Blog ini di buat untuk sekedar share ilmu khususnya ilmu keperawatan yang telah saya dapatkan dari berbagai sumber. Mungkin masih banyak kekurangan dan kesalahan dalam materi yang di posting di blog ini untuk itu mohon masukan dan kritikannya dan jangan lupa kalau copas disertakan yah url blognya sebagai referensi hehehe. (Semoga bermanfaat).

Senin, 19 Januari 2015

KEBUTUHAN ELIMINASI URINE



BAB I
PENDAHULUAN
1.1    Latar Belakang
Manusia merupakan salah satu makhluk hidup, dikatakan sebagai makhluk hidup karena dapat bernafas, berkembang biak, tumbuh, beradaptasi, memerlukan makanan dan mengeluarkan metabolisme (eliminasi). Setiap kegiatan yang dilakukan tubuh dikarenakan peran masing – masing organ.
Salah satu kegiatan tubuh dalam membuang sisa – sisa metabolisme adalah mengeluarkan urine. Membuang urine dengan melalui eliminasi merupakan salah satu aktivitas pokok yang harus dilakukan oleh setiap manusia.
Eliminasi urin merupakan salah dari proses metabolik tubuh. Zat yang tidak dibutuhkan, dikeluarkan melalui paru-paru, kulit, ginjal dan pencernaan. Paru-paru secara primer mengeluarkan karbondioksida, sebuah bentuk gas yang dibentuk selama metabolisme pada jaringan. Hampir semua karbondioksida dibawa keparu-paru oleh sistem vena dan diekskresikan melalui pernapasan. Kulit mengeluarkan air dan natrium / keringat. Ginjal merupakan bagian tubuh primer yang utama untuk mengekskresikan kelebihan cairan tubuh, elektrolit, ion-ion hidrogen, dan asam.
Eliminasi urin secara normal bergantung pada satu pemasukan cairan dan sirkulasi volume darah, jika salah satunya menurun, pengeluaran urin akan menurun. Pengeluaran urin juga berubah pada seseorang dengan penyakit ginjal, yang mempengaruhi kuantitas, urin dan kandungan produk sampah didalam urin.
 Apabila eliminasi tidak dilakukan oleh tubuh, maka akan terjadi gangguan – gangguan diantaranya : retensi urine (perubahan pola eliminasi urine), enuresis, inkontinensia urine, dll. Selain dapat menimbulkan gangguan – gangguan yang disebutkan diatas, dapat juga menimbulkan dampak pada sistem organ lain seperti sistem pencernaan.
1.2    Rumusan Masalah
1.      Apa itu kebutuhan eleminasi urine  ?
2.      Apa sajakah sistem tubuh yang berperan dalam kebutuhan eliminasi urine ?
3.      Bagaimana proses berkemih ?
4.      Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi eleminasi urine ?
5.      Bagaimana perubahan pola eliminasi urine ?
6.      Apa sajakah masalah-masalah pada kebutuhan eliminasi urine ?
7.      Bagaimana proses Keperawatan : Masalah-masalah pada kebutuhan eliminasi urine,Etiologi (patofisiologi) tiap masalah kebutuhan,pengkajian keperawatan (Anamnesa fokus tiap masalah kebutuhan,pemeriksaan fisik fokus tiap masalah kebutuhan,prosedur diagnostik/data penunjang tiap masalah kebutuhan),perencanaan keperawatan tiap DP,Tindakan keperawatan tiap DP(cara menolong BAK dengan pispot/urinal,menggunakan kondom kateter,memasang kateter urine pada wanita dan laki-laki),evaluasi keperawatan tiap DP.

1.3    Tujuan
Makalah ini di buat dengan  tujuan agar mahasiswa, tenaga kesehatan atau tenaga medis dapat memahami dan mengaplikasikannya dilapangan khususnya mengenai kebutuhan eliminasi alvi.


1.4    Manfaat
Makalah ini di buat oleh kami agar meminimalisir kesalahan dalam tindakan praktik keperawatan yang di sebabkan oleh ketidak pahaman dalam kebutuhan eliminasi alvi sehingga berpengaruh besar terhadap kehidupan klien.















BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Kebutuhan Eliminasi Urine.
Menurut kamus bahasa Indonesia, eliminasi adalah pengeluaran, penghilangan, penyingkiran, penyisihan.Dalam bidang kesehatan, Eliminasi adalah proses pembuangan. Sisa metabolisme tubuh baik berupa urin atau bowel (feses).
Membuang urine dan alvi (eliminasi) merupakan salah satu aktivitas pokok yang harus dilakukan oleh setiap manusia. Karena apabila eliminasi tidak dilakukan setiap manusia akan menimbulkan berbagai macam gangguan seperti retensi urine, inkontinensia urine, enuresis, perubahan pola eliminasi urine, konstipasi, diare dan kembung. 
Eliminasi urin adalah kebutuhan dalam manusia yang esensial dan berperan menentukan kelangsungan hidup manusia. Eliminasi dibutuhkan untuk mempertahankan homeostasis tubuh.

2.2 Sistem Tubuh Yang Berperan Dalam Kebutuhan Eliminasi Urine.
Eliminasi urine bergantung pada efektivitas organ saluran kemih ; ginjal,ureter, kandung kemih dan uretra.
1.      Ginjal.
Sepasang ginjal terletak di kedua sisi kolumna spinalis,di belakang rongga peritoneum. Ginjal merupakan pengatur primer keseimbangan cairan dan asam basa di dalam tubuh. Unit fungsional ginjal yaitu nefron yang berfungsi menyaring darah dan membuang sampah metabolisme. Pada orang dewasa,sekitar 1200 ml darah,atau sekitar 21% curah jantung,mengalir melalui ginjal setiap menit. Setiap ginjal terdiri dari 1 juta nefron. Setiap nefron memiliki glomerulus,seikat kapiler yang dikelilingi oleh kapsula bowman. Adapun fungsi dari ginjal yaitu :
a.       Pengaturan volume cairan.
Jumlah cairan dan elektrolit dalam tubuh berfluktuasi. Proses eksresi ini diatur oleh ginjal. Jika seseorang minum banyak ,urinnya akan encer dan volumenya akan bertambah. Sebaliknya,jika orang tersebut minum sedikit,urinnya akan pekat dan volumenya berkurang.


b.      Pengaturan jumlah elektrolit tubuh.
Kandungan elektrolit dalam tubuh cenderung konstan. Kondisi ini dipertahankan melalui dua proses,yaitu laju filtrasi glomerulus (GFR) dan proses reabsorbsi yang selektif di tubulus ginjal akibat hormone. Saat jumlah ion Na+ meningkat,ginjal akan mengontrolnya dengan meningkatkan GFR dan menghambat sekresi hormone aldosterone  sehingga reabsorsi Na+ berkurang ,demikian sebaliknya.
c.       Pengaturan keseimbangan asam basa tubuh.
Ginjal merupakan mekanisme pengatur keseimbangan asam basa yang paling kuat. Dalam menjalankan fungsinya,ginjal tidak hanya mengubah-ubah pengaturan H+,tetapi juga menahan atau membuang HCO3- sesuai dengan status asam basa tubuh.
d.      Ekskresi sisa-sisa metabolisme
Ginjal mengekskresikan zat-zat racun (misalnya ureum,asam urat,keratinin,sulfat,fosfat) dan obat-obatan dari tubuh.
e.       Reabsorpsi bahan yang bersifat vital untuk tubuh.
Normalnya,bahan-bahan bahan-bahan organic seperti glukosa dan asam amino direabsorpsi secara total ke dalam darah, dan biasanya tidak diekskresikan ke dalam urin. Upaya ini mencegah hilangnya nutrient-nutrien penting dari tubuh.
f.       Fungsi hormonal dan metabolisme.
Ginjal mengekresikan hormone renin untuk mempertahankan keseimbangan cairan-elektrolit dan tekanan darah (sistem renin-angiotensin-aldosteron). Selain itu,ginjal juga berperan dalam proses metabolism zat-zat tertentu (misalnya obat).
2.      Ureter
Ureter adalah tabung yang berasal dari ginjal dan bermuara di kandung kemih. Panjangnya sekitar 25 cm dan diameternya 1,25 cm. Bagian atas ureter berdilatasi dan melekat pada hilus ginjal,sedangkan bagian bawahnya memasuki kandung kemih pada sudut posterior dasar kandung kemih. Urin di dorong melewati ureter dengan gelombang peristaltis yang terjadi sekitar 1-4 kali per menit. Pada pertemuan antara ureter dan kandung kemih,terdapat lipatan membrane mukosa yang bertindak sebagai katup guna mencegah refluks urin kembali ke ureter sehingga mencegah penyebaran infeksi dari kandung kemih ke atas.  
3.      Kandung kemih.
Kandung kemih (vesika Urinaria) adalah kantung muscular tempat urin bermuara dari ureter. Ketika kosong atau setengah terisi,kandung kemih terletak di simfisis pubis. Pada pria,kandung kemih terletak diantara kelenjar prostat dan rectum sedangkan pada wanita,kandung kemih terletak antara uterus dan vagina. Dinding kandung kemih sangat elastis sehingga mampu menahan regangan yang sangat besar. Saat penuh,kandung kemih bisa melebihi simfisis pubis bahkan bisa setinggi umbilicus.
4.      Uretra.
Uretra membentang dari kandung kemih sampai meatus uretra. Panjang uretra pada pria sekitar 20 cm dan membentang dari kandung kemih sampai ujung penis. Uretra pria terdiri dari tiga bagian,yaitu uretra pars prostatika,uretra pars membranosa dan uretra pars spongiosa. Pada wanita,panjang uretra sekitar 3 cm dan membentang dari kandung kemih sampai lubang diantara labia minora,2,5 cm di belakang klitoris. Karena uretranya yang pendek,wanita lebih rentan mengalami infeksi saluran kemih.
Ciri-ciri urin normal.
Ciri-ciri urin yang normal meliputi :
1.      Jumlah dalam 24 jam ±1.500 cc,tergantung pada banyaknya asupan cairan.
2.      Berwarna oranye bening,pucat,tanpa endapan.
3.      Berbau tajam.
4.      Sedikit asam (PH rata-rata 6).
Prose pembentukan urin.
Ada tiga proses dasar yang berperan dalam pembentukan urine: Filtrasi glomerulus,reabsorpsi tubulus,sekresi tubulus.

2.3 Proses  Berkemih.
Mikturisi,berkemih,dan urinasi adalah proses pengosongan kandung kemih sampai tekanan menstimulasi ujung saraf sensorik khusus di dinding kemih yang disebut reseptor regang. Ini terjadi jika kandung kemih orang dewasa berisi antara 250-450 ml urine. Pada anak-anak,volumenya jauh lebih sedikit,50-200 ml urin.
Fisiologi berkemih secara umum menurut Gibson (2003) sebagai berikut :


2.4 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebutuhan Eliminasi Urin.
Faktor-faktor yang mempengaruhi eliminasi urin meliputi :
1. Pertumbuhan dan perkembangan.
Jumlah urin yang diekskresikan dapat dipengaruhi oleh usia dan berat badan seseorang. Normalnya,bayi dan anak-anak mengekresikan 400-500 ml urin tiap harinya. Sedangkan orang dewasa mengekskresikan  1500-1600 ml urin per hari. Dengan kata lain,bayi yang beratnya 10% orang dewasa mamppu mengekresikan urin 33% lebih banyak dari orang dewasa. Seiring penuaan,lansia juga mengalami perubahan pada fungsi ginjal dan kandung kemihnya sehingga mengakibatkan perubahan pada pola eliminasi urin (misalnya,nokturria,sering berkemih,residu urin). Sedangkan ibu hamil dapat mengalami peningkatan keinginan miksi akibat adanya penekenan pada kandung kemih.
2. Asupan cairan dan makanan.
Kebiasaan mengkonsumsi jenis makanan atau minuman tertentu(misalnya,teh,kopi,coklat,
alcohol) dapat menyebabkan peningkatan ekskresi urin karena dapat menghambat hormone anti diuretic (ADH).
3. Kebiasaan/gaya hidup.
Gaya hidup ada kaitannya dengan kebiasaan seseorang ketika berkemih. Sebagai contoh,seseorang yang terbiasa buang air kecil disungai atau dialam bebas akan mengalami kesulitan ketika harus berkemih di toilet atau menggunakan pispot pada saat sakit.
4. Faktor psikologis.
Kondisi stress dan kecemasan dapat menyebabkan peningkatan stimulus berkemih,disamping stimulus buang air besar(diare) sebagai upaya kompensasi.
5. Aktivitas dn tonus otot.
Eliminasi urine membutuhkan kerja (kontraksi) otot-otot kandung kemih,abdomen,dan pelvis. Jika terjadi gangguan pada kemampuan tonus otot,dorongan untuk berkemih juga akan berkurang. Aktivitas dapat meningkatkan kemampuan metabolism dan produksi urin secara optimal.
6. Kondisi patologis.
Kondisi sakit seperti demam dapat menyebabkan penurunan produksi urin akibat banyaknya cairan yang dikeluarkan melalui penguapan kulit. Kondisi inflamasi dan iritasi organ kemiih dapat menyebabkan retensi urin.
7. Medikasi.
Penggunaan obat-obatan tertentu (misalnya,diuretic) dapat meningkatkan pengeluaran urin,sedangkan penggunaan antikolinergenik dapat menyebabkan retensi urin.
8. Prosedur pembedahan.
Tindakan pembedahan yang menyebabkan stres yang akan memicu sindrom adaptasi umum. Kelenjar hipofisis anterior akan melepaskan hormone ADH sehingga meningkatkan reabsorpsi air dan menurunkan pengeluran urin. Selain itu, respons stress juga meningkatkan kadar aldosterone yang mengakibatkan penurunan pengeluaran urin.

9. Pemeriksaan fisik diagnostic.
Prosedur pemeriksaan saluran perkemihan,seperti pielogram intravena dan urogram,tidak membolehkan pasien mengkonsumsi cairan per oral sehingga akan mempengaruhi pengeluaran urin, Selain itu,pemeriksaan diagnostic yang bertujuan melihat struktur perkemihan (misalnya,sitoskopi) dapat menyebabkan edema pada ooutlet uretra dan spasme pada spingter kandung kemih. Ini menyebabkan klien mengalami retensi urin dan mengeluarkan urin berwarna merah akibat perdarahan.

2.5 Perubahan Pola Eliminasi Urin.
1. Frekuensi : meningkatnya frekuensi berkemih tanpa intake cairan yang meningkat, biasanya terjadi pada cystitis, stres dan wanita hamil.
2. Urgency : perasaan ingin segera berkemih dan biasanya terjadi pada anak-anak karena kemampuan spinter untuk mengontrol berkurang.
3. Dysuria : rasa sakit dan kesulitan dalam berkemih misalnya pada infeksi saluran kemih, trauma dan striktur uretra.
4. Polyuria (diuresis) : produksi urine melebihi normal, tanpa peningkatan intake cairan misalnya pada pasien DM.
5. Urinary suppression : keadaan di mana ginjal tidak memproduksi urine secara tiba-tiba. Anuria (urine kurang dari 100 ml/24 jam), olyguria (urine berkisar 100-500 ml/jam).

2.6 Masalah-Masalah Pada Kebutuhan Eliminasi Urin.
1. Retensi urine
Retensi urine merupakan penumpukan urine dalam kandung kemih akibat ketidakmampuan kandung kemih untuk mengosongkan kandung kemih. Hal ini menyebabkan distensi vesika urinaria atau merupakan keadaan ketika seseorang mengalami pengosongan kandung kemih yang tidak lengkap. Dalam keadaan distensi, vesika urinaria dapat menampung urine sebanyak 3000 – 4000 ml urine. Tanda klinis retensi:
• ketidaknyamanan daerah pubis
• distensi vesika urinaria
• ketidak sanggupan untuk berkemih
• sering berkemih, saat vesika urinaria berisi sedikit urine. ( 25-50 ml)
• ketidakseimbangan jumlah urine yang dikeluarkan dengan asupannya
• meningkatkan keresahan dan keinginan berkemih
• adanya urine sebanyak 3000-4000 ml dalam kandung kemih.
Penyebab:
• operasi pada daerah abdomen bawah, pelvis vesika urinaria
• trauma sum sum tulang belakng
• tekanan uretra yang tinggi karena otot detrusor yang lemah
• sphincter yang kuat
• sumbatan (striktur uretra dan pembesaran kelenjar prostat)

2. Inkontinensia Urine
Inkontinensia urine merupakan ketidakmampuan otot sphincter eksternal sementara atau menetap untuk mengontrol ekskresi urine. Secara umum, penyebab dari inkontinensia urine adalah proses penuaan, pembesaran kelenjar prostat, serta penuaaan kesadaran, serta penggunaan obat narkotik. Inkotinensia terdiri atas:
a. Inkotinensia Dorongan : Merupakan keadaan dimana seseorang mengalami pengeluaran urine tanpa sadar,terjadi segera setelah merasa dorongan yang kuat untuk berkemih.
Tanda-tanda inkotinensia dorongan:
• Sering miksi (miksi lebih dari 2 jam sekali)
• Sepasme kandung kemih
Kemungkinan penyebab
• Penurunan kapasitas kandung kemih
• Iritasi pada reseptor regangan kandung kemih yang menyebabkan sepasme
• Minum alkohol atau caffeine
• Peningkatan cairan
• Peningkatan konsentrasi urine
• Distensi kandung kemih yang berlebihan
b. Inkontinensia total : Merupakan keadaan dimana seseorang mengalami pengeluaran urine yang terus-menerus dan tidak dapat diperkirakan. Kemungkinan penyebab:
• Dispungsi neurologis
• Kontraksi independent dan refleks detrusor karena pembedahan
• Trauma atau penyakit yang mempengaruhi syaraf medula spinalis
• Fistula
• Neuropati
Tanda-tanda inkontinensial total:
• Aliran konstant yang terjadi pada saat tidak diperkirakan
• Tidak ada distensi kandung kemih
• Nocturia
• Pengobatan inkontinensia tidak berhasil
c. Inkontinensia stress : Merupakan keadaan seseorang yang mengalami kehilangan urine kurang dari 50 ml, terjadi dengan peningkatan tekanan abdomen.
Kemungkinan penyebab:
• Perubahan degeneratif pada otot pelfis dan struktur penunjang yang berhubungan dengan penuaan.
• Tekanan intra abdominal tinggi (obesitas)
• Distensi kandung kemih
• Otot pelfis dan struktur penunjang lemah
Tanda-tanda inkontensia setres:
• Adanya urine menetes dengan peningkatan tekanan abdomen
• Adanya dorongan berkemih
• Sering miksi (lebih dari 2 jam sekali)
d. Inkotinensia Refleks : Merupakan keadaan dimana seseorang mengalami pengeluaran urine yang tidak dirasakan<terjadi pada interval yang dapat diperkirakan bila volume kandung kemih mencapai jumlah tertentu. Kemungkinan penyebab:
• Kerusakan neurologis (lesi medula spinalis)
Tanda-tanda Inkontinensia refleks:
• Tidak ada dorongan berkemih.
• Merasa bahwa kandung kemih penuh.
• Kontraksi atau spasme kandung kemih tidak di hambat pada interval teratur.
e. Inkontinensial fugsional : Merupakan keadaan seseorang yang mengalami pengeluaran urine secara tanpa disadari dan tidak dapat diperkirakan. Kemungkinan penyebab:
• Kerusakan neurologis(lesi medula sepinalis)
Tanda-tanda inkontinensial fungsional:
• Adanya dorongan untuk berkemih
• Kontraksi kandung kemih cukup kuat untuk mengeluarkan

3. Enuresis
Enuresis merupakan ketidaksanggupan menahan kemih yang diakibatkan tidak mampu mengontrol sphincter eksternal. Biasanya, enuresis terjadi pada anak atau otang jompo. Umumnya enuresis terjadi pada malam hari.
Faktor penyebab:
• Kapasitas vesika urinaria lebih besar dari normal
• Vesika urinaria peka ransang, dan seterusnya tidak dapat menampung urine dalam jumlah besar
• Suasana emosional yang tidak menyenangkan di rumah
• Infeksi saluran kemih, perubahan fisik, atau neorologis sistem perkemihan
• Makanan yang banyak mengandung garam dan mineral
• Anak yang takut jalan gelap untuk ke kamar mandi.

4. Perubahan Pola Eliminasi Urine
Perubahan pola eliminasi urine merupakan keadaan seseorang yang mengalami gangguan pada eliminasi urine karena obstruksi anatomis, kerusakan motorik sensorik, dan infeksi saluran kemih. Perubahan pola eliminasi terdiri atas:
a. Frekuensi : merupakan banyaknya jumlah berkemih dalam sehari. Peningkatan frekuensi berkemih dikarenakan meningkatnya jumlah cairan yang masuk. Frekuensi yang tinggi tanpa suatu tekanan asupan cairan dapat disebabkan oleh sistisis. Frekuensi tinggi dapat ditemukan juga pada keadaan stres atau hamil.
b. Urgensi : perasaan seseorang yang takut mengalami inkontinensia jika tidak berkemih. Pada umumnya, anak kecil memiliki kemampuan yang buruk dalam mengontrol sphincter eksternal. Biasanya, perasaan segera ingin berkemih terjadi pada anak karena kurangnya pengontrolan pada sphincter.
c. Disuria : rasa sakit dan kesulitan dalam berkemih. Hal ini sering ditemukan pada penyakit infeksi saluran kemih, trauma, dan striktur uretra.
d. Poliuria : merupakan produksi urine abnormal dalam jumlah besar oleh ginjal, tanpa adanya peningkatan asupan cairan. Biasanya, hal ini dapat ditemukan pada penyakit diabetes mellitus dan penyakit ginjal kronis.
e. Urinaria Supresi : berhentinya produksi urine secara mendadak. Secara normal, urine diproduksi oleh ginjal pada kecepatan 60 – 120 ml/jam secara terus – menerus.

2.7 Proses Keperawatan : Masalah-masalah pada kebutuhan eliminasi urine,Etiologi (patofisiologi) tiap masalah kebutuhan,pengkajian keperawatan (Anamnesa fokus tiap masalah kebutuhan,pemeriksaan fisik fokus tiap masalah kebutuhan,prosedur diagnostik/data penunjang tiap masalah kebutuhan),perencanaan keperawatan tiap DP,Tindakan keperawatan tiap DP(cara menolong BAK dengan pispot/urinal,menggunakan kondom kateter,memasang kateter urine pada wanita dan laki-laki),evaluasi keperawatan tiap DP.
A. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian pada kebutuhan elimiasi urine meliputi :
1. Kebiasaan berkemih
Pengkajian ini meliputi bagaimana kebisaan berkemih serta hambatannya. Frekuensi berkemih tergatung pada kebiasaan dan kesempatan. Banyak orang berkemih setiap hari pada waktu bangun tidur dan tidak memerlukan waktu untuk berkemih pada waktu malam hari.
2. Pola berkemih
• frekuensi berkemih
frekuesi berkemih menentuka berapa kali individu berkemih dalam waktu 24 jam
• Urgensi
Perasaan seseorang untuk berkemih seperti seseorang ke toilet karena takut megalami inkotinensia jika tidak berkemih
• Disuria
Keadaan rasa sakit atau kesulitan saat berkemih. Keadaan ini ditemukan pada striktur uretra, infeksi saluran kemih, trauma pada vesika urinaria.
• Poliuria
Keadaan produksi urine yang abnormal yang jumlahnya lebih besar tanpa adanya peingkata asupa caira. Keadaan ini dapat terjadi pada penyekit diabetes, defisiensi ADH, da pen yakit kronis ginjal.
• Urinaria supresi
Keadaan produksi urine yang berhenti secara medadak. Bila produksi urine kurag dari 100 ml/hari dapat dikataka anuria, tetapi bila produksiya atara 100 – 500 ml/hari dapat dikataka sebagai oliguria.
3. Volume urine
volume urine menentukan berapa jumlah urine yang dikeluarka dalam waktu 24 jam.
4. faktor yang mempengaruhi kebiasaan berkemih
• diet da asupan (diet tinngi protei dan natirum) dapat mempengaruhi jumlah urine yang dibentuk, sedangka kopi dapat meningkatkan jumlah urine
• gaya hidup
• stress psikologi dapat meingkatka frekuensi keinginan berkemih.
• Tingkat aktivitas
5. Keadaan urine
Keadaan urie meliputi : warna, bau, berat jeis, kejerihan, pH, protei, darah, glukosa.
6. Tanda klinis gangguan elimiasi urine seperti retensi urine, inkontinensia uirne.

B. Diagnosa Keperawatan
Diagosa keperawata yang terjadi pada masalah kebutuhan eliminasi urine adalah sebagai berikut 1. Perubahan pola eliminasi urine b/d
Ketidakmampuan salura kemih akibat anomali saluran urinaria
 Penurunan kapsitas atau iritasi kandung kemih akibat penyakit§
 Kerusakan pada saluran kemih§
 Efek pembedahan pada saluran kemih§
2. Inkontinensia fungsional b/d
 penurunan isyarat kandung kemih§ dan kerusakan kemampuan untuk mengenl isyarat akibat cedera atau kerusakan k. Kemih
 kerusakan mobilitas§
 kehilangan kemampuan motoris dan sensoris§
3. Inkontinensia refleks b/d
Gagalnya fungsi rangsang di atas tingkatan arkus refleks akibat cedera pada m. spinalis
4. Inkontinensia stress b/d
 Tingginya tek. Intraabdimibal dan lemahnya otor peviks akibat kehamilan§
Penurunan tonus otot
5. Inkontinensia total b/d
Defisit komnikasi atau persepsi
6. Inkontinensia dorongan b/d
Penurunan kapasitas k. Kemih akibat penyakit infeksi, trauma, tindakan pembedahan, faktor penuaan
7. retesi urine b/d
adanya hambatan pada sfingter akibat pebyakit striktur, BHP
8. perubahan body image b/d
inkontinensia dan enuresis
9. resiko terjadinya infeksi salura kemih b/d pemasangan kateter , kebersihan perineum yang kurang
10. resiko perubahan keseimbangan cairan dan elektrolit b/d gangguan drainase ureterostomi.

C. Perencanaan Keperawatan
Tujuan :
1. memahami arti eliminasi urine
2. membantu mengosongkan kandung kemih secara penuh
3. mencegah infeksi
4. mempertahankan integritas kulit
5. memberikan rasa nyaman
6. mengembalikan fungsi kandung kemih
7. memberikan asupan secara tepat
8. mencegah kerusakan kulit
9. memulihkan self esteem atau mencegah tekanan emosional

D. Rencanakan Tindakan :
1. monitor/obervasi perubahan faktor, tanda dan gejala terhadap masalah perubahan eliminasi urine, retensi dan urgensia
2. kurangi faktor yang mempengaruhi/penyebab masalah
3. monitor terus perubahan retensi urine
4. lakukan kateterisasi urine


Inkontinensia dorongan
1. pertahankan hidrasi secara optimal
2. ajarkan untuk meningkatkan kapasitas kandung kemih dengan cara
3. ajarkan pola berkemih terencana (untuk mengatasi kontraksi kandung kemih yang tidak biasa)
4. anjurkan berkemih pada saat terjaga seperti setelah makan, latihan fisik, mandi
5. anjurkan untuk menahan sampai waktu berkemih
6. lakukan kolaborasi dengan tim dokter dalam mengatasi iritasi kandung kemih

Inkontinensia total
1. pertahankan jumlah cairan dan berkemih
2. rencanakan program kateterisasi intermiten apabila ada indikasi
3. apabila terjadi kegagalan pada latihan kandung kemih pertimbangan untuk pemasangan kateter indweeling

Inkontinensia stress
kurangi faktor penyebab seperti :
1. kehilangan jaringan atau tonus otot, dengan cara :
• ajarkan untuk mengidentifikasi otot dasar pelviks dan kekuatan dan kelemahannya saat melakukan latihan
• untuk otot dasar pelviks anterior bayangkan anda mencoba menghentikan aliran urine, kencangkan otot-otot belakang dan depan dalam waktu 10 detik, kemudian lepaskan atau rileks, ulangi hingga 10 kalidan lakukan 4 kali sehari
2. meningkatkan tekanan abdomen dengan cara :
• latih untuk menghindari duduk lama
• latih untk sering berkemih sedikitnya tiap 2 jam.

Inkontinensia fungsional
Ajarkan teknik merangsang redleks berkemih, dengan berkemih seperti :
mekanisme supra pubis kutaneus
1. ketuk supra pubis secara dalam, tajam dan berulang
2. anjurkan pasien untuk
• posisi setengah duduk
• mengetuk kandung kemih secara langsug denga rata-rata 7 – 8 kali seiap detik
• gunakan sarung tangan
• pindahkan sisi rangsangan di atas kandung kemih untuk menentukan posisi saling berhasil
• lakukan hingga aliran baik
• tunggu kurang lebih 1 menit dan ulangi hingga kandung kemih kosong
• apabila rangsangan dua kali lebih dan tidak ada respon, berarti sudah tidak ada lagi yang dikeluarkan.
3. apabila belum berhasil, lakukan hal berikut ini selama 2- 3 menit dan berikan jeda waktu 1 menit di antara setiap kegiatan
• tekan gland penis
• pukul perut di atas ligamen inguinalis
• tekan paha bagian dalam
4. catat jumlah asupan dan pengeluaran
5. jadwalkan program kateterisasi pada saat tertentu

Inkontinensia Fungsional
1. tingkatkan faktor yang berperan dalam kontinen, sepperti :
a. Pertahakan hidrasi optimal dengan cara
b. Pertahankan nutrisi yang adekuat
c. Tingkatka intergritas diri dan berikan motivasi kemampuan mengontrol kandung kemih, dengan cara menghindari penggunaan bedpan (pispot).
d. Tingkatkan integritas kulit dengan cara
e. Tingkatkan higiene perseorangan denga cara
2. jelaskan cara mengenali perubahan urine yang abnormal seperti adanya peningkatan mukosa, darah dala urine dan perubahan warna
3. ajarkan cara memantau adanya tanda dan ISK, seperti peningkatan suhu, perubahan keadaan urine, nyeri supra pubis bagian atas, nyeri saat berkemih, mual, muntah

E. Pelaksanaan (tindakan Keperawatan)

A. Pengumpulan Urine untuk bahan pemeriksaan
Mengingat tujuan pemeriksaan berbeda-beda, maka pengambilan sampel urine juga dibeda-bedakan sesuai dengan tujuannya. Cara pengambilan urine tersebut atara lain : pegambilan urine biasa, pegambila urine steril dan pengumpulan selama 24 jam.
1. pengambilan urine biasa merupaka pengambilan urine dengan cara mengeluarkan urine seperti biasa, yaitu buang air kecil. Biasanya untuk memeriksa gula atau kehamilan.
2. pengambilan urine steril merupakan pengambilan urine dengan cara dengan menggunakan alat steril, dilakukan dengan menggunakan alat steril, dilakukan dengan keteterisasi atau pungsi supra pubis. Pengambilan urine steril bertujuan mengetahui adanya infeksi pada uretra, ginjal atau saluran kemih lainnya.
3. pengambilan urine selama 24 jam merupakan pengambilan urine yang dikumpulkan dalam 24 jam, bertujuan untuk mengeetahui jumlah urine selama 24 jam dan mnegukur berat jenis urine, asupan dan pengeluaran serta mengetahui fungsi ginjal.
Alat :
1. botol penampung beserta penutup
2. etiket khusus
Prosedur Kerja
1. mencuci tangan
2. jelaskan prosedur yang akan dilakukan
3. bagi pasien yang tidak mampu buang air kecil sendiri, bantu untuk BAK, keluarkan urine setelah itu tampung dengan meggunakan botol
4. bagi pasien yang mampu BAK sendiri, anjurka pasien untuk BAK dan anjurkan untuk menampung urine ke dalam botol.
5. catat nama dan tanggal pengambilan pemeriksaan
6. cuci tangan

B. Menolong untuk buang air kecil dengan menggunakan urinal
Menolong BAK dengan menggunakan urinal merupakan tindakan keperawatan dengan membantu pasien yang tidak mampu BAK sendiri dikamar kecil dengan menggunakan alat penampung dengan tujuan menampung urine dan mengetahui kelainan urine (warna dan jumlah)

Alat dan bahan :
1. urinal
2. pengalas
3. tisu
Prosedur Kerja
1. Cuci tangan
2. jelaskna prosedur pada pasine
3. pasang alas urinal di baah glutea
4. lepas pakaian bawah pasien
5. pasang urinal dibawah glutea/pinggul atau diantara kedua paha
6. anjurkan pasien untuk berkemih
7. setelah selesai, rapikan alat
8. cuci tangan dan catat warna serta jumlah produksi urine

C. Melakukan kateterisasi
1. Definisi
• Kateter adalah pipa untuk memasukkan atau mengeluarkan cairan
• Kateter terutama terbuat dari bahan karet atau plastik, metal, woven silk dan silikon
• Kandung kemih adalah sebuah kantong yang berfungsi untuk menampung air seni yang be rubah-ubah jumlahnya yang dialirkan oleh sepasang ureter dari sepasang ginjal
• Kateterisasi kandung kemih adalah dimasukkannya kateter melalui urethra ke dalam kandung kemih untuk mengeluarkan air seni atau urine.

2. Tujuan
• Untuk segera mengatasi distensi kandung kemih
• Untuk pengumpulan spesimen urine
• Untuk mengukur residu urine setelah miksi di dalam kandung kemih
• Untuk mengosongkan kandung kemih sebelum dan selama pembedahan

Indikasi :
Tipe Intermitten
o tidak mampu berkemih 8 – 12 jam setelah operasi
o retensi akut setelah trauma uretra
o tidak mampu berkemih akibat obat sedatif atau analgesik
o cedera pada tulang belakang
o degenerasi neuromuskular secara progresif
o pengeluaran urine residual
Tipe Indwelling
o obstruksi aliran urine
o pasca operasi saluran uretra dan struktur disekitarnya
o obstruksi uretra
o inkontinensia dan disorientasi berat

3. Prosedur
A. Alat :
a. Tromol steril berisi
b. Gass steril
c. Deppers steril
d. Handscoen
e. Cucing
f. Neirbecken
g. Pinset anatomis
h. Doek
i. Kateter steril sesuai ukuran yang dibutuhkan
j. Tempat spesimen urine jika diperlukan
k. Urinebag
l. Perlak dan pengalasnya
m. Disposable spuit
n. Selimut

B. Obat
a. Aquadest
b. Bethadine
c. Alkohol 70 %

C. Petugas
a. Pengetahuan dasar tentang anatomi dan fisiologi dan sterilitas mutlak dibutuhkan dalam rangka tindakan preventif memutus rantai penyebaran infeksi nosokomial
b. Cukup ketrampilan dan berpengalaman untuk melakukan tindakan dimaksud
c. Usahakan jangan sampai menyinggung perrasaan penderita, melakukan tindakan harus sopan, perlahan-lahan dan berhati-hati
d. Diharapkan penderita telah menerima penjelasan yang cukup tentang prosedur dan tujuan tindakan

D. Penderita
Penderita telah mengetahui dengan jelas segala sesuatu tentang tindakan yang akan dilakukan penderita atau keluarga diharuskan menandatangani informed consent

E. Penatalaksanaan
1. Menyiapkan penderita : untuk penderita laki-laki dengan posisi terlentang sedang wanita dengan posisi dorsal recumbent atau posisi Sim
2. Aturlah cahaya lampu sehingga didapatkan visualisasi yang baik
3. Siapkan deppers dan cucing , tuangkan bethadine secukupnya
4. Kenakan handscoen dan pasang doek lubang pada genetalia penderita
5. Mengambil deppers dengan pinset dan mencelupkan pada larutan bethadine
6. Melakukan desinfeksi sebagai berikut :
Pada penderita laki-laki : Penis dipegang dan diarahkan ke atas atau hampir tegak lurus dengan tubuh untuk meluruskan urethra yang panjang dan berkelok agar kateter mudah dimasukkan. desinfeksi dimulai dari meatus termasuk glans penis dan memutar sampai pangkal, diulang sekali lagi dan dilanjutkan dengan alkohol. Pada saat melaksanakan tangan kiri memegang penis sedang tangan kanan memegang pinset dan dipertahankan tetap steril.

Pada penderita wanita : Jari tangan kiri membuka labia minora, desinfeksi dimulai dari atas (clitoris), meatus lalu kearah bawah menuju rektum. Hal ini diulang 3 kali . deppers terakhir ditinggalkan diantara labia minora dekat clitoris untuk mempertahankan penampakan meatus urethra.
7. Lumuri kateter dengan jelly dari ujung merata sampai sepanjang 10 cm untuk penderita laki-laki dan 4 cm untuk penderita wanita. Khusus pada penderita laki-laki gunakan jelly dalam jumlah yang agak banyak agar kateter mudah masuk karena urethra berbelit-belit
8. Masukkan katether ke dalam meatus, bersamaan dengan itu penderita diminta untuk menarik nafas dalam.
Untuk penderita laki-laki : Tangan kiri memegang penis dengan posisi tegak lurus tubuh penderita sambil membuka orificium urethra externa, tangan kanan memegang kateter dan memasukkannya secara pelan-pelan dan hati-hati bersamaan penderita menarik nafas dalam. Kaji kelancaran pemasukan kateter jika ada hambatan berhenti sejenak kemudian dicoba lagi. Jika masih ada tahanan kateterisasi dihentikan. Menaruh neirbecken di bawah pangkal kateter sebelum urine keluar. Masukkan kateter sampai urine keluar sedalam 5 – 7,5 cm dan selanjutnya dimasukkan lagi +/- 3 cm.
Untuk penderita wanita : Jari tangan kiri membuka labia minora sedang tangan kanan memasukkan kateter pelan-pelan dengan disertai penderita menarik nafas dalam . kaji kelancaran pemasukan kateter, jik ada hambatan kateterisasi dihentikan. Menaruh nierbecken di bawah pangkal kateter sebelum urine keluar. Masukkan kateter sampai urine keluar sedalam 18 – 23 cm dan selanjutnya dimasukkan lagi +/- 3 cm.
9. Mengambil spesimen urine kalau perlu
10.Mengembangkan balon kateter dengan aquadest steril sesuai volume yang tertera pada label spesifikasi kateter yang dipakai
11.Memfiksasi kateter :
Pada penderita laki-laki kateter difiksasi dengan plester pada abdomen
Pada penderita wanita kateter difiksasi dengan plester pada pangkal paha
12.Menempatkan urinebag ditempat tidur pada posisi yang lebih rendah dari kandung kemih
13.Melaporkan pelaksanaan dan hasil tertulis pada status penderita yang meliputi :
• Hari tanggal dan jam pemasangan kateter
• Tipe dan ukuran kateter yang digunakan
• Jumlah, warna, bau urine dan kelainan-kelainan lain yang ditemukan
• Nama terang dan tanda tangan pemasang

D. Menggunakan kondom kateter
Menggunakan kondom kateter merupakan tindakan keperawata dengan cara memeberikan kondom kateter pada pasine yang tidak mampu mengontrol berkemih. Cara ini bertujuan agar pasine dapat berkemih dan mempertahankannya.
Alat dan bahan
1. sarung tangan
2. air sabun
3. pengalas
4. kondom kateter
5. Urinal bag
6. sampiran
Prosedur kerja
1. cuci tangan
2. jelaskan prosedur pada klien
3. atur ruangan/pasang sampiran
4. pasang perlak/alas
5. gunakan sarung tangan
6. atur posisi klien dengan terlentang
7. bersihkan area genitalia dengan sabun dan bilas dengan air hangat bersih kemudian keringkan.
8. lakukan pemasangan kondom dengan menyisakan 2,5 – 5 cm ruang antara glans penis dengan ujung kondom
9. letakkan batang penis dengan perekat elastis, tapi jangan terlalu ketat
10. hubungkan ujung kondom kateter dengan saluran urobag
11. rapikan alat
12. cuci tangan

F. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperaatan terhadap gangguan kebutuhan eliminasi urine secara umum dapat dinilai dari adanya kemampuan dalam :
1. miksi dengan normal, ditunjukkan dengan kemampuan berkemih sesuai dengan asupan cairan dan pasien mampu berkemih tanpa menggunakan obat, kompresi pada kandung kemih atau kateter.
2. mengosongkan kandung kemih, ditunjukkan dengan berkurannya distensi, volume urine residu, dan lancarnya kepatenan drainase
3. mencegah infeksi/ bebas dari infeksi, ditunjukkan dengan tidak adanya infeksi, tidak ditemukan adanya disuria, urgensi, frekuensi, dan rasa terbakar
4. mempertahankan intergritas kulit, ditunjukkan dengan adanya perineal kering tanpa inflamasi an kulit di sekitar uterostomi kering.
5. memnerikan pasa nyaman, ditunjukkan dengan berkurangnya disuria, tidak ditemukan adanya distensi kandung kemih dan adanya ekspresi senang.
6. Melakukan Bladder training, ditunjukkan dengan berkurangnya frekuensi inkontinensia dan mampu berkemih di saat ingin berkemih. 




















BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan.
Eliminasi urin adalah kebutuhan dalam manusia yang esensial dan berperan menentukan kelangsungan hidup manusia. Eliminasi dibutuhkan untuk mempertahankan homeostasis tubuh.
Eliminasi urine bergantung pada efektivitas organ saluran kemih ; ginjal,ureter, kandung kemih dan uretra.
Mikturisi,berkemih,dan urinasi adalah proses pengosongan kandung kemih sampai tekanan menstimulasi ujung saraf sensorik khusus di dinding kemih yang disebut reseptor regang. Ini terjadi jika kandung kemih orang dewasa berisi antara 250-450 ml urine. Pada anak-anak,volumenya jauh lebih sedikit,50-200 ml urin.
Perubahan Pola Eliminasi Urin
1. Frekuensi ,2. Urgency ,3. Dysuria,4. Polyuria (diuresis) ,5. Urinary suppression.
Masalah-Masalah Pada Kebutuhan Eliminasi Urin :
1. Retensi urine,2. Inkontinensia Urine,3. Enuresis,4. Perubahan Pola Eliminasi Urine
Perubahan pola eliminasi terdiri atas: a. Frekuensi ,b. Urgensi ,c. Disuria ,d. Poliuria
e. Urinaria Supresi.

3.2 Saran.
Dari pemaparan diatas, kami memberikan saran agar mahasiswa ataupun petugas medis harus memahai kebutuhan eliminasi urin secara tepat dalam asuhan keperawatan agar terhindar dari kesalahan dalam tindakan baik itu dirumah sakit maupun di masyarakat yang berkaitan dengan pelayanan kesehatan.








DAFTAR PUSTAKA
Kozier,Erb,Berman,Snyder,2011.Buku Ajar Fundamental Keperawatan Edisi 7 Volume 2. EGC: Jakarta
Mubarok,Chayatin,2008.Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia.EGC: Jakarta

http://mochfaizalhamzah.blogspot.com/2013/10/kdk1-kebutuhan-eliminasi-urin.html ((Diakses tanggal 3 November 2014,Pukul 16.00 WIB).

0 komentar:

Posting Komentar

 
Copyright © . BEING AS NURSE - Posts · Comments
Theme Template by BTDesigner · Powered by Blogger