan alat steril, dilakukan dengan menggunakan alat steril, dilakukan dengan keteterisasi atau pungsi supra pubis. Pengambilan urine steril bertujuan mengetahui adanya infeksi pada uretra, ginjal atau saluran kemih lainnya.
3. pengambilan urine selama 24 jam merupakan pengambilan urine yang dikumpulkan dalam 24 jam, bertujuan untuk mengeetahui jumlah urine selama 24 jam dan mnegukur berat jenis urine, asupan dan pengeluaran serta mengetahui fungsi ginjal.
Alat :
1. botol penampung beserta penutup
2. etiket khusus
Prosedur Kerja
1. mencuci tangan
2. jelaskan prosedur yang akan dilakukan
3. bagi pasien yang tidak mampu buang air kecil sendiri, bantu untuk BAK, keluarkan urine setelah itu tampung dengan meggunakan botol
4. bagi pasien yang mampu BAK sendiri, anjurka pasien untuk BAK dan anjurkan untuk menampung urine ke dalam botol.
5. catat nama dan tanggal pengambilan pemeriksaan
6. cuci tangan
B. Menolong untuk buang air kecil dengan menggunakan urinal
Menolong BAK dengan menggunakan urinal merupakan tindakan
keperawatan dengan membantu pasien yang tidak mampu BAK sendiri dikamar kecil
dengan menggunakan alat penampung dengan tujuan menampung urine dan mengetahui
kelainan urine (warna dan jumlah)
Alat dan bahan :
1. urinal
2. pengalas
3. tisu
Prosedur Kerja
1. Cuci tangan
2. jelaskna prosedur pada pasine
3. pasang alas urinal di baah glutea
4. lepas pakaian bawah pasien
5. pasang urinal dibawah glutea/pinggul atau diantara kedua paha
6. anjurkan pasien untuk berkemih
7. setelah selesai, rapikan alat
8. cuci tangan dan catat warna serta jumlah produksi urine
1. urinal
2. pengalas
3. tisu
Prosedur Kerja
1. Cuci tangan
2. jelaskna prosedur pada pasine
3. pasang alas urinal di baah glutea
4. lepas pakaian bawah pasien
5. pasang urinal dibawah glutea/pinggul atau diantara kedua paha
6. anjurkan pasien untuk berkemih
7. setelah selesai, rapikan alat
8. cuci tangan dan catat warna serta jumlah produksi urine
C. Melakukan kateterisasi
1. Definisi
• Kateter adalah pipa untuk memasukkan atau mengeluarkan cairan
• Kateter terutama terbuat dari bahan karet atau plastik, metal, woven silk dan silikon
• Kandung kemih adalah sebuah kantong yang berfungsi untuk menampung air seni yang be rubah-ubah jumlahnya yang dialirkan oleh sepasang ureter dari sepasang ginjal
• Kateterisasi kandung kemih adalah dimasukkannya kateter melalui urethra ke dalam kandung kemih untuk mengeluarkan air seni atau urine.
2. Tujuan
• Untuk segera mengatasi distensi kandung kemih
• Untuk pengumpulan spesimen urine
• Untuk mengukur residu urine setelah miksi di dalam kandung kemih
• Untuk mengosongkan kandung kemih sebelum dan selama pembedahan
Indikasi :
Tipe Intermitten
o tidak mampu berkemih 8 – 12 jam setelah operasi
o retensi akut setelah trauma uretra
o tidak mampu berkemih akibat obat sedatif atau analgesik
o cedera pada tulang belakang
o degenerasi neuromuskular secara progresif
o pengeluaran urine residual
Tipe Indwelling
o obstruksi aliran urine
o pasca operasi saluran uretra dan struktur disekitarnya
o obstruksi uretra
o inkontinensia dan disorientasi berat
3. Prosedur
A. Alat :
a. Tromol steril berisi
b. Gass steril
c. Deppers steril
d. Handscoen
e. Cucing
f. Neirbecken
g. Pinset anatomis
h. Doek
i. Kateter steril sesuai ukuran yang dibutuhkan
j. Tempat spesimen urine jika diperlukan
k. Urinebag
l. Perlak dan pengalasnya
m. Disposable spuit
n. Selimut
B. Obat
a. Aquadest
b. Bethadine
c. Alkohol 70 %
C. Petugas
a. Pengetahuan dasar tentang anatomi dan fisiologi dan sterilitas mutlak dibutuhkan dalam rangka tindakan preventif memutus rantai penyebaran infeksi nosokomial
b. Cukup ketrampilan dan berpengalaman untuk melakukan tindakan dimaksud
c. Usahakan jangan sampai menyinggung perrasaan penderita, melakukan tindakan harus sopan, perlahan-lahan dan berhati-hati
d. Diharapkan penderita telah menerima penjelasan yang cukup tentang prosedur dan tujuan tindakan
D. Penderita
Penderita telah mengetahui dengan jelas segala sesuatu tentang tindakan yang akan dilakukan penderita atau keluarga diharuskan menandatangani informed consent
E. Penatalaksanaan
1. Menyiapkan penderita : untuk penderita laki-laki dengan posisi terlentang sedang wanita dengan posisi dorsal recumbent atau posisi Sim
2. Aturlah cahaya lampu sehingga didapatkan visualisasi yang baik
3. Siapkan deppers dan cucing , tuangkan bethadine secukupnya
4. Kenakan handscoen dan pasang doek lubang pada genetalia penderita
5. Mengambil deppers dengan pinset dan mencelupkan pada larutan bethadine
6. Melakukan desinfeksi sebagai berikut :
Pada penderita laki-laki : Penis dipegang dan diarahkan ke atas atau hampir tegak lurus dengan tubuh untuk meluruskan urethra yang panjang dan berkelok agar kateter mudah dimasukkan. desinfeksi dimulai dari meatus termasuk glans penis dan memutar sampai pangkal, diulang sekali lagi dan dilanjutkan dengan alkohol. Pada saat melaksanakan tangan kiri memegang penis sedang tangan kanan memegang pinset dan dipertahankan tetap steril.
Pada penderita wanita : Jari tangan kiri membuka labia minora, desinfeksi dimulai dari atas (clitoris), meatus lalu kearah bawah menuju rektum. Hal ini diulang 3 kali . deppers terakhir ditinggalkan diantara labia minora dekat clitoris untuk mempertahankan penampakan meatus urethra.
7. Lumuri kateter dengan jelly dari ujung merata sampai sepanjang 10 cm untuk penderita laki-laki dan 4 cm untuk penderita wanita. Khusus pada penderita laki-laki gunakan jelly dalam jumlah yang agak banyak agar kateter mudah masuk karena urethra berbelit-belit
8. Masukkan katether ke dalam meatus, bersamaan dengan itu penderita diminta untuk menarik nafas dalam.
Untuk penderita laki-laki : Tangan kiri memegang penis dengan posisi tegak lurus tubuh penderita sambil membuka orificium urethra externa, tangan kanan memegang kateter dan memasukkannya secara pelan-pelan dan hati-hati bersamaan penderita menarik nafas dalam. Kaji kelancaran pemasukan kateter jika ada hambatan berhenti sejenak kemudian dicoba lagi. Jika masih ada tahanan kateterisasi dihentikan. Menaruh neirbecken di bawah pangkal kateter sebelum urine keluar. Masukkan kateter sampai urine keluar sedalam 5 – 7,5 cm dan selanjutnya dimasukkan lagi +/- 3 cm.
Untuk penderita wanita : Jari tangan kiri membuka labia minora sedang tangan kanan memasukkan kateter pelan-pelan dengan disertai penderita menarik nafas dalam . kaji kelancaran pemasukan kateter, jik ada hambatan kateterisasi dihentikan. Menaruh nierbecken di bawah pangkal kateter sebelum urine keluar. Masukkan kateter sampai urine keluar sedalam 18 – 23 cm dan selanjutnya dimasukkan lagi +/- 3 cm.
9. Mengambil spesimen urine kalau perlu
10.Mengembangkan balon kateter dengan aquadest steril sesuai volume yang tertera pada label spesifikasi kateter yang dipakai
11.Memfiksasi kateter :
Pada penderita laki-laki kateter difiksasi dengan plester pada abdomen
Pada penderita wanita kateter difiksasi dengan plester pada pangkal paha
12.Menempatkan urinebag ditempat tidur pada posisi yang lebih rendah dari kandung kemih
13.Melaporkan pelaksanaan dan hasil tertulis pada status penderita yang meliputi :
• Hari tanggal dan jam pemasangan kateter
• Tipe dan ukuran kateter yang digunakan
• Jumlah, warna, bau urine dan kelainan-kelainan lain yang ditemukan
• Nama terang dan tanda tangan pemasang
• Kateter adalah pipa untuk memasukkan atau mengeluarkan cairan
• Kateter terutama terbuat dari bahan karet atau plastik, metal, woven silk dan silikon
• Kandung kemih adalah sebuah kantong yang berfungsi untuk menampung air seni yang be rubah-ubah jumlahnya yang dialirkan oleh sepasang ureter dari sepasang ginjal
• Kateterisasi kandung kemih adalah dimasukkannya kateter melalui urethra ke dalam kandung kemih untuk mengeluarkan air seni atau urine.
2. Tujuan
• Untuk segera mengatasi distensi kandung kemih
• Untuk pengumpulan spesimen urine
• Untuk mengukur residu urine setelah miksi di dalam kandung kemih
• Untuk mengosongkan kandung kemih sebelum dan selama pembedahan
Indikasi :
Tipe Intermitten
o tidak mampu berkemih 8 – 12 jam setelah operasi
o retensi akut setelah trauma uretra
o tidak mampu berkemih akibat obat sedatif atau analgesik
o cedera pada tulang belakang
o degenerasi neuromuskular secara progresif
o pengeluaran urine residual
Tipe Indwelling
o obstruksi aliran urine
o pasca operasi saluran uretra dan struktur disekitarnya
o obstruksi uretra
o inkontinensia dan disorientasi berat
3. Prosedur
A. Alat :
a. Tromol steril berisi
b. Gass steril
c. Deppers steril
d. Handscoen
e. Cucing
f. Neirbecken
g. Pinset anatomis
h. Doek
i. Kateter steril sesuai ukuran yang dibutuhkan
j. Tempat spesimen urine jika diperlukan
k. Urinebag
l. Perlak dan pengalasnya
m. Disposable spuit
n. Selimut
B. Obat
a. Aquadest
b. Bethadine
c. Alkohol 70 %
C. Petugas
a. Pengetahuan dasar tentang anatomi dan fisiologi dan sterilitas mutlak dibutuhkan dalam rangka tindakan preventif memutus rantai penyebaran infeksi nosokomial
b. Cukup ketrampilan dan berpengalaman untuk melakukan tindakan dimaksud
c. Usahakan jangan sampai menyinggung perrasaan penderita, melakukan tindakan harus sopan, perlahan-lahan dan berhati-hati
d. Diharapkan penderita telah menerima penjelasan yang cukup tentang prosedur dan tujuan tindakan
D. Penderita
Penderita telah mengetahui dengan jelas segala sesuatu tentang tindakan yang akan dilakukan penderita atau keluarga diharuskan menandatangani informed consent
E. Penatalaksanaan
1. Menyiapkan penderita : untuk penderita laki-laki dengan posisi terlentang sedang wanita dengan posisi dorsal recumbent atau posisi Sim
2. Aturlah cahaya lampu sehingga didapatkan visualisasi yang baik
3. Siapkan deppers dan cucing , tuangkan bethadine secukupnya
4. Kenakan handscoen dan pasang doek lubang pada genetalia penderita
5. Mengambil deppers dengan pinset dan mencelupkan pada larutan bethadine
6. Melakukan desinfeksi sebagai berikut :
Pada penderita laki-laki : Penis dipegang dan diarahkan ke atas atau hampir tegak lurus dengan tubuh untuk meluruskan urethra yang panjang dan berkelok agar kateter mudah dimasukkan. desinfeksi dimulai dari meatus termasuk glans penis dan memutar sampai pangkal, diulang sekali lagi dan dilanjutkan dengan alkohol. Pada saat melaksanakan tangan kiri memegang penis sedang tangan kanan memegang pinset dan dipertahankan tetap steril.
Pada penderita wanita : Jari tangan kiri membuka labia minora, desinfeksi dimulai dari atas (clitoris), meatus lalu kearah bawah menuju rektum. Hal ini diulang 3 kali . deppers terakhir ditinggalkan diantara labia minora dekat clitoris untuk mempertahankan penampakan meatus urethra.
7. Lumuri kateter dengan jelly dari ujung merata sampai sepanjang 10 cm untuk penderita laki-laki dan 4 cm untuk penderita wanita. Khusus pada penderita laki-laki gunakan jelly dalam jumlah yang agak banyak agar kateter mudah masuk karena urethra berbelit-belit
8. Masukkan katether ke dalam meatus, bersamaan dengan itu penderita diminta untuk menarik nafas dalam.
Untuk penderita laki-laki : Tangan kiri memegang penis dengan posisi tegak lurus tubuh penderita sambil membuka orificium urethra externa, tangan kanan memegang kateter dan memasukkannya secara pelan-pelan dan hati-hati bersamaan penderita menarik nafas dalam. Kaji kelancaran pemasukan kateter jika ada hambatan berhenti sejenak kemudian dicoba lagi. Jika masih ada tahanan kateterisasi dihentikan. Menaruh neirbecken di bawah pangkal kateter sebelum urine keluar. Masukkan kateter sampai urine keluar sedalam 5 – 7,5 cm dan selanjutnya dimasukkan lagi +/- 3 cm.
Untuk penderita wanita : Jari tangan kiri membuka labia minora sedang tangan kanan memasukkan kateter pelan-pelan dengan disertai penderita menarik nafas dalam . kaji kelancaran pemasukan kateter, jik ada hambatan kateterisasi dihentikan. Menaruh nierbecken di bawah pangkal kateter sebelum urine keluar. Masukkan kateter sampai urine keluar sedalam 18 – 23 cm dan selanjutnya dimasukkan lagi +/- 3 cm.
9. Mengambil spesimen urine kalau perlu
10.Mengembangkan balon kateter dengan aquadest steril sesuai volume yang tertera pada label spesifikasi kateter yang dipakai
11.Memfiksasi kateter :
Pada penderita laki-laki kateter difiksasi dengan plester pada abdomen
Pada penderita wanita kateter difiksasi dengan plester pada pangkal paha
12.Menempatkan urinebag ditempat tidur pada posisi yang lebih rendah dari kandung kemih
13.Melaporkan pelaksanaan dan hasil tertulis pada status penderita yang meliputi :
• Hari tanggal dan jam pemasangan kateter
• Tipe dan ukuran kateter yang digunakan
• Jumlah, warna, bau urine dan kelainan-kelainan lain yang ditemukan
• Nama terang dan tanda tangan pemasang
D. Menggunakan kondom kateter
Menggunakan kondom kateter merupakan tindakan keperawata dengan cara memeberikan kondom kateter pada pasine yang tidak mampu mengontrol berkemih. Cara ini bertujuan agar pasine dapat berkemih dan mempertahankannya.
Alat dan bahan
1. sarung tangan
2. air sabun
3. pengalas
4. kondom kateter
5. Urinal bag
6. sampiran
Prosedur kerja
1. cuci tangan
2. jelaskan prosedur pada klien
3. atur ruangan/pasang sampiran
4. pasang perlak/alas
5. gunakan sarung tangan
6. atur posisi klien dengan terlentang
7. bersihkan area genitalia dengan sabun dan bilas dengan air hangat bersih kemudian keringkan.
8. lakukan pemasangan kondom dengan menyisakan 2,5 – 5 cm ruang antara glans penis dengan ujung kondom
9. letakkan batang penis dengan perekat elastis, tapi jangan terlalu ketat
10. hubungkan ujung kondom kateter dengan saluran urobag
11. rapikan alat
12. cuci tangan
Menggunakan kondom kateter merupakan tindakan keperawata dengan cara memeberikan kondom kateter pada pasine yang tidak mampu mengontrol berkemih. Cara ini bertujuan agar pasine dapat berkemih dan mempertahankannya.
Alat dan bahan
1. sarung tangan
2. air sabun
3. pengalas
4. kondom kateter
5. Urinal bag
6. sampiran
Prosedur kerja
1. cuci tangan
2. jelaskan prosedur pada klien
3. atur ruangan/pasang sampiran
4. pasang perlak/alas
5. gunakan sarung tangan
6. atur posisi klien dengan terlentang
7. bersihkan area genitalia dengan sabun dan bilas dengan air hangat bersih kemudian keringkan.
8. lakukan pemasangan kondom dengan menyisakan 2,5 – 5 cm ruang antara glans penis dengan ujung kondom
9. letakkan batang penis dengan perekat elastis, tapi jangan terlalu ketat
10. hubungkan ujung kondom kateter dengan saluran urobag
11. rapikan alat
12. cuci tangan
F.
Evaluasi Keperawatan
Evaluasi
keperaatan terhadap gangguan kebutuhan eliminasi urine secara umum dapat
dinilai dari adanya kemampuan dalam :
1.
miksi dengan normal, ditunjukkan dengan kemampuan berkemih sesuai dengan asupan
cairan dan pasien mampu berkemih tanpa menggunakan obat, kompresi pada kandung
kemih atau kateter.
2.
mengosongkan kandung kemih, ditunjukkan dengan berkurannya distensi, volume
urine residu, dan lancarnya kepatenan drainase
3.
mencegah infeksi/ bebas dari infeksi, ditunjukkan dengan tidak adanya infeksi,
tidak ditemukan adanya disuria, urgensi, frekuensi, dan rasa terbakar
4.
mempertahankan intergritas kulit, ditunjukkan dengan adanya perineal kering
tanpa inflamasi an kulit di sekitar uterostomi kering.
5.
memnerikan pasa nyaman, ditunjukkan dengan berkurangnya disuria, tidak
ditemukan adanya distensi kandung kemih dan adanya ekspresi senang.
6.
Melakukan Bladder training, ditunjukkan dengan berkurangnya frekuensi
inkontinensia dan mampu berkemih di saat ingin berkemih.
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan.
Eliminasi
urin adalah kebutuhan dalam manusia yang esensial dan berperan menentukan
kelangsungan hidup manusia. Eliminasi dibutuhkan untuk mempertahankan homeostasis tubuh.
Eliminasi urine bergantung pada efektivitas organ saluran kemih ;
ginjal,ureter, kandung kemih dan uretra.
Mikturisi,berkemih,dan
urinasi adalah proses pengosongan kandung kemih sampai tekanan menstimulasi
ujung saraf sensorik khusus di dinding kemih yang disebut reseptor regang. Ini
terjadi jika kandung kemih orang dewasa berisi antara 250-450 ml urine. Pada
anak-anak,volumenya jauh lebih sedikit,50-200 ml urin.
Perubahan
Pola Eliminasi Urin
1.
Frekuensi ,2.
Urgency ,3. Dysuria,4. Polyuria (diuresis) ,5. Urinary suppression.
Masalah-Masalah
Pada Kebutuhan Eliminasi Urin :
1.
Retensi urine,2.
Inkontinensia Urine,3.
Enuresis,4. Perubahan Pola
Eliminasi Urine
Perubahan
pola eliminasi terdiri atas:
a.
Frekuensi ,b.
Urgensi ,c. Disuria ,d. Poliuria
e.
Urinaria Supresi.
3.2 Saran.
Dari pemaparan diatas, kami memberikan
saran agar mahasiswa ataupun petugas medis harus memahai kebutuhan eliminasi
urin secara tepat dalam asuhan
keperawatan agar terhindar dari kesalahan dalam tindakan
baik itu dirumah sakit maupun di masyarakat yang berkaitan dengan pelayanan
kesehatan.
DAFTAR PUSTAKA
Kozier,Erb,Berman,Snyder,2011.Buku Ajar Fundamental Keperawatan Edisi 7
Volume 2. EGC: Jakarta
Mubarok,Chayatin,2008.Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia.EGC: Jakarta
http://mochfaizalhamzah.blogspot.com/2013/10/kdk1-kebutuhan-eliminasi-urin.html
((Diakses tanggal 3
November 2014,Pukul 16.00 WIB).
0 komentar:
Posting Komentar