Blog ini di buat untuk sekedar share ilmu khususnya ilmu keperawatan yang telah saya dapatkan dari berbagai sumber. Mungkin masih banyak kekurangan dan kesalahan dalam materi yang di posting di blog ini untuk itu mohon masukan dan kritikannya dan jangan lupa kalau copas disertakan yah url blognya sebagai referensi hehehe. (Semoga bermanfaat).

Senin, 19 Januari 2015

KEBUTUHAN AKTIVITAS




BAB I
PENDAHULUAN
1.1    Latar Belakang
Mobilisasi merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak bebas, mudah, teratur, mempunyai tujuan memenuhi kebutuhan hidup sehat, dan penting untuk kemandirian (Barbara Kozier, 1995). Sebaliknya keadaan imobilisasi adalah suatu pembatasan gerak atau keterbatasan fisik dari anggota badan dan tubuh itu sendiri dalam berputar, duduk dan berjalan, hal ini salah satunya disebabkan oleh berada pada posisi tetap dengan gravitasi berkurang seperti saat duduk atau berbaring (Susan J. Garrison, 2004).
            Mobilisasi secara garis besar dibagi menjadi 2, yaitu mobilisasi secara pasif dan mobilisasi secara aktif. Mobilisasim secara pasif yaitu: mobilisasi dimana pasien dalam menggerakkan tubuhnya dengan cara dibantu dengan orang lain secara total atau keseluruhan. Mobilisasi aktif yaitu: dimana pasien dalam menggerakkan tubuh dilakukan secara mandiri tanpa bantuan dari orang lain (Priharjo, 1997).
            Mobilisasi secara tahap demi tahap sangat berguna untuk membantu jalannya penyembuhan pasien. Secara psikologis mobilisasi akan memberikan kepercayaan pada pasien bahwa dia mulai merasa sembuh. Perubahan gerakan dan posisi ini harus diterangkan pada pasien atau keluarga yang menunggui. Pasien dan keluarga akan dapat mengetahui manfaat mobilisasi, sehingga akan berpartisipasi dalam pelaksanaan mobilisasi.

1.2    Rumusan Masalah
1.      Apa itu kebutuhan aktivitas  ?
2.      Apa sajakah sistem tubuh yang berperan dalam kebutuhan aktivitas ?
3.      Apa yang dimaksud dengan kebutuhan mobilitas dan imobilitas ?
4.      Apa yang dimaksud postur tubuh ?
5.      Bagaimana kebutuhan mekanika tubuh dan ambulasi ?
6.      Apa sajakah masalah-masalah pada kebutuhan aktivitas (mobilisasi) ?
7.      Bagaimana proses keperawatan pada masalah kebutuhan eliminasi alvi : masalah-masalah pasda kebutuhan eliminasi alvi, etiologi (patofisiologi) tiap masalah, pengkajian keperawatan (anamnesa focus masalah, pemeriksaan fisik focus masalah, prosedur diagnostic/data penunjang), diagnose perawatan (DP), perencanaan keperawatan tiap DP,bagaimana tindakan keperawatan tiap DP (Pengaturan posisi di tempat tidur : posisi fowler,sims,ortopnea,supinasi,pronasi,lateral,lithotomy
,trendelberg,latihan rentang gerak (ROM),latihan ambulasi : duduk diatas tempat tidur,turun an berdiri,membentu berjalan, membantu ambulasi dengan memindahkan pasien : dari tempat tidur ke kursi roda,dari tempat tidur ke brankar),evaluasi keperawatan tiap DP ?


1.3    Tujuan
Makalah ini di buat dengan  tujuan agar mahasiswa, tenaga kesehatan atau tenaga medis dapat memahami dan mengaplikasikannya dilapangan khususnya mengenai kebutuhan aktivitas : mobilisasi.


1.4    Manfaat
Makalah ini di buat oleh kami agar meminimalisir kesalahan dalam tindakan praktik keperawatan yang di sebabkan oleh ketidak pahaman dalam kebutuhan aktivita : mobilisasi sehingga berpengaruh besar terhadap kehidupan klien.













BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Kebutuhan Aktivitas.
Aktivitas adalah suatu energy atau keadaan bergerak dimana manusia memerlukan untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup. Salah satu tanda kesehatan adalah adanya kemampuan seseorang melakukan aktivitas seperti berdiri, berjalan dan bekerja. Kemampuan aktivitas seseorang tidak terlepas dari keadekuatan system persarafan dan muskuloskeletel.
Kebutuhan aktivitas (pergerakan) merupakan satu kesatuan yang saling berhubungan dengan kebutuhan dasar dan tidur, dan saling mempengaruhi manusia yang lain seperti istirahat. Aktivitas sebagai salah satu tanda bahwa seseorang itu dalam keadaan sehat. Seseorang dalam rentang sehat dilihat dari bagaimana kemampuannya dalam melakukan berbagai aktivitas seperti misalnya berdiri, berjalan dan bekerja.
Kemampuan aktivitas seseorang itu tidak terlepas dari keadekuatan system persarafan dan musculoskeletal. Aktivitas sendiri sebagai suatu energi atau keadaan bergerak dimana manusia memerlukan hal tersebut agar dapat memenuhi kebutuhan hidupnya.

2.2 Sistem Tubuh Yang Berperan Dalam Kebutuhan Aktivitas.
Ada pun sistem tubuh yang berperan dalam kebutuhan aktivitas:
1.   Tulang
Merupakan organ yang memiliki berbagai fungsi, diantaranya :
a. Mekanis :
- Membentuk rangka
- Tempat melekatnya berbagai otot.
b. Tempat penyimpanan mineral (Kalsium dan Fosfor).
c. Tempat sumsum tulang sebagai pembentuk sel darah.
d. Pelindung organ-organ dalam.
Jenis tulang :
a. Pipih ( kepala dan pelvis).
b. Kuboid (Vertebra dan tarsal).
c. Panjang (Femur dan Tibia).
2. Otot dan tendon
- Otot memiliki kemampuan berkontraksi yang memungkinkan tubuh bergerak sesuai keinginan
- Tendon adalah suatu jaringan ikat yang melekat pada tulang, origo adalah tempat asal tendon dan insersio adalah arah tendon.
- Terputusnya tendon akan membuat kontraksi otot tidak akan dapat menggerakkan tulang
3. Ligamen
  Merupakan bagian yang menghubungkan tulang dengan tulang.
4. Sistem Syaraf
- Terdiri dari sistem syaraf pusat (otak dan medula spinalis) dan syaraf tepi (perifer).
- Setiap syaraf memiliki bagian somatis dan otonom.
- Bagian Somatis memiliki fungsi sensorik dan motorik.
5. Sendi
   Merupakan tempat bertemunya dua ujung tulang atau lebih.Sendi membuat segmentasi darikerangka tubuh dan memungkinkan gerakan antar segmen dan bebagai pertumbuhan tulang.

2.3 Kebutuhan Mobilitas Dan Imobilitas.
A. Mobilitas
Mobilitas atau mobilisasi merupakan kemampuan individu untuk bergerak secara bebas, mudah, dan teratur dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan aktivitas guna mempertahankan kesehatannya.

-  Jenis Mobilitas
1. Mobilitas Penuh, merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak secara penuh dan bebas sehingga dapat melakukan interaksi sosial dan menjalankan peran sehari-hari. Mobilitas penuh ini merupakan fungsi saraf motorik volunter dan sensorik untuk dapat mengontrol seluruh area tubuh seseorang.
2. Mobilitas sebagian, merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak dengan batasan jelas dan tidak mampu bergerak secara bebas karena dipengaruhi oleh gangguan saraf motorik dan sensorik pada area tubuhnya. Hal ini dapat dijumpai pada kasus cedera atau patah tulang dengan pemasangan traksi. Pasien paraplegi dapt mengalami mobilitas sebagian pada ekstremitas bawah karena kehilangan kontrol motorik dan sensorik. Mobilitas sebagian ini dibagi menjadi dua jenis yaitu :
a) Mobilitas sebagian temporer, merupakan kemampuan individu untuk bergerak dengan batasan yang sifatnya sementara. Hal tersebut dapat disebabkan oleh trauma reversibel pada sistem muskuloskeletal, contohnya adalah adanya dislokasi sendi dan tulang.
b) Mobilitas sebagian permanen, merupakan kemampuan individu untuk bergerak dengan batasan yang sifatnya menetap. Hal tersebut disebabkan oleh rusaknya sistem saraf yang reversibel, contohnya terjadinya hemiplegia karena stroke, paraplegi karena cedera tulang belakang, poliomielitis karena terganggunya sistem saraf motorik dan sensorik.

- Faktor yang Mempengaruhi Mobilitas
Mobilitas seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, dan diantaranya :
1. Gaya Hidup
Perubahan gaya hidup dapat memengaruhi kemampuan mobilitas seseorang karena gaya hidup berdampak pada perilaku atau kebiasaan sehari-hari.
2. Proses Penyakit/Cedera
Proses penyakit dapat memengaruhi kemampuan mobilitas karena dapat memengaruhi fungsi sistem tubuh. Sebagai contoh, orang yang menderita fraktur femur akan mengalami keterbatasan pergerakan dalam ekstrimitas bagian bawah.
3. Kebudayaan
Kemampuan melakukan mobilitas dapat juga dipengaruhi kebudayaan. Sebagai contoh, orang yang memiliki budaya sering berjalan jauh memiliki kemampuan mobilitas yang kuat; sebaliknya ada orang yang mengalami gangguan mobilitas (sakit) karena adat dan budaya tertentu dilarang untuk beraktivitas.
4. Tingkat Energi
Energi adalah sumber untuk melakukan mobilitas. Agar seseorang dapat melakukan mobilitas dengan baik, dibutuhkan energi yang cukup.
5. Usia dan Status Perkembangan
Terdapat perbedaan kemampuan mobilitas pada tingkat usia yang berbeda. Hal ini dikarenakan kemampuan atau kematangan fungsi alat gerak sejalan perkembangan usia.

B. Imobilitas
Imobilitas atau imobilisasi merupakan keadaan di mana seseorang tidak dapat bergerak secara bebas karena kondisi yang menganggu pergerakan (aktivitas), misalnya mengalami trauma tulang belakang, cedera otak berat disertai fraktur pada ekstremitas dan sebagainya.

-Jenis Imobilitas
1. Imobilitas fisik, merupakan pembatasan untuk bergerak secara fisik dengan tujuan mencegah terjadinya gangguan komplikasi pergerakan, seperti pada pasien dengan hemiplegia yang tidak mampu mempertahankan tekanan di daerah paralisis sehingga tidak dapat mengubah posisi tubuhnya untuk mengurangi tekanan.
2. Imobilitas intelektual, merupakan keadaan ketika seseorang mengalami keterbatasan daya pikir, seperti pada pasien yang mengalami kerusakan otak akibat suatu penyakit.
3. Imobilitas emosional, keadaan ketika seseorang mengalami pembatasan secara emosional karena adanya perubahan secara tiba-tiba dalam menyesuaikan diri. Sebagai contoh, keadaan stress berat dapat disebabkan karena bedah amputasi ketika seseorang mengalami kehilangan bagian anggota tubuh atau kehilangan sesuatu yang paling dicintai.
4. Imobilitas sosial, keadaan individu yang mengalami hambatan dalam melakukan interaksi sosial karena keadaan penyakitnya sehingga dapat mempengaruhi perannya dalam kehidupan sosial.

-
Perubahan Sistem Tubuh Akibat Imobilitas.
1. Perubahan Metabolisme
2. Ketidakseimbangan Cairan dan Elektrolit
3. Gangguan Pengubahan Zat Gizi
4. Gangguan Fungsi Gastrointestinal
5. Perubahan Sistem Pernapasan
6. Perubahan Kardiovaskuler
7. Perubahan Sistem Muskuloskeletal
8. Perubahan Sistem Integumen
9. Perubahan Eliminasi
10. Perubahan Perilaku

2.4 Postur Tubuh.
Postur tubuh merupakan susunan geometris dari bagian-bagian tubuh yang berhubungan dengan bagian tubuh lain. Bagian yang dipelajari dari postur tubuh adalah persendian,, tendon, ligamen, dan otot. Apabila keempat bagian tersebut digunakan dengan benar dan terjadi keseimbangan, maka dapat menjadikan fungsi tubuh maksimal, seperti dala posisi duduk, berdiri dan berbaring yang benar. Potur tubuh yang baik dapat meningkatkan fungssi tangan dengan baik, mengurangi jumlah energy yang digunakan, memperthaankan keseimbangan, mengurangi kecelakaan, memperluas ekspansi paru dan menigkatkan sirkulasi renal dan gastrointestinal.
Untuk mendapatkan postur tubuh yang benar, terdapat beberapa prinsip yang perlu diperhatikan, diantaranya :
1.      Keseimbangan dapar dipertahankan jika garis gravitasi (line og gravy – garis imajiner vertical) melewati pusat gravitasi (center of gravity – titik yang berada di pertengahan garis tubuh) dan dasar tumpuan (base of support – posisi menyangga atau menopang tubuh)
2.      Jikia dara tumpuan lebih luas dan pusat gravitasi lebih rendah, kestabilan dan keseimbangan akan lebih besar.
3.      Jika gravitasi berada di luar pusat dasar tumpuan, enegi akan lebih banya digunakan untuk memperthanakan keseimabangan.
4.      Dasar tumpuan yang luas dan bagian – bagian dari postur tubuh yang baik akan menghemat energy dan mencegah kelelahan otot.
5.      Perubahan dalam posisi tubuh membantu mencegah ketidak nyamanan otot.
6.      Mempertkuat otot yang lemah dapat membantu mencegah kekakuan otot dan ligament.
7.      Posisi dan aktivitas yang  bervariasi dapat membantu mempertahankan otot dan mencegah kelelahan.
8.      Pergantian antara masa aktivitas dan istirahat dapat mencegah kelelahan.
9.      Membagi keseimbangan antara aktivitas pada lengan dan kaki untuk mencegah beban belakang.
10.  Postur yang buru dalam waktu yang lama dapat menimbulkan rasa nyeri, kelelahan otot, dan kontraktur.

2.5 Kebutuhan Mekanika Tubuh Dan Ambulasi.
Mekanika tubuh merupakan usaha koordinasi dari muskuloskeletal dan system saraf untuk mempertahankan keseimbangan tubuh dengan tepat. Mekanika tubuh adalah cara menggunakan tubuh secara efesien, yaitu tidak banyak mengeluarkan tenaga, terkoordinasi, serta aman dalam menggerakkan dan mempertahankan keseimbangan selama beraktivitas.
A. Pergerakan Dasar dalam Mekanika Tubuh
1) Gerakan (ambulating)
Gerakan yang benar dapat membantu mempertahankan keseimbangan tubuh. Contoh: keseimbangan orang saat berdiri dan saat jalan akan berbeda. Orang yang berdiri akan lebih mudah stabil dibandingkan dalam posisi jalan. Dalam posisi jalan akan terjadi perpindahan dasar tumpuan dari sisi satu ke sisi yang lain, dan posisi gravitasi akan selalu berubah pada posisi kaki.
2) Menahan (squatting)
Dalam melakukan pergantian, posisi menahan selalu berubah.contoh : posisi orang duduk akan berbeda dengan orang jongkok, dan tentunya berbeda dengan posisi membungkuk. Gravitasi adalah hal yang perlu diperhatikan untuk memberikan posisi yang tepat dalam menahan. Dalam menahan diperlukan dasar tumpuan yang tepat.
3) Menarik (pulling)
Menarik dengan benar akan memudahkan untuk memindahkan benda. Yang perlu diperhatikan adalah ketinggian, letak benda, posisi kaki dan tubuh dalam menarik, sodorkan telapak tangan dana lengan atas dipusat gravitasi pasien, lengan atas dan siku diletakkan pada permukaan tempat tidur, pinggul, lutut, dan pergelangan kaki ditekuk, lalu dilakukan penarikan.
4) Mengangkat (lifting)
Mengangkat merupakan pergerakan daya tarik. Gunakan otot-otot besar besar dari tumit, paha bagian atas, kaki bagian bawa, perut, dan pinggul untuk mengurangi rasa sakit pada daerah tubuh bagian belakang.
5) Memutar (pivoting)
Merupakan gerakan untuk memutar anggota tubuh dan bertumpu pada tulang belakang. Gerakan memutar yang baik memerhatikan ketiga unsur gravitasi agar tidak berpengaruh buruk pada postur tubuh.

B. Faktor –faktor yang Mempengaruhi Mekanika Tubuh
1) Status Kesehatan. Terjadi penurunan koordinasi yang disebabkan oleh penyakit berupa berkurangya melakukan aktifitas sehari-hari.
2) Nutrisi. Kekurangan nutrisi dapat menyebabkan kelemahan otot dan memudahkan terjadi penyakit.contoh: tubuh yang kekurangan kalsium akan lebih mudah fraktur.
3) Emosi. Kondisi psikologi seseorang dapat mudah memudahkan perubahan perilaku yang dapat menurunkan kemampuan mekanika tubuh dan ambulasi yang baik.
4) Situasi dan Kebiasaan. Situasi dan kebiasaan yang dilakukan sesorang misalnya sering mengangkat benda-benda yang berat.
5) Gaya Hidup. Perubahan pola hidup seseorang dapat menyebabkan stress dan kemungkinan besar akan menyebabkan kecerobohan dalam beraktifitas.
6) Pengetahuan. Pengetahuan yang baik dalam pengguanaan mekanika tubuh akan mendorong seseorang untuk mempergunakannya dengan benar, sehingga mengurangi tenaga yang dikeluarkan.

C.  Peran Sistem Skeletal, Muskular dan Syaraf
1) Sistem skeletal
a) Sebagai penunjang jaringan tubuh yang membentuk otot-otot tubuh.
b) Melindungi organ tubuh yang lunak, seperti otak, jantung, paru-paru dan sebagainya.
c) Membantu pergerakan tubuh.
d) Menyimpan garam-garam mineral, seperti kalsium.
e) Membantu proses hematopoiesis yaitu pembuntukan sel darah merah dalam sum-sum tulang.
2) Sistem muscular
Secara umum mempengaruhi kontraksi sehingga menghasilkan gerakan-gerakan.
3) Sistem saraf
Neurotransmiter merupakan substansi kimia seperti asetilkolin yang memindahkan impuls listrik dari saraf yang bersilangan pada simpul mioeural ke otot.

D. Dampak Mekanik Tubuh yang Salah
1) Terjadi ketegangan sehingga memudahkan timbulnya kelelahan dan gangguan dalam system muskuloskletal.
2) Resiko terjadi kecelakaan pada system musculoskeletal. Seseorang salah berjongkok atau berdiri akan mudah terjadi kelainan pada tulang veterbra.

        Ambulasi merupakan tahapan kegiatan yang dilakukan segera pada pasien pasca operasi dimulai dari bangun, dan duduk di sisi tempat tidur hingga pasien turun dari tempat tidur, berdiri dan mulai belajar berjalan.
    Manfaat ambulasi adalah untuk memperbaiki sirkulasi, mencegah flebotrombosis (thrombosis vena profunda/DVT). Mengurangi komplikasi immobilisasi pasca operasi, mempercepat pemulihan peristaltic usus, mempercepat pasien pasca operasi (Hinchliff, 1999; Craven dan Hirnle, 2009).
Ambulasi sangat penting dilakukan pada pasien pasca operasi karena jika pasien membatasi pergerakannya di tempat tidur dan sama sekali tidak melakukan ambulasi pasien akan semakin sulit untuk memulai berjalan (Kozier, 1989).
Menurut Kozier dan Erb (1987), factor yang mempengaruhi ambulasi adalah kondisi kesehatan pasien, nutrisi, emosi, situasi dan kebiasaan serta gaya hidup dan pengetahuan.
Hal ini harusnya menjadi bagian dalam perencanaan latihan untuk semua pasien. Ambulasi mendukung kekuatan, daya tahan dan fleksibelitas. Keuntungan dari latihan berangsur-angsur dapat di tingkatkan seiring dengan pengkajian data pasien menunjukkan tanda peningkatan toleransi aktivitas. Menurut Kozier (1995 dalam Asmandi, 2008) ambulasi adalah aktivitas berjalan. Ambulasi dini merupakan tahapan kegiatan yang dilakukan segera pada pasien paska operasi dimulai dari duduk sampai pasien turun dari tempat tidur dan mulai berjalan dengan bantuan alat sesuai dengan kondisi pasien.

Tujuan Ambulasi.
·        Untuk memenuhi kebutuan aktivitas
·        Memenuhi kebutuhan ambulasi
·        Mempertahankan kenyamanan
·        Mempertahankan toleransi terhadap aktivitas
·        Mempertahankan control diri pasien
·        Memindahkan pasien untuk pemeriksaan

Tindakan-tindakan Ambulasi
a. Duduk di atas tempat tidur
1.    Tempatkan klien pada posisi terlentang
2.    Pindahkan semua bantal
3.    Posisi menghadap kepala tempat tidur
4.    Regangkan kedua kaki perawat dengan kaki paling dekat ke kepala tempat tidur di belakang kaki yang lain.
5.    Tempatkan tangan yang lebih jauh dari klien di bawah bahu klien, sokong kepalanya dan vetebra servikal.
6.    Tempatkan tangan perawat yang lain pada permukaan temapt tidur.
7.    Angkat klien ke posisi duduk dengan memindahkan berat badan perawat dari depan kaki ke belakang kaki.
8.    Dorong melawan tempat tidur dengan tangan di permukaan tempat tidur

b. Memindahkan pasien dari tempat tidur ke kursi
1. Bantu pasien ke posisi duduk di tepi tempat tidur. Buat posisi kursi pada sudut 45 derajat terhadap tempat tidur. Jika menggunakan kursi roda, yakinkan bahwa kusi roda dalam posisi terkunci.
2. Pasang sabuk pemindahan bila perlu, sesuai kebijakan lembaga.
3. Yakinkan bahwa klien menggunakan sepatu yang stabil dan antislip.
4. Regangkan kedua kaki perawat.
5. Fleksikan panggul dan lutut perawat, sejajarkan lutut perawat dengan pasien.
6. Pegang sabuk pemindahan dari bawah atau gapai melalui aksila pasien dan tempatkan tangan pada skapula pasien.
7. Angkat pasien sampai berdiri pada hitungan 3 sambil meluruskan panggul dan kaki, pertahankan lutut agak fleksi.
8. Pertahankan stabilitas kaki yang lemah atau sejajarkan dengan lutut perawat.
9. Berporos pada kaki yang lebih jauh dari kursi, pindahkan pasien secara langsung ke depan kursi.
10. Instruksikan pasien untuk menggunakan penyangga tangan pada kursi untuk menyokong.
11. Fleksikan panggul perawat dan lutut saat menurunkan pasien ke kursi.
12. Kaji klien untuk kesejajaran yang tepat.
13. Stabilkan tungkai dengan selimut mandi
14. Ucapkan terima kasih atas upaya pasien dan puji pasien untuk kemajuan dan penampilannya.

c. Bantu berjalan
1.    Jelaskan pada pasien prosedur yang akan dilakukan
2.    Letakkan tangan pasien di samping badan atau memegang telapak tangan anda
3.    Berdiri di samping pasien serta pegang telapak dan lengan tangan pada bahu pasien
4.    Bantu pasien untuk berjalan perlahan-lahan

d.     Memindahkan pasien dari tempat tidur ke branchard
Merupakan tindakan keperawatan dengan cara memindahkan pasien yang tidak dapat atau tidak boleh berjalan sendiri dari tempat tidur ke branchard.
1. Atur posisi branchard dalam posisi terkunci
2. Bantu pasien dengan 2 – 3 perawat
3. Berdiri menghadap pasien
4. Silangkan tangan di depan dada
5. Tekuk lutut anda, kemudian masukkan tangan ke bawah tubuh pasien.
6. Perawat pertama meletakkan tangan di bawah leher/bahu dan bawah pinggang, perawat kedua meletakkan tangan di bawah pinggang dan pinggul pasien, sedangkan perawat ketiga meletakkan tangan di bawah pinggul dan kaki.
7. Angkat bersama-sama dan pindahkan ke branchard
8. Atur posisi pasien di branchard.

e. Duduk di tepi tempat tidur
1.    Tempatkan klien pada posisi miring, menghadap perawat di sisi tempat tidur tempat ia akan duduk.
2.    Pasang pagar tempat tidur pada sisi yang berlawanan.
3.    Tinggikan kepala tempat tidur pada ketinggian yang dapat ditoleransi pasien.
4.    Berdiri pada sisi panggul klien yang berlawanan.
5.    Balikkan secara diagonal sehingga perawat berhadapan dengan pasien dan menjauh dari sudut tempat tidur.
6.   Regangkan kaki perawat dengan kaki palingdekat ke kepala tempat tidur di depan kaki yang lain.
7.   Tempatkan lengan yang lebih dekat ke kepala tempat tidur di bawah bahu pasien, sokong kepala dan lehernya
8.    Tempat tangan perawat yang lain di atas paha pasien.
9.    Pindahkan tungkai bawah klien dan kaki ke tepi tempat tidur.
10.  Tempatkan poros ke arah belakang kaki, yang memungkinkan tungkai atas pasien memutar ke bawah.
11.   Pada saat bersamaan, pindahkan berat badan perawat ke belakang tungkai dan angkat pasien.
12.   Tetap didepan pasien sampai mencapai keseimbangan.
13.   Turunkan tinggi tempat tidur sampai kaki menyentuh lantai. 

Alat-alat yang digunakan dalam pelaksanaan ambulasi.
· Kruk adalah alat yang terbuat dari logam atau kayu dan digunakan permanen untuk meningkatkan mobilisasi serta untuk menopang tubuh dalam keseimbangan pasien. Misalnya: Conventional, Adjustable dan lofstrand
· Canes (tongkat) yaitu alat yang terbuat dari kayu atau logam setinggi pinggang yang digunakan pada pasien dengan lengan yang mampu dan sehat. Meliputi tongkat berkaki panjang lurus (single stight-legged) dan tongkat berkaki segi empat (quad cane).
· Walkers yaitu alat yang terbuat dari logam mempunyai empat penyangga yang kokoh digunakan pada pasien yang mengalami kelemahan umum, lengan yang kuat dan mampu menopang tubuh.

Faktor-faktor yang Memengaruhi Mekanika Tubuh dan Am­bulasi
1. Status Kesehatan. Perubahari status kesehatan dapat memengaruhi sistem muskuloskeletal dan sistcm saraf berupa penurunan koordinasi. Perubahan tersebut dapat disebabkan oleh penyakit, berkurangnya kemampuan untuk melakukan aktivitas sehari-hari, dan lain-lain.
2. Nutrisi. Salah satu fungsi nutrisi bagi tubuh adalah membantu proses pertumbuhan tulang dan perbaikan sel. Kekurangan nutrisi bagi tubuh dapat menyebabkan kelemahan otot dari memudahkan terjadinya penyakit. Sebagai contoh, tubuh yang kekurangan kalsium akan lebih mudah mengalami fraktur.
3. Emosi. Kondisi psikologis sesearang dapat memudahkan perubahan perilaku ­yang dapat menurunkan kemampuan mekanika tubuh dari ambulasi baik. Seseorang yang mengalami perasaan tidak aman, tidak bersemangat, dan harga diri yang rendah, akan mudah mengalarrti perubahan dalam mekanika tubuh dan ambulasi.        
4. Situasi dan Kebiasaan, Situasi dan kebiasaan yang dilakukan seseorang, misalnya sering mengangkat benda-benda berat, akan menyebabkan perubahan mckanika tubuh dan ambulasi.
5.  Gaya Hidup. Perubahan pola hidup seseorang dapat menyebabkan stres dan kemungkinan besar akan menimbulkan kecerobohan dalam beraktivitas, sehingga dapat mengganggu koordinasi antara sistem muskuloskeletal dan neurologi, yang akhirnya mengakibatkan perubahan mekanika tubuh.
6.  Pengetahuan. Pengetahuan yang baik terhadap penggunaan mekanika tubuh akan mendorong sescorang untuk mempergunakannya dengan benar, sehingga menguranngi tenaga yang dikeluarkan. Sebaliknya, pcngetahuan yang kurang memadai dalam penggunaan mekanika tubuh akan menjadikan seseorang berisiko mengalami gangguan koordinasi sistem neurolobri dan muskuloskcletal.

2.6 Masalah-masalah Pada Kebutuhan Aktivitas (mobilisasi).
Masalah fisik yang dapt terjadi akibat immobilitasi dapat dikaji / di amati pada berbagai sistim antara lain :
a) Masalah muskuloskeletal
Menurunnya kekuatan dan kemampuan otot, atropi, kontraktur, penurunan mineral, tulang dan kerusakan kulit.
b) Masalah urinaria
Terjadi statis urine pada pelvis ginjal, pengapuran infeksi saluran kemih dan inkontinentia urine.
c) Masalah gastrointestinal
Terjadinya anoreksia / penurunan nafsu makan diarrhoe dan konstipasi.
d) Masalah respiraisi
Penurunan ekspansi paru, tertumpuknya sekret dalam saluran nafas, ketidak seimbangan asam basa (CO2 O2).
e) Masalah kardiovaskuler
Terjadinya hipotensi orthostatic, pembentukan trombus.

2.7 Proses Keperawatan.
A. Pengkajian Keperawatan, terdiri atas
1. Riwayat Keperawatan Sekarang, meliputi alasan pasien yang menyebabkan terjadi keluhan / gangguan dalam mobilitas dan imobilitas, seperti adanya nyeri, kelemahan otot, kelelahan, tingkat mobilitas dan imobilitas, dan lama terjadinya gangguan mobilitas.
2. Pengkajian Keperawatan Penyakit yang Pernah Diderita, berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan mobilitas, misalnya adanya riwayat penyakit sistem neurologis, riwayat penyakit kardiovaskular, riwayat penyakit sistem muskuloskeletal, riwayat penyakit sistem pernapasan, riwayat pemakaian obat seperti sedativa, hipnotik, depresan sistem saraf pusat, laksania, dan lain-lain.
3. Kemampuan Fungsi Motorik, pengkajiannya antara lain pada tangan kanan dan kiri,kaki kanan dan kiri untuk menilai ada atau tidaknya kelemahan, kekuatan, atau spastis.
4. Kemampuan Mobilitas, dilakukan dengan tujuan untuk menilai kemampuan gerak ke posisi miring, duduk, berdiri, bangun, dan berpindah tanpa bantuan. Kategori tingkat kemampuan aktivitas adalah sebagai berikut:
1.      Tingakat Aktivitas/Mobilitas Kategori
2.      Tingkat 0 Mampu merawat diri sendiri secara penuh
3.      Tingkat 1 Memerlukan penggunaan alat
4.      Tingkat 2 Memerlukan bantuan atau pengawasan orang lain
5.      Tingkat 3 Memerlukan bantuan, pengawasan & peralatan
6.      Tingkat4 Sangat tergantung dan tidak dapat melakukan atau berpartisipasi dalam perawatan

5. Kemampuan Rentang Gerak, pengkajian rentang gerak (range of motion – ROM) dilakukan pada daerah seperti bahu, siku, lengan, panggul, dan kaki.
Gerak Sendi Derajat Rentang Normal.
- Bahu
Abduksi : gerakan lengan ke lateral dari posisi samping ke atas kepala, telapak tangan menghadap ke posisi yang paling jauh 180º.
- Siku
Fleksi : angkat lengan bawah ke arah depan dan ke arah atas menuju bahu 150º.
- Pergelangan Tangan
Fleksi : tekuk jari-jari tangan ke arah bagian dalam lengan bawah 80-90 º
Ekstensi : luruskan pergelangan tangan dari posisi fleksi 80-90º
Hipereskstensi : tekuk jari-jari tangan ke arah belakang sejauh mungkin 70-90º
Abduksi : tekuk pergelangan tangan ke sisi ibu jari ketika telapak tangan menghadap ke atas 0-20º
Abduksi : tekuk pergelangan tangan ke arah kelingking, telapak tagang menghadap ke atas 30-50º
- Tangan dan Jari
Fleksi : buat kepalan tangan 90º
Ekstensi : Luruskan jari 90º
Hiperekstensi : tekuk jari-jari tangan ke belakang sejauh mungkin 30º
Abduksi : kembangkan jari tangan 20º
Abduksi : rapatkan jari-jari tangan dari posisi abduksi 20º
6. Perubahan Intoleransi Aktivitas, berhubungan dengan perubahan pada sistem pernapasan, antara lain : suara napas, analisis gas darah, gerakan dinding thorak, adanya mukus, batuk yang produktif diikuti panas, dan nyeri saat respirasi. Pengkajian intoleransi aktivitas terhadap perubahan sistem kardiovaskular, seprti nadi dan tekanan darah, gangguan sirkulasi perifer, adanya trombus, serta perubahan tanda vital setelah melakukan aktivitas atau perubahan posisi.
7. Kekuatan Otot dan Gangguan Koordinasi, dalam mengkaji kekuatan otot dapat ditentukan kekuatan secara bilateral atau tidak. Derajat kekuatan otot dapat ditentukan dengan :
Skala Persentase Kekuatan Normal Karakteristik
0 0 Paralisis sempurna
1. 10 Tidak ada gerakan, kontraksi otot dapat di palpasi atau dilihat
2. 25 Gerakan otot penuh melawan gravitasi dengan topangan.
3. 50 Gerakan yang normal melawan gravitasi.
4. 75 Gerakan penuh yang normal melawan gravitasi dan melawan tahanan minimal.
5. 100 Kekuatan normal, gerakan penuh yang normal melawan gravitasi dan tahana penuh.

8. Perubahan Psikologis, disebabkan karena adanya gangguan mobilitas dan imobilitas, antara lain perubahan perilaku, peningkatan emosi, perubahan dalam mekanisme tulang, dan lain-lain

B. Diagnosis / Masalah Keperawatan
1. Gangguan mobilitas fisik akibat trauma tulang belakang, fraktur, dan lain-lain
2. Gangguan penurunan curah jantung akibat imobilitas
3. Risiko cedera (jatuh) akibat orthostatik pneumonia
4. Intoleransi aktivitas akibat menurunnya tonus dan kekuatan otot
5. Sindrom perawatan diri akibat menurunnya fleksibilitas otot
6. Tidak efektifnya pola napas akibat menurunnya ekspansi paru
7. Gangguan pertukaran gas akibat menurunnya gerakan respirasi
8. Gangguan eliminasi akibat imobilitas
9. Retensi urine akibat gangguan mobilitas fisik
10. Inkontinensia urine akibat gangguan mobilitas fisik
11. Perubahan nutrisi (kurang dari kebutuhan) akibat menurunnya nafsu makan (anoreksia) akibat sekresi lambung menurun, penurunan peristaltik usus
12. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrrolit akibat kurangnya asupan (intake)
13. Gangguan interaksi sosial akibat imobilitas
14. Gangguan konsep diri akibat imobilitas

C. Perencanaan Keperawatan
Tujuan :
ü Meningkatkan kekuatan, ketahanan otot, dan fleksibilitas sendi
Dapat dilakukan dengan cara :
1. Pengaturan posisi dengan cara mempertahankan posisi dalam postur tubuh yang benar. Cara ini dapat dilakukan dengan membuat sebuah jadwal tentang perubahan posisi selama kurang lebih setengah jam. Pelaksanaannya dilakukan secara bertahap agar kemampuan kekuatan otot dan ketahanan dapat meningkat secara berangsur-angsur.
2. Ambulasi dini merupakan salah satu tindakan yang dapat meningkatkan kekuatan dan ketahanan otot. Hal ini dapat dilakukan dengan cara melatih posisi duduk di tempat tidur, turun dari tempat tidur, berdiri di samping tempat tidur, bergerak ke kursi roda, dan seterusnya. Kegiatan ini dapat dilakukan secara berangsur-angsur.
3. Melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri untuk melatih kekuatan dan ketahanan serta kemampuan sendi agar mudah bergerak.
4. Latihan isotonik dan isometrik. Latihan ini juga dapat digunakan untuk melatih kekuatan dan ketahanan otot dengan cara mengangkat beban yang ringan, kemudian beban yang berat. Latihan isotonik (dynamic exercise) dapat dilakukan dengan rentang gerak (ROM) secara aktif, sedangkan latihan isometrik (static exercise) dapat dilakukan dengan meningkatkan curah jantung ringan dan nadi.
1. Meningkatkan fungsi kardiovaskular
Meningkatkan fungsi kardiovaskular sebagai dampak dari imobilitas dapat dilakukan antara lain dengan cara ambulasi dini, latihan aktif, dan pelaksanaan aktivitas sehari-hari secara mandiri. Hal tersebut dilakukan secara bertahap. Di samping itu, dapat pula dilakukan pengukuran tekanan darah dan nadi setiap kali terjadi perubahan posisi. Untuk meningkatkan sirkulasi vena perifer dapat dilakukan dengan cara mengangkat daerah kaki secara teratur.
2. Meningkatkan fungsi respirasi
Meningkatkan fungsi respirasi sebagai dampak dari imobilitas dapat dilakukan dengan cara melatih pasien untuk mengambil napas dalam dan batuk efektif, mengubah posisi pasien tiap 1-2 jam, melakukan posturnal drainage, perkusi dada, dan vibrasi.
3. Meningkatkan fungsi gastrointestinal
Meningkatkan fungsi gastrointestinal dapat dilakukan dengan cara mengatur diet tinggi kalori, protein, vitamin, dan mineral. Selain itu, untuk mencegah dampak dari imobilitas dapat dilakukan dengan altihan ambulasi.
4. Meningkatkan fungsi sistem perkemihan
Meningkatkan sistem kemih dapat dilakukan dengan latihan atau mengubah posisi serta latihan mempertahankannya. Pasien dianjurkan untuk minum 2500 cc per hari atau lebih, dan menjaga kebersihan perineal. Apabila pasien tidak dapat buang air kecil secara normal, dapat dilakukan kateterisasi. Di samping itu, untuk mencegah inkontinensia urine, dapat dilakukan dengan cara minum banyak pada siang hari dan minum sedikit pada malam hari.
5. Memperbaiki gangguan psikologis
Meningkatkan kesehatan mental dan mengurangi emosi sebagai dampak dari imobilitas dapat dilakukan dengan cara komunikasi secara terapeutik dengan berbagai perasaan, membantu pasien untuk  mengekspresikan kecemasannya, meningkatkan privasi pasien, memberikan dukungan moril, mempertahankan citra diri, menganjurkan untuk melakukan interaksi sosial, mengajak untuk berdiskusi tentang masalah yang dihadapi, dan seterusnya.

D. Pelaksanaan (Tindakan) Keperawatan
Tindakan keperawatan yang dapat dilakukan adalah pengaturan posisi tubuh sesuai kebutuhan pasien serta melakukan ROM pasif dan aktif.
1. Pengaturan Posisi Tubuh sesuai Kebutuhan Pasien
Pengaturan posisi dalam mengatasi masalah kebutuhan mobilitas dapat disesuaikan dengan tingkat gangguan, seperti fowler, sim, trendelenburg, dorsal recumbent, lithotomi, dan genu pectoral.
a) Posisi Fowler, adalah posisi setengah duduk atau duduk, di mana bagian kepala tempat tidur lebih tinggi atau dinaikkan. Posisi ini dilakukan untuk mempertahankan kenyamanan dan memfasilitasi fungsi pernapasan pasien.
Cara :
1. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
2. Dudukkan pasien
3. Berikan sandaran/bantal pada tempat tidur pasien atau atur tempat tidur, untuk posisi semifowler (30-45 derajat) dan untuk fowler (90 derajat)
4. Anjurkan pasien untuk tetap berbaring setengah duduk.
b) Posisi Sim, adalah posisi miring ke kanan atau miring ke kiri. Posisi ini dilakukan untuk memberi kenyamanan dan memberikan obat anus (suposutoria)
Cara :
1. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
2. Pasien dalam keadaan berbaring, kemudian miringkan ke kiri dengan posisi badan setengah telungkup dan kaki kiri lurus lutut. Paha kanan ditekuk diarahkan ke dada
3. Tangan kiri di atas kepala atau di belakang punggung dan tangan kanan di atas tempat tidur
4. Bila pasien miring ke kanan dengan posisi badan setengah telungkup dan kaki kanan lurus, lutut dan paha kiri ditekuk diarahkan ke dada
5. Tangan kanan di atas kepala atau di belakang punggung dan tangan kiri di atas tempat tidur
c) Posisi Trendelenburg, pada posisi ini pasien berbaring di tempat tidur dengan bagian kepala lebih rendah daripada bagian kaki. Posisi ini dilakukan untuk melancarkan peredaran darah ke otak.
Cara :
1. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
2. Pasien dalam keadaan berbaring terlentang, letakkan bantal di antara kepala dan ujung tempat tidur pasien, dan berikan bantal di bawah lipatan lutut.
3. Berikan balok penopang pada bagian kaki tempat tidur atau atur tempat tidur khusus dengan meninggikan bagian kaki pasien
d) Posisi Dorsal Recumbent, pada posisi ini pasien berbaring telentang dengan kedua lutut fleksi (ditarik atau direnggangkan) di atas tempat tidur. Posisi ini dilakukan untuk merawat dan memeriksa genitalia serta pada proses persalinan.
Cara :
1. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
2. Pasien dalam keadaan berbaring telentang, pakaian bawah dibuka
3. Tekuk lutut, renggangkan paha, telapak kaki menghadap ke tempat tidur, dan renggangkan kedua kaki
4. Pasang selimut
e) Posisi Lithotomi, pada posisi ini pasien berbaring telentang dengan mengangkat kedua kaki dan menariknya ke atas bagian perut. Posisi ini dilakukan untuk memeriksa genitalia pada proses persalinan, dan memasang alat kontrasepsi.
Cara :
1. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
2. Pasien dalam keadaan berbaring telentang, kemudian angkat kedua pahanya dan tarik ke arah perut
3. Tungkai bawah membentuk sudut 90 derajat terhadap paha
4. Letakkan bagian lutut/kaki pada tempat tidur khusus untuk posisi lithotomi
5. Pasang selimut
f) Posisi Genu Pectoral, pada posisi ini pasien menungging dengan kedua kaki ditekuk dan dada menempel pada bagian atas tempat tidur. Posisi ini dilakukan untuk memeriksa daerah rektum dan sigmoid.
Cara :
1. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
2. Anjurkan pasien untuk posisi menungging dengan kedua kaki ditekuk dan dada menempel pada kasur tempat tidur
3. Pasang selimut pada pasien

2. Latihan ROM Pasif dan Aktif
Pasien yang mobilitas sendinya terbatas karena penyakit, diabilitas, atau trauma memerlukan latihan sendi untuk mengurangi bahaya imobilitas. Latihan berikut dilakukan untuk memelihara dan mempertahankan kekuatan otot serta memelihara dan mobilitas persendian.
a) Fleksi dan Ekstensi Pergelangan Tangan
Cara :
1. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
2. Atur posisi lengan pasien dengan menjauhi sisi tubuh dan siku menekuk dengan lengan
3. Pegang tangan pasien dengan satu tangan dan tangan yang lain memegang pergelangan tangan pasien
4. Tekuk tangan pasien ke depan sejauh mungkin
5. Catat perubahan yang terjadi
b) Fleksi dan Ekstensi Siku
Cara :
1. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
2. Atur posisi lengan pasien dengan menjauhi sisi tubuh dengan telapak mengarah ke tubuhnya
3. Letakkan tangan di atas siku pasien dan pegang tangannya dengan tangan lainnya
4. Tekuk siku pasien sehingga tangannya mendekat bahu
5. Lakukan dan kembalikan ke posisi sebelumnya
6. Catat perubahan yang terjadi
c) Pronasi dan Supinasi Lengan Bawah
Cara :
1. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
2. Atur posisi lengan bawah menjauhi tubuh pasien dengan siku menekuk
3. Letakkan satu tangan perawat pada pergelangan pasien dan pegang tangan pasien dengan tangan lainnya
4. Putar lengan bawah pasien sehingga telapaknya menjauhinya
5. Kembalikan ke posisi semula
6. Putar lengan bawah pasien sehingga telapak tangannya menghadap ke arahnya
7. Kembalikan ke posisi semula
8. Catat perubahan yang terjadi
d) Pronasi Fleksi Bahu
Cara :
1. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
2. Atur posisi tangan pasien di sisi tubuhnya
3. Letakkan satu tangan perawat di atas siku pasien dan pegang tangan pasien dengan tangan lainnya
4. Angkat lengan pasien pada posisi semula
5. Catat perubahan yang terjadi
e) Abduksi dan Adduksi
Cara :
1. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
2. Atur posisi lengan pasien di samping badannya
3. Letakkan satu tangan perawat di atas siku pasien dan pegang tangan pasien dengan tangan lainnya
4. Gerakkan lengan pasien menjauh dari tubuhnya ke arah perawat
5. Kembalikan ke posisi semula
6. Catat perubahan yang terjadi
f) Rotasi Bahu
Cara :
1. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
2. Atur posisi lengan pasien menjauhi tubuh dengan siku menekuk
3. Letakkan satu lengan perawat di lengan atas pasien dekat siku dan pegang tangan pasien dengan tangan yang lain
4. Gerakkan lengan bawah ke bawah sampai menyentuh tempat tidur, telapak tangan menghadap ke bawah
5. Kembalikan lengan ke posisi semula
6. Gerakkan lengan bawah ke belakang sampai menyentuh tempat tidur, telapak tangan menghadap ke atas
7. Kembalikan ke posisi semula
8. Catat perubahan yang terjadi
g) Fleksi dan Ekstensi Jari-Jari
Cara :
1. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
2. Pegang jari-jari kaki pasien dengan satu tangan sementara tangan lain memegang kaki
3. Bengkokkan (tekuk) jari-jari kaki ke bawah
4. Luruskan jari-jari kemudian dorong ke belakang
5. Kembalikan ke posisi semula
6. Catat perubahan yang terjadi
h) Infersi dan Efersi Kaki
Cara :
1. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
2. Pegang separuh bagian atas kaki pasien dengan satu jari dan pegang pergelangan kaki dengan tangan satunya
3. Putar kaki ke dalam sehingga telapak kaki menghadap ke kaki lainnya
4. Kembalikan ke posisi semula
5. Putar kaki keluar sehingga bagian telapak kaki menhjauhi kaki yang lain
6. Kembalikan ke posisi semula
7. Catat perubahan yang terjadi
i) Fleksi dan Ekstensi Pergelangan Kaki
Cara :
1. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
2. Letakkan satu tangan perawat pada telapak kaki pasien dan satu tangan yang lain di atas pergelangan kaki. Jaga kaki lurus dan tetap rileks
3. Tekuk pergelangan kaki, arahkan jari-jari kaki ke arah dada pasien
4. Tekuk pergelangan kaki menjauhi dada pasien
5. Kembalikan ke posisi semula
6. Catat perubahan yang terjadi
j) Fleksi dan Ekstensi Lutut
Cara :
1. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
2. Letakkan satu tangan di bawah lutut pasien dan pegang tumit pasien dengan tangan yang lain
3. Angkat kaki, tekuk pada lutut dan pangkal paha
4  Lanjutkan menekuk lutut ke arah dada sejauh mungkin
5. Ke bawahkan kaki dan luruskan lutut dengan mengangkat kaki ke atas
6. Kembalikan ke posisi semula
7. Catat perubahan yang terjadi
k) Rotasi Pangkal Paha
Cara :
1. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
2. Letakkan satu tangan perawat pada pergelangan kaki dan satu tangan yang lain di atas lutut
3. Putar kaki menjauhi perawat
4. Putar kaki ke arah perawat
5. Kembalikan ke posisi semula
5. Catat perubahan yang terjadi
l) Abduksi dan Adduksi Pangkal Paha
Cara :
1. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
2. Letakkan satu tangan perawat di bawah lutut pasien dan satu tangan pada tumit
3. Jaga posisi kaki pasien lurus, angkat kaki kurang lebih 8 cm dari tempat tidur, gerakkan kaki mendekati badan pasien
4. Kembalikan ke posisi semula
5. Catat perubahan yang terjadi

E. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi yang diharapkan dari hasil tindakan keperawatan untuk mengatasi gangguan mobilitas adalah sebagai berikut :
1. Peningkatan fungsi sistem tubuh
2. Peningkatan kekuatan dan ketahanan otot
3. Peningkatan fleksibilitas sendi
4. Peningkatan fungsi motorik, perasaan nyaman pada pasien, dan ekspresi pasien menunjukkan keceriaan







BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan.
Mobilitas atau mobilisasi merupakan kemampuan individu untuk bergerak secara bebas, mudah, dan teratur dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan aktivitas guna mempertahankan kesehatannya.
Imobilitas atau imobilisasi merupakan keadaan di mana seseorang tidak dapat bergerak secara bebas karena kondisi yang menganggu pergerakan (aktivitas), misalnya mengalami trauma tulang belakang, cedera otak berat disertai fraktur pada ekstremitas dan sebagainya.
Postur tubuh merupakan susunan geometris dari bagian-bagian tubuh yang berhubungan dengan bagian tubuh lain. Bagian yang dipelajari dari postur tubuh adalah persendian,, tendon, ligamen, dan otot.
Mekanika tubuh merupakan usaha koordinasi dari muskuloskeletal dan system saraf untuk mempertahankan keseimbangan tubuh dengan tepat.
Ambulasi merupakan tahapan kegiatan yang dilakukan segera pada pasien pasca operasi dimulai dari bangun, dan duduk di sisi tempat tidur hingga pasien turun dari tempat tidur, berdiri dan mulai belajar berjalan.

3.2 Saran.
Dari pemaparan diatas, kami memberikan saran agar dalam ilmu kesehatan khususnya ilmu keperawatan penting sekali memahai kebutuhan aktivitas : mobilisasi dalam keperawatan secara tepat agar terhindar dari kesalahan dalam tindakan baik itu di sarana medis maupun di masyarakat yang berkaitan dengan pelayanan kesehatan.










DAFTAR PUSTAKA

Hidayat, A.Aziz Alimul, 2006, Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia Aplikasi Konsep dan Proses Keperawatan, Jakarta: Salemba Medika
Joyce, K & Everlyn, R.H. (1996). Farmakologi Pendekatan Proses Keperawatan. Jakarta : EGC

Mubarak,Iqbal wahit,2008,Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia Teori dan Aplikasi Dalam Praktik,Jakarta : EGC

0 komentar:

Posting Komentar

 
Copyright © . BEING AS NURSE - Posts · Comments
Theme Template by BTDesigner · Powered by Blogger