BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Kata stres telah sering kita dengar dalam kehidupan sehari-hari, stress merupakan salah satu gejala psikologis yang dapat menyerang setiap orang. Stres dapat timbul karena adanya konflik dan frustrasi. Sebagian besar orang beranggapan bahwa yang dimaksud stres adalah sesuatu yang tidak menyenangkan dan membuat orang tersebut merasa tidak nyaman, bingung,mudah marah, tekanan darah meningkat, detak jantung lebih cepat, gangguan pencernaan, dan lain-lain. Sebagian besar stres dapat dipicu karena pengaruh eksternal dan ada pula yang dipengaruhi oleh faktor internal individu tersebut. Stres sebenarnya dapat dicegah dan diatasi dengan cara-cara tertentu. Tapi melihat hal-hal tersebut,tampaknya tidak banyak orang yang mengetahui tentang stres, bagaimana mencegahnya, mengatasi, ataupun memanfaatkan stres tersebut sebagai salah satu bagian dari hidup kita. Pemahaman yang baik terhadap stres akan membantu kita dalam menghadapi stres ketika stres tersebut menyerang kita, melalui penanganan yang tepat dengan adanya pemahaman yang baik mengenai stres, maka individu tidak akan terkena dampak negatif dari stres tersebut.
1.2
Rumusan Masalah
Bagaimana stress
dan adaptasi itu?
1.3
Tujuan
Makalah
ini di buat dengan tujuan agar
mahasiswa, tenaga kesehatan atau tenaga medis dapat memahami masalah tentang
stress dan adaptasi.
1.4
Manfaat
Makalah
ini di buat oleh kami agar kami memahami dan mengaplikasikan langsung dalam
asuhan keperawatan kepada klien tentang stres dan adaptasi.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1
Konsep tentang stres.
Stres adalah segala situasi di mana
tuntunan non-spesifik mengharuskan seorang individu untuk merespon atau
melakukan tindakan ( Selye, 1976 ). Respon atau tindakan ini termasuk respon
fisiologis dan psikologis.
Stresor
adalah stimulus yang mengawali atau mencetuskan perubahan.
1. Stresor
internal berasal dari dalam diri seseorang (demam, kondisi seperti kehamilan,
menopause atau suatu keadaan emosi seperti rasa bersalah )
2.
Stresor eksternal berasal dari luar diri seseorang (perubahan bermakna dalam
suhu lingkungan, perubahan peran dalam keluarga atau sosial, atau tekanan dari
pasangan ).
Berbagai pandangan manusia mengenai
stres menghasilkan pengertian yang berbeda-beda tentang stres itu sendiri.
Stres hanyalah sekedar gangguan sistem syaraf yang menyebabkan tubuh
berkeringat, tangan menggenggam, jantung berdetak kencang,dan wajah
memerah. Paham realistik memandang stress sebagai suatu fenomena jiwa yang
terpisah dengan jasmani atau tubuh manusia atau fenomena tubuh belaka tanpa ada
hubungan dengan kejiwaan. Sedangkan paham idealis menganggap stres adalah
murni fenomena jiwa. Hal ini membuat kita sulit untuk menjelaskan kenapa jika
fenomena stres hanyalah fenomena jiwa namun memberikan dampak pada fisik
seseorang seperti dada yang berdebar-debar, keringat, dan sebagainya.
Tak seorang pun dapat menghindari
stres karena untuk menghilangkannya berarti akan menghancurkan hidupnya
sendiri ( Hans Selye, 1978 ). Stres merupakan interaksi antara individu dengan
lingkungan. Pendekatan ini telah dibatasi sebagai “model psikologi”. Model
psikologi ini menggambarkan stress sebagai suatu proses yang meliputi stresor
dan ketegangan ( strain ). Interaksi antara individu dengan lingkungannya yang
saling mempengaruhi itu dinamakan dengan interaksi transaksional yang di
dalamnya terdapat proses penyesuaian. Stres bukan hanya stimulus atau respon
tetapi juga agen aktif yang dapat mempengaruhi stresor melalui strategi
prilaku, kognitif dan emosional. Individu akan memberikan reaksi yang berbeda
terhadap stresor yang sama.
Definisi tentang stres
yang sangat beragam menunjukan bahwa stres bukanlah suatu hal yang
sederhana. Salah satu definisinya adalah stres adalah gangguan pada tubuh dan
pikiran yang disebabkan oleh perubahan dan tuntutan kehidupan ( Vincent Cornelli,
dalamMustamir Pedak, 2007 ). Kesimpulan dari para ahli tentang stres yaitu
stres bisa terjadi karena manusia begitu kuat dalam mengejar keinginannya serta
kebutuhannya dengan mengandalkan segala kemampuannya dan potensinya.
2.2
Faktor yang mempengaruhi respons terhadap stressor.
Respons terhadap stresor yang
diberikan setiap individu akan berbeda berdasarkan faktor yang akan
mempengaruhi dari stresor tersebut, dan koping yang dimiliki individu, di
antara stresor yang dapat mempengaruhi respons tubuh antara lain :
1. Sifat
stresor
Sifat streor merupakan faktor yang
dapat mempengaruhi respons tubuh terhadap stresor. Sifat stresor ini dapat
berupa tiba-tiba atau berangsur-angsur, sifat ini pada setiap individudapat
berbeda tergantung dari pemahaman tentang arti stresor.
2.
Durasi stresor
Lamanya durasi stresor yang dialami
klien akan mempengaruhi respons tubuh. Apabila stresor yang dialami lebih lama,
maka respons yang dialaminya juga akan lebih lama dan dapat mempengaruhi dari
fungsi tubuh yang lain.
3. Jumlah
stresor
Jumlah stresor yang dialami
seseorang dapat menentukan respons tubuh. Semakin banyak stresor yang dialami
seseorang , dapat menimbulkan dampak yang besar bagi fungsi tubuh juga
sebaliknya dengan jumlah stresor yang dialami banyak dan mampu menghadapinya,
maka semakin baik dalam mengatasinya sehingga kemampuan adaptifnya akan semakin
baik pla.
4.
Pengalaman masa lalu
Pengalaman ini juga dapat
mempengaruhi respons tubuh terhadap stresor yang dimiliki. Semakin banyak
stresor dan pengalaman yang dialami dan mampu menghadapinya, maka semakin baik
dalam mengatasinya sehingga kemampuan adaptifnya akan
semakin baik pula.
5. Tipe
kepribadian
Tipe kepribadian seseorang juga
dapat mempengaruhi respons terhadap stresor. Apabila seseorang yang memiliki
tipe kepribadian ambisius, agresif, kompetitif, kurang sabar, mudah tegang,
mudah tersinggung, mudah marah, bekerja tidak kenal waktu, bicara cepat, pandai
berorganisai dan memimpin, lebih suka bekerja sendirian bila ada tantangan,
kaku terhadap waktu, ramah, berpendirian kuat akan lebih rentan terkena stres
dibandingkan seseorang yang tipe kepribadian tidak agresif, penyabar, senang,
tidak mudah tersinggung, lebih suka kerjasama, mudah bergaul, dan lain-lain.
2.3
Adaptasi terhadap stressor.
Adaptasi adalah penyesuaian diri
terhadap suatu penilaian. Dalam hal ini respon individu terhadap suatu
perubahan yang ada dilingkungan yang dapat mempengaruhi keutuhan tubuh baik
secara fisiologis maupun psikologis dalam perilaku adaptip. Hasil dari perilaku
ini dapat berupa usaha untuk mempertahankan keseimbangan dari suatu keadaan
agar dapat kembali pada keadaan normal, namun setiap orang akan berbeda dalam
perilaku adaptip ada yang dapat berjalan dengan cepat namun ada pula yang
memerlukan waktu lama tergantung dari kematangan mental orang itu tersebut.
Adaptasi
terhadap stress dapat berupa :
1.
Adaptasi fisiologis
Adaptasi fisiologis adalah proses
penyesuaian diri secara alamiah atau secara fisiologis untuk mempertahankan
keseimbangan dalam berbagai faktor yang menimbulkan keadaan menjadi tidak
seimbang contoh: masuknya kuman pennyakit ketubuh manusia.
2.
Adaptasi psikologi
Adaptasi secara psikologis dapat dibagi menjadi dua yaitu:
•
LAS ( general adaptation syndroma)
adalah
apabila kejadiannya atau proses adaptasi bersifat lokal contoh: seperti
ketika kulit terinfeksi maka akan terjadi disekitar kulit tersebut
kemerahan, bengkak, nyeri, panas dll yang sifatnya lokal atau pada daerah
sekitar yang terkena.
•
GAS ( general adaptation syndroma)
adalah
apabila reaksi lokal tidak dapat diaktifitasi maka dapat menyebabkan gangguan
dan secara sistemik tubuh akan melakukan proses penyesuaian diri seperti panas
di seluruh tubuh, berkeringat.
3. Adaptasi
Sosial Budaya
Setiap lingkungan sosial masyarakat
mempunyai tatanan budaya masing-,masing. Antara lingkungan satu dan yang
lainnya tentu memiliki budaya berbeda-beda. Perbedaan tersebut yang akhirnya
menuntut setiap orang beradaptasi jika hal itu dapat dilakukan dengan baik maka
akan tercipta keseimbangan. Namun jika hal tersebut tidak dapat dilakukan
bukanlah suatu hal yang tidak mungkin jika orang tersebut akan mengalami
stress.
4. Adaptasi
Spiritual
Setiap agama dan kepercayaan
mengandung ajaran yang hendaknya harus dijalankan oleh penganutnya.
Ajaran-ajaran ini tentunya juga harus turut andil dalammengatur perilaku
manusia ini. Oleh karena itu dalam rangka memenuhi ajaran-ajaran tersebut pasti
terjadi perubahan dalam perilaku manusia.
2.4 Respons terhadap stress.
Individu
secara keseluruhan terlibat dalam merespon dan mengadaptasi stres. Namun
demikian, sebagian besar dari riset tentang stres berfokus pada respons
psikologis atau emosional dan fisiologis, meski dimensi ini saling tumpang
tindih dan berinteraksi dengan dimensi lain.
Ketika
terjadi stres seseorang menggunakan energi fiologis dan psikologis untuk
berespon dan mengadaptasi. Besarny energi yang dibutuhkan dan keefektifkan dari
upaya untuk mengadaptasi tergantung pada intensitas, cakupan, dan durasi
stresor dan besarnya stresor lainnya. Respon stres adalah adaptif dan
protektif, dan karakteristik dan respon ini adalah hasil dari respons
neuroindokrim yang terintegrasi.
* Respon Fisiologis
Hans Selye (1946,1976) telah
melakukan riset terhadap 2 respon fisiologis tubuh terhadap stress : Local
Adaptation Syndrome (LAS) dan General Adaptation Syndrome (GAS).
1. Local Adaptation Syndrom (LAS).
1. Local Adaptation Syndrom (LAS).
Tubuh menghasilkan banyak respons
setempat terhadap stress. Respon setempat ini termasuk pembekuan darah dan
penyembuhan luka, akomodasi mata terhadap cahaya, dll. Responnya berjangka
pendek.
Karakteristik
dari LAS :
1.
respon yang terjadi hanya setempat dan tidak melibatkan semua system.
2.
respon bersifat adaptif; diperlukan stressor untuk menstimulasikannya.
3.
respon bersifat jangka pendek dan tidak terus menerus.
4.
respon bersifat restorative.
Mungkin anda bertanya, “ apa saja yang termasuk ke dalam LAS ?”. sebenarnya respon LAS ini banyak kita temui dalam kehidupan kita sehari – hari seperti yang diuraikan dibawah ini :
a. Respon inflamasi.
Respon ini distimulasi oleh adanya
trauma dan infeksi. Respon ini memusatkan diri hanya pada area tubuh yang
trauma sehingga penyebaran inflamasi dapat dihambat dan proses penyembuhan
dapat berlangsung cepat. Respon inflamasi dibagi kedalam 3 fase :
• fase pertama :
Adanya perubahan sel dan system
sirkulasi, dimulai dengan penyempitan pembuluh darah ditempat cedera dan secara
bersamaan teraktifasinya kini,histamin, sel darah putih. Kinin berperan dalam
memperbaiki permeabilitas kapiler sehingga protein, leucosit dan cairan yang
lain dapat masuk ketempat yang cedera tersebut.
• Fase kedua :
Pelepasan eksudat. Eksudat adalah
kombinasi cairan dan sel yang telah mati dan bahan lain yang dihasilkan
ditempat cedera.
• Fase ketiga :
Regenerasi
jaringan dan terbentuknya jaringan parut.
b. Respon refleks nyeri.
Respon ini merupakan respon adaptif
yang bertujuanmelindungi tubuh dari kerusakan lebih lanjut. Misalnya mengangkat
kaki ketika bersentuhan dengan benda tajam. Bagaimana dengan GAS. Gas merupakan
respon fisiologis dari seluruh tubuh terhadap stres. Respon yang terlibat
didalamanya adalah sistem saraf otonom dan sistem endokrin. Di beberapa buku
teks GAS sering disamakan dengan Sistem Neuroendokrin.
2.
General Adaptation Syndrom (GAS).
a.
Fase Alarm ( Waspada).
Melibatkan pengerahan mekanisme
pertahanan dari tubuh dan pikiran untuk menghadapi stressor. Reaksi psikologis
“fight or flight” dan reaksi fisiologis. Tanda fisik : curah jantung meningkat,
peredaran darah cepat, darah di perifer dan gastrointestinal mengalir ke kepala
dan ekstremitas. Banyak organ tubuh terpengaruh, gejala stress memengaruhi
denyut nadi, ketegangan otot dan daya tahan tubuh menurun.
Fase alarm melibatkan pengerahan
mekanisme pertahanan dari tubuh seperti pengaktifan hormon yang berakibat
meningkatnya volume darah dan akhirnya menyiapkan individu untuk bereaksi.
Hormon lainnya dilepas untuk meningkatkan kadar gula darah yang bertujuan untuk
menyiapkan energi untuk keperluan adaptasi, teraktifasinya epineprin dan
norepineprin mengakibatkan denyut jantung meningkat dan peningkatan aliran
darah ke otot. Peningkatan ambilan O2 dan meningkatnya kewaspadaan mental.
Aktifitas hormonal yang luas ini
menyiapkan individu untuk melakukan “ respons melawan atau menghindar “. Respon
ini bisa berlangsung dari menit sampai jam. Bila stresor masih menetap maka
individu akan masuk ke dalam fase resistensi.
b. Fase Resistance (Melawan).
Individu mencoba berbagai macam
mekanisme penanggulangan psikologis dan pemecahan masalah serta mengatur
strategi. Tubuh berusaha menyeimbangkan kondisi fisiologis sebelumnya kepada
keadaan normal dan tubuh mencoba mengatasi faktor-faktor penyebab stress. Bila
teratasi gejala stress menurun àtau normal tubuh kembali stabil, termasuk
hormon, denyut jantung, tekanan darah, cardiac out put. Individu tersebut
berupaya beradaptasi terhadap stressor, jika ini berhasil tubuh akan
memperbaiki sel – sel yang rusak. Bila gagal maka individu tersebut akan jatuh
pada tahapa terakhir dari GAS yaitu : Fase kehabisan tenaga.
c. Fase Exhaustion (Kelelahan).
Merupakan fase perpanjangan stress
yang belum dapat tertanggulangi pada fase sebelumnya. Energi penyesuaian
terkuras. Timbul gejala penyesuaian diri terhadap lingkungan seperti sakit
kepala, gangguan mental, penyakit arteri koroner, dll. Bila usaha melawan tidak
dapat lagi diusahakan, maka kelelahan dapat mengakibatkan kematian.
Tahap ini cadangan energi telah menipis atau habis,
akibatnya tubuh tidak mampu lagi menghadapi stres. Ketidak mampuan tubuh untuk
mepertahankan diri terhadap stressor inilah yang akan berdampak pada kematian
individu tersbut.
* Respons Psikologis.
Perilaku respon dari Psikologis
yaitu :
1. Perilaku
adaftif psikologis dapat konstruktif atau destruktif . perilaku
konstruktif membantu individu menerima tantangan untuk menyelesaikan konflik.
Bahkan ansietas dapat konstuktif; misalnya, ansietas dapat menjadi tanda bahwa
terdapat ancaman sehingga seseoran dapat melakukan tindakan langsung untuk
mengurangi keparahan nya.
2. Perilaku destruktif mempengaruhi
orientasi realitas kemampuan pemecahan masalah, kepribadian, dan situasi yang
sangat berat, kemampuan untuk berfungsi. Ansietas dapat juga bersifat
destruktif (misal, jika seseorang tidak mampu bertindak melepaskan diri dari
stressor). sama halnya penyalahgunaan alkohol atau obat-obatan dapat dipandang
sebagai prilaku adaptif; dalam pernyataannya, hal ini dapat meningkatkan stres
dan bukan menurunkan stres.
2.5
Manajemen Stress.
Manajemen stress adalah kemungkinan
melihat promosi kesehatan sebagai aktivitas atau intervasi atau mengubah
pertukaran respon terhadap penyakit. Fokusnya tergantung pada tujuan dari
intervensi keperawatan berdasarkan keperluan pasien. Perawat bertanggung jawab
pada implemenetasi pemikiran yang dikeluarkan pada beberapa daerah perawatan.Untuk
mencegah dan mengatasi stres agar tidak sampai ke tahap yang paling berat, maka
dapat dilakukan dengan cara :
*Manajemen stress untuk
pasien.
1. Pengaturan
Diet dan Nutrisi
Pengaturan diet dan nutrisi
merupakan cara yang efektif dalam mengurangi dan mengatasi stres melalui makan
dan minum yang halal dan tidak berlebihan, dengan mengatur jadwal makan secara
teratur, menu bervariasi, hindari makan dingin dan monoton karena dapat
menurunkan kekebalan tubuh.
2. Istirahat
dan Tidur
Istirahat dan tidur merupakan obat
yang baik dalam mengatasi stres karena dengan istirahat dan tidur yang cukup
akan memulihkan keadaan tubuh. Tidur yang cukup akan memberikan kegairahan
dalam hidup dan memperbaiki sel-sel yang rusak.
3.
Olah Raga atau Latihan Teratur
Olahraga dan latihan teratur adalah
salah satu cara untuk meningkatkan daya tahan dan kekebalan fisik maupun
mental. Olah raga dapat dilakukan dengan cara jalan pagi, lari pagi minimal dua
kali seminggu dan tidak perlu lama-lama yang penting menghasilkan keringat setelah
itu mandi dengan air hangat untuk memulihkan kebugaran.
4. Berhenti
Merokok
Berhenti merokok adalah bagian
dari cara menanggulangi stres karena dapat meningkatkan ststus kesehatan dan
mempertahankan ketahanan dan kekebalan tubuh.
5.
Tidak Mengkonsumsi Minuman Keras
Minuman keras merupakan faktor
pencetus yang dapat mengakibatkan terjadinya stres. Dengan tidak mengkonsumsi
minuman keras, kekebalan dan ketahanan tubuh akan semakin baik, segala penyakit
dapat dihindari karena minuman keras banyak mengandung alkohol.
6.
Pengaturan Berat Badan
Peningkatan berat badan merupakan
faktor yang dapat menyebabkan timbulnya stres karena mudah menurunkan daya
tahan tubuh terhadap stres. Keadaan tubuh yang seimbang akan meningkatkan
ketahanan dan kekebalan tubuh terhadap stres.
7.
Pengaturan Waktu
Pengaturan waktu merupakan cara yang
tepat dalam mengurangi dan menanggulangi stres. Dengan pengaturan waktu segala
pekerjaaan yang dapat menimbulkan kelelahan fisik dapat dihindari. Pengaturan
waktu dapat dilakukan dengan cara menggunakan waktu secara efektif dan efisien
serta melihat aspek prokdutivitas waktu. Seperti menggunakan waktu untuk
menghasilkan sesuatu dan jangan biarkan waktu berlalu tanpa menghasilkan
sesuatu yang bermanfaat.
8.
Terapi Psikofarmaka
Terapi ini dengan menggunakan
obat-obatan dalam mengalami stres yang dialami dengan cara memutuskan jaringan
antara psiko neuro dan imunologi sehingga stresor psikososial yang dialami
tidak mempengaruhi fungsi kognitif afektif atau psikomotor yang dapat
mengganggu organ tubuh yang lain. Obat-obatan yang digunakan biasanya digunakan
adalah anti cemas dan anti depresi.
9.
Terapi Somatik
Terapi ini hanya dilakukan pada
gejala yang ditimbulkan akibat stres yang dialami sehingga diharapkan tidak
dapat mengganggu sistem tubuh yang lain.
10. Psikoterapi
Terapi ini dengan menggunakan teknik
psikologis yang disesuaikan dengan kebutuhan seseorang. Terapi ini dapat
meliputi psikoterapi suportif dan psikoterapi redukatif di mana psikoterapi
suportif memberikan motivasi atau dukungan agar pasien mengalami percaya diri,
sedangkan psikoterapi redukatif dilakukan dengan memberikan pendidikan secara
berulang. Selain itu ada psikoterapi rekonstruktif, psikoterapi kognitif dan
lain-lain.
11. Terapi
Psikoreligius
Terapi ini dengan menggunakan
pendekatan agama dalam mengatasi permasalahan psikologis mengingat dalam
mengatasi permasalahn psikologis mengingat dalam mengatasi atau mempertahankan
kehidupan seseorang harus sehat secara fisik, psikis, sosial, dan sehat spiritual
sehingga stres yang dialami dapat diatasi.
12. Homeostatis
Merupakan suatu keadaan tubuh untuk
mempertahankan keseimbangan dalam menghadapi kondisi yang dialaminya. Proses
homeostatis ini dapat terjadi apabila tubuh mengalami stres yang ada sehingga
tubuh secara alamiah akan melakukan mekanisme pertahanan diri untuk menjaga
kondisi yang seimbang, atau juga dapat dikatakan bahwa homeostatis adalah suatu
proses perubahaan yang terus menerus untuk memelihara stabilitas dan
beradaptasi terhadap kondisi lingkungan sekitarnya.
Homeostatis yang terdapat dalam tubuh
manusia dapat dikendalikan oleh suatu sistem endokrin dan syaraf otonom. Secara
alamiah proses homeostatis dapat terjadi dalam tubuh manusia. Dalam mempelajari
cara tubuh melakukan proses homeostatis ini dapat melalui empat cara di
antaranya:
a. Self
regulation di mana sistem ini terjadi secara otomatis pada orang yang sehat
seperti dalam pengaturan proses sistem fisiologis tubuh manusia.
b.
Berkompensasi yaitu tubuh akan cenderung bereaksi terhadap
ketidak normalan dalam tubuh.
c. Dengan
cara sistem umpan balik negatif, proses ini merupakan penyimpangan dari keadaan
normal segera dirasakan dan diperbaiki dalam tubuh dimana apabila tubuh dalam
keadaan tidak normal akan secara sendiri mengadakan mekanisme umpan balik untuk
menyeimbangkan dari keadaan yang ada.
d.
Cara umpan balik untuk mengkoreksi suatu ketidakseimbangan fisiologis.
13.
Humor
Humor adalah terapi yang terkenal
dalam literatur umum oleh Norman Cousins (1979). Kemampuan untuk menerima
hal-hal lucu dan tertawa melenyapkan stress (Robinson, 1990; Dahl dan O’Neal,
1993). Hipotesisfisiologis menyatakan bahwa tertawa melepaskan endorphin ke
dalam sirkulasi dan perasaan stress di lenyapkan
14. Support system
Peribahasa
“ no man is an island” terutama penting untuk penatalaksanaan stress. Sistem
pendukung seperti keluarga , teman atau rekan kerja yang akan mendengarkan dan
memberikan nasihat dan dukungan emosional akan sangat bermamfaat bagi seseorang
yang mengalami stress. Sistem pendukung dapat mengurangi reaksi stress dan
meningkatkan kesejahteraan fisik dan mental (Revenson dan Majerovitz, 1991).
Riset keperawatan telah mendokumentasikan adanya korelasi dukungan sosial
positif dengan pengurangan gejala penyakit kronis (White, Richter, & Fry,
1992). Ubrich dan Bradsher (1993) menunjukkan bahwa dukungan dapat meringankan
efek stressor atau distress emosional baik pada lansia wanita kulit putih
maupun suku Afrika-Amerika terutama jika dukungan dipandang sebagai orang yang
sangat dipercaya. Perawat dapat menggunakan berbagai metode untuk membantu
klien membangun sistem pendukung, melibatkan diri dalam aktivitas kelompok
tempat ibadah dan memberi dorongan untuk melakukan aktivitas rekreasi. Perawat
dapat menggunakan komunikasi terapeutik untuk mengajarkan klien tentang
keterampilan sosialisasi jika klien tidak mengetahui bagaimana cara
berinteraksi dengan tepat. Semua metode ini membantu klien membangun sistem
pendukung yang kuat. Jika stress merupakan akibat dari isolasi sosial, maka strategi
keperawatan ditujukan untuk membantu klien mengembangkan jaringan sosial baru.
*Manajemen
stress untuk perawat.
Sebagian
besar perawat mengalami stress dalam lingkungan pekerjaan merka. Stresor dapat
terdiri atas kelebihan beban kerja, kebijakan institusi tempat bekerja, konflik
dengan rekan kerja atau karakteristik klien (Foxall, Zimmermen, dan Bene, 1990;
Skipper, Jung dan Coffey, 1990). Reaksi terhadap stressor yang berkaitan dengan
pekerjaan bergantung pada kepribadian perawat, status kesehatan, pengalaman
sebelumnya dengan stress dan mekanisme koping.
Stress pekerjaan.
Seringkali
mengakibatkan kondisi yang disebut kepenatan, yang ditandai oleh penuruanan
perhatian pada orang dengan siapa kita bekerja. Selama merasa penat klien
merasakan kelelahan fisik dan emosional (Melamed, Kushnir dan Shirom, 1992).
Pekerjaan atau profesi tidak lagi memberi dampak positif dan klien mungkin
mengalami marah dan apatis.
Perawat dan risiko terhadap stress kepenatan akibat pekerjaan dan dapat memamfaatkan tehnik penatalaksanaan stress yang sama seperti yang mereka ajarkan pada klien. Dalam organisasi dan domain kompetensi peran pekerja, perawat harus mengidentifikasi stressor tertentu di tempat kerja dan berupaya untuk menghilangkan stressor tersebut. Juga membantu untuk mendapat dukungan sosial dari perawat lainnya dengan harapan mempertahankan sikap merawat yang ditujukan pada klien.
Perawat dan risiko terhadap stress kepenatan akibat pekerjaan dan dapat memamfaatkan tehnik penatalaksanaan stress yang sama seperti yang mereka ajarkan pada klien. Dalam organisasi dan domain kompetensi peran pekerja, perawat harus mengidentifikasi stressor tertentu di tempat kerja dan berupaya untuk menghilangkan stressor tersebut. Juga membantu untuk mendapat dukungan sosial dari perawat lainnya dengan harapan mempertahankan sikap merawat yang ditujukan pada klien.
2.6 Konsep adaptasi.
Adaptasi merupakan suatu proses
perubahan yang menyertai individu dalam berespons terhadap perubahan yang ada
di lingkungan dan dapat mempengaruhi keutuhan tubuh baik secara fisiologis
maupun psikologis yang akan menghasilkan perilaku adaptif.
Ada
beberapa pengertian tentang mekanisme penyesuaian diri, antara lain :
W.A.
Gerungan (1996) menyebutkan bahwa “Penyesuaian diri adalah mengubah diri sesuai
dengan keadaan lingkungan, tetapi juga mengubah lingkungan sesuai dengan
keadaan (keinginan diri). Mengubah diri sesuai dengan keadaan lingkungan
sifatnya pasif (autoplastis).Menurut Soeharto Heerdjan (1987), penyesuaian
diri adalah usaha atau perilaku yang tujuannya mengawasi kesulitan dan
hambatan. Adaptasi merupakan pertahanan yang didapat sejak lahir atau diperoleh
karena belajar dari pengalaman untuk mengatasi stress. Cara mengatasi stress
dapat berupa membatasi tempat terjadinya stress, mengurangi, atau menetralisasi
pengaruhnya.
2.7 Macam-macam adaptasi.
Setiap orang secara terus menerus
akan menghadapi perubahan fisik, psikis, dan sosial baik dari dalam maupun dari
lingkungan luar. Jika hal tersebut tidak dapat dihadapi dengan seimbang maka
tingkat stress akan meningkat. Model adaptasi menunjukkan bahwa empat faktor
menentukan apakah suatu situasi adalah menegangkan (Mechanic, 1962). Empat faktor yang mempengaruhi Kemampuan untuk
menghadapi stress itu adalah :
- Biasanya
tergantung pada pengalaman seseorang dengan stressor serupa, sistem dukungan,
dan persepsi keseluruhan trehadap stressor.
-
Berkenaan dengan prktik dan norma kelompok sebaya individu.
- Dampak
dari lingkungan sosial dalam membantu seorang individu untuk beradaptasi
terhadap stressor.
-
Sumber yang dapat digunakan untuk mengatasi stressor.
a.
Adaptasi Fisiologis/Biologis
Pada dasarnya disetiap tubuh manusia
telah terdapat mekanisme pertahanan yang bersifat alami dan bekerja secara teratur
sehingga memungkinkan tubuh untuk dapat beradaptasi terhadap
perubahan-perubahan yang berasal dari faktor internal. Mekanisme ini bekerja
dengan sendirinya dan akan berubah menjadi suatu aksi tanpa didasari dan
biasanya berfungsi dalam kondisi yang tidak normal.
Indikator fisiologis dari stress
adalah objektif, lebih mudah diidentifikasi dan secara umum dapat diamati atau
diukur. Namun demikian, indicator ini tidak selalu teramati sepanjang waktu
pada semua klien yang mengalami stress, dan indicator tersebut bervariasi
menurut individunya. Tanda vital biasanya meningkat dan klien mungkin tampak
gelisah dan tidak mampu untuk beristirahat aberkonsentrasi. Indikator ini dapat
timbul sepanjang tahap stress. Durasi
dan intensitas dari gejala secara langsung berkaitan dengan durasi dan
intensitas stressor yang diterima. Indikator fisiologis timbul dari berbagai
sistem. Oleh karenanya pengkajian tentang stress mencakup pengumpulan data dari
semua sistem. Hubungan antara
stress psikologik dan penyakit sering disebut interaksi pikiran tubuh. Riset
telah menunjukkan bahwa stress dapat mempengaruhi penyakit dan pola penyakit.
Pada masa lampau,penyakit infeksi adalah penyebab kematian paling utama, tetapi
sejak ditemukan antibiotic, kondisi kehidupan yang meningkat, pengetahuan
tentang nutrisi yang meningkat, dan metode sanitasi yang lebih baik telah
menurunkan angka kematian. Sekarang penyebab utama kematian adalah penyakit
yang mencakup stressor gaya hidup. Indikator fisiologis stress :
-Kenaikan
tekanan darah
-Peningkatan
ketegangan di leher, bahu, punggung.
-Peningkatan
denyut nadi dan frekwensi pernapasan
-Gelisah,
kesulitan untuk tidur atau sering terbangun saat tidur
-Temuan
hasil laboratorium abnormal : Peningkatan kadar hormon adrenokortikotropik,
kortisol dan katekolamin dan hiperglikemia.
b. Adaptasi
Psikologis
Seseorang yang menghadapi stress
akan mengalami kondisi-kondisi yang tidak mengenakkan secara psikis seperti
timbulnya rasa cemas, frustasi, terancam, tak tentram yang semuanya itu
berdampak pada munculnya suatu kontak konflik dalam jiwa mereka. dan konflik
tersebut diekspresikan dalam bentuk kemarahan atau ekspresi-ekspresi lain yang
dapat membuat orang tersebut merasa sedikit nyaman atau terlepas dari stress
yang dihadapinya.
Emosi kadang dikaji secara langsung
atau tidak langsung dengan mengamati perilaku klien. Stress mempengaruhi
kesejahteraan emosional dalam berbagai cara. Karena kepribadian individual
mencakup hubungan yang kompleks di antara banyak faktor, maka reaksi terhadap
stress yang berkepanjangan ditetapkan dengan memeriksa gaya hidup dan stresor
klien yang terakhir, pengalaman terdahulu dengan stressor, mekanisme koping
yang berhasil di masa lalu, fungsi peran, konsep diri dan ketabahan yang
merupakan kombinasi dari tiga karakteristik kepribadian yang di duga menjadi
media terhadap stress. Ketiga karakteristik ini adalah rasa kontrol terhadap
peristiwa kehidupan, komitmen terhadap aktivitas yang berhasil, dan antisipasi
dari tantangan sebagai suatu kesempatan untuk pertumbuhan (Wiebe dan Williams,
1992 ; Tarstasky, 1993). Indikator emosional / psikologi dan perilaku stress :
•
Ansietas
•
Depresi
•
Kepenatan
•
Mudah lupa dan pikiran buntu
c. Adaptasi
Perkembangan
Stress yang berkepanjangan dapat
mempengaruhi kemampuan untuk menyelesaikan tugas perkembangan. Pada setiap
tahap perkembangan, seseorang biasanya menghadapi tugas perkembangan dan
menunjukkan karakteristik perilaku dari tahap perkembangan tersebut. Stress
yang berkepanjangan dapat mengganggu atau menghambat kelancaran menyelesaikan
tahap perkembangan tersebut. Dalam bentuk yang ekstrem, stress yang
berkepanjangan dapat mengarah pada krisis pendewasaan. Bayi atau anak kecil
umumnya menghadapi stressor di rumah . Jika diasuh dalam lingkungan yang
responsive dan empati, mereka mampu mengembangkan harga diri yang sehat dan
pada akhirnya belajar respons koping adaptif yang sehat (Haber et al, 1992).
Anak-anak usia sekolah biasanya
mengembangkan rasa kecukupan. Mereka mulai mnyedari bahwa akumulasi pengetahuan
dan penguasaan keterampilan dapat membantu mereka mencapai tujuan , dan harga
diri berkembang melalui hubungan berteman dan saling berbagi di antara teman.
Pada tahap ini, stress ditunjukkan oleh ketidakmampuann atau ketidakinginan
untuk mengembangkan hubungan berteman.
Remaja biasanya mengembangkan rasa
identitas yang kuat tetapi pada waktu yang bersamaan perlu diterima oleh teman
sebaya. Remaja dengan sistem pendukung sosial yang kuat menunjukkan suatu
peningkatan kemampuan untuk menyesuaikan diri terhadap stressor, tetapi remaja
tanpa sistem pendukung sosial sering menunjukkan peningkatan masalah
psikososial (Dubos, 1992).
Dewasa muda berada dalam transisi
dari pengalaman masa remaja ke tanggung jawab orang dewasa. Konflik dapat
berkembang antara tanggung jawab pekerjaan dan keluarga. Stresor mencakup
konflik antara harapan dan realitas.Usia setengah baya biasanya terlibat dalam
membangun keluarga, menciptakan karier yang stabil dan kemungkinan merawat
orang tua mereka. Mereka biasanya dapat mengontrol keinginan dan pada beberapa
kasus menggantikan kebutuhan pasangan, anak-anak, atau orang tua dari kebutuhan
mereka. Namun demikian dapat timbul stress, jika mereka merasa terlalu banyak
tanggung jawab yang membebani mereka.
Usia
lansia biasanya menghadapi adaptasi terhadap perubahan dalam keluarga dan
kemungkinan terhadap kematian dari pasangan atau teman hidup. Usia dewasa tua
juga harus menyesuaikan terhadap perubahan penampilan fisik dan fungsi
fisiologis. Perubahan besar dalam kehidupan seperti memasuki masa pension juga
menegangkan.
d.
Adaptasi Sosial Budaya
Setiap lingkungan sosial masyarakat
mempunyai tatanan budaya masing-masing. Antara lingkungan satu dan yang lainnya
tentu memiliki budaya berbeda-beda. Perbedaan tersebut yang akhirnya menuntut
setiap orang beradaptasi jika hal itu dapat dilakukan dengan baik maka akan
tercipta keseimbangan. Namun jika hal tersebut tidak dapat dilakukan bukanlah
suatu hal yang tidak mungkin jika orang tersebut akan mengalami stress.
e. Adaptasi
Spiritual
Setiap agama dan kepercayaan mengandung
ajaran yang hendaknya harus dijalankan oleh penganutnya. Ajaran-ajaran ini
tentunya juga harus turut andil dalammengatur perilaku manusia ini. Oleh karena
itu dalam rangka memenuhi ajaran-ajaran tersebut pasti terjadi perubahan dalam
perilaku manusia.
2.8
Proses keperawatan dan adaptasi terhadap stress.
Interaksi perawat dan klien
ini menghasilkan kondisi stres tahap ekshausi, yang menyebabkan
ketahanan tubuh semakin menurun. Kondisi ini menyebabkan proses penyembuhan
terhambat dan bahkan dapat menimbulkan penyakit baru.
Oleh karena itu industri jasa
kesehatan menjadi semakin merasakan bahwa kualitas pelayanan merupakan upaya
kompetentif dalam rangka mempertahankan eksistensi pelayanan tersebut.
Florence Nightingale pada tahun
1858, telah berupaya memperbaiki kondisi pelayayanan keperawatan yang diberikan
kepada serdadu pada perang Krimen. Dengan terjadinya perubahan diberbagai aspek
kehidupan keperawatan pada saat ini telah berkembang menjadi suatu profesi yang
memiliki keilmuan unik yang menghasilkan peningkatan minat dan perhatian
diantara anggotanya dalam meningkatkan pelayanannya.
Tim
pelayanan keperawatan memberikan pelayanan kepada klien sesuai dengan keyakinan
profesi dan standar yang ditetapkan. Hal ini ditujukan agar pelayanan
keperawatan yang diberikan senantiasa merupakan pelayanan yang aman serta dapat
memenuhi kebutuhan dan harapan klien.
Asuhan keperawatan yang bermutu
dan dapat dicapai jika pelaksanaan asuhan keperawatan dipersepsikan sebagai
suatu kehormatan yang dimiliki oleh para perawat dalam memperlihatkan sebagai
suatu kehormatan yang dimiliki oleh perawat dalam memperlihatkan haknya untuk
memberikan asuhan yang manusiawi, aman, serta sesuai dengan standar dan etika
profesi keperawatan yang berkesinambungan dan terdiri dari kegiatan pengkajian,
perencanaan, implementasi rencana, dan evaluasi tindakan keperawatan yang telah
diberikan.
Proses keperawatan digunakan untuk
membantu perawat melakukan praktik keperawatan secara sistematis dalam
memecahkan masalah keperawatan termasuk masal stres. Dengan menggunakan metode
ini, perawat dapat mendemonstrasikan tanggung gugat dan tanggung jawab pada
klien, sehingga kualitas praktik keperawatan dapat ditingkatkan.
Proses keperawatan memberikan
kerangka yang dibutuhkan dalam asuhan keperawatan kepada klien, keluarga dan
komunitas, serta merupakan metode yang efisien dalam membuat keputusan klinik,
serta pemecahan masalah baik aktual maupun potensial dalam mempertahankan
kesehatan.
Proses
keperawatan
Suatu pendekatan sistematis untuk
mengenal masalah-masalah pasien dan mencarikan alternatif pemecahan masalah
dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan pasien.
Merupakan
proses pemecahan masalah yang dinamis dalam memperbaiki dan meningkatkan
kesehatan pasien sampai ke tahap maksimum merupakan pendekatan ilmiah.
Terdiri dari 4 tahap : pengkajian,
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Atau, ada pula yang menterjemahkannya ke
dalam 5 tahap : pengkajian, perumusan diagnosis keperawatan, perencanaan,
pelaksanaan dan evaluasi.
Alasan
penggunaan proses keperawatan
·
Meningkatnya tuntutan masyarakat akan
pelayanan keperawatan
·
Profesionalisme, sesuai dengan konsep
keperawatan bahwa perawatan merupakan pelayanan esensial yang diberikan oleh
perawat profesional di mana dalam melaksanakan kegiatannya menggunakan
pendekatan proses keperawatan
·
Untuk efektifitas dan efisiensi
pelayanan keperawatan
·
Untuk meningkatkan peran serta dan
keterlibatan pasien dalam pelayanan keperawatan.
Komponen
proses keperawatan
Dalam proses keperawatan, ada lima
(5) tahap yang harus dilalui; dimana tahap-tahap tersebut tidak dapat
dipisahkan dan saling berhubungan. Tahap-tahap ini secara bersama-sama
membentuk lingkaran pemikiran dan tindakan yang kontinu, yang mengulangi
kembali kontak dengan klien.
Tahap-tahap
dalam proses keperawatan tersebut adalah sebagai berikut :
·
Pengkajian
·
Diagnosis keperawatan
·
Perencanaan
·
Pelaksanaan
·
Evaluasi
Kelima tahap tersebut merupakan
pedoman dalam mencapai tujuan keperawatan, yaitu : meningkatkan, mempertahankan
kesehatan, atau membuat klien mencapai kematian dengan tenang pada klien yang
terminal, serta memungkinkan klien atau keluarga dapat mengatur kesehatannya
sendiri, secara mandiri, menjadi lebih baik atau meningkat.
-Pengkajian
·
Pengumpulan data
·
Klasifikasi / tabulasi data
·
Analisis data
·
Penentuan masalah / diagnosis
keperawatan
·
Penentuan prioritas masalah
-Perencanaan
·
Menentukan dan merencanakan tujuan
·
Menentukan tindakan keperawatan /
intervensi
·
Menuliskan instruksi keperawatan
- Pelaksanaan
·
Melaksanakan tindakan / intervensi
sesuai dengan rencana keperawatan yang dibuat.
-Penilaian/
evaluasi
·
Mengevaluasi hasil tindakan keperawatan
yang telah dilaksanakan — menilai pencapaian tujuan — perbaikan rencana
tindakan bila diperlukan.
BAB
III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan.
Stress merupakan bagian dari kehidupan yang dialami setiap orang setiap hari.
Stress tidak dapat dihilangkan tetapi perlu dipelajari cara-cara penanganannya.
Keberhasilan menyelesaikan berbagai stress merupakan modal kemampuan untuk
menghadapi stress yang akan datang. Klien yang dirawat di Rumah sakit tentu
mengalami berbagai stress yang mungkin sudah tidak mampu mengatasinya. Perawat
perlu berupaya membantu klien menyelesaikan masalah, melatih klien menghadapi
dan menyelesaikannya dan menggerakan sumber yang dimiliki klien. Dengan
membantu klien menghadapi dan menyelesaikan stress berarti perawat telah
meningkatkan kemampuan sumber daya manusia, menghemat hari rawat, menghemat
biaya perawatan dan meningkatkan produktivitas manusia.
Stress
yang dialami seseorang tidak mungkin secara langsung, beberapa tahap akan
muncul dalam diri seesorang tersebut, apabila stress tidak dapat ditanggulangi
maka akan berdampak lebih lanjut. Oleh sebab itu, terapkanlah sebuah
manajemen agar keadaan seesorang tersebut masih bisa terkontrol.
3.2
Saran.
Bagi
mahasiswa keperawatan dan umumnya bagi ahli medis diharapakan mampu memahami
dan menerapkan keilmuan mengenai stres dan adaptasi ini dalam asuhan
keperawatan kepada klien dan diri sendiri.
DAFTAR PUSTAKA
PengembanganSumber Daya Manusia.
Surabaya: Airlangga University Press.
Sofo, Francesco. 2003. Terjemahan
Prespektif, Peranan dan Pilihan Praktis.
Wolf, Weitzel, Fuerst, 1984, Dasar-dasar
Ilmu Keperawatan, buku kedua,
Gunung Agung, Jakarta.
(Diakses tanggal 12 April 2014).
(Diakses tanggal 12 Aprl 2014).
0 komentar:
Posting Komentar