Blog ini di buat untuk sekedar share ilmu khususnya ilmu keperawatan yang telah saya dapatkan dari berbagai sumber. Mungkin masih banyak kekurangan dan kesalahan dalam materi yang di posting di blog ini untuk itu mohon masukan dan kritikannya dan jangan lupa kalau copas disertakan yah url blognya sebagai referensi hehehe. (Semoga bermanfaat).

Selasa, 20 Januari 2015

DOKUMENTASI DIAGNOSA KEPERAWATAN



BAB I
PENDAHULUAN
1.1    Latar Belakang
Diagnosa keperawatan adalah keputusan klinis mengenai seseorang, keluarga, atau masyarakat sebagai akibat dari masalah kesehatan atau proses kehidupan yang aktual atau potensial (NANDA, 1990). Diagnosa keperawatan memberikan dasar pemilihan intervensi yang menjadi   tanggung gugat perawat. Perumusan diagnosa keperawatan adalah bagaimana diagnosa keperawatan digunakan dalam proses pemecahan masalah. Melalui identifikasi, dapat digambarkan berbagai masalah keperawatan yang membutuhkan asuhan keperawatan. Di samping itu, dengan menentukan atau menyelidiki etiologi masalah, akan dapat dijumpai faktor yang menjadi kendala dan penyebabnya. Dengan menggambarkan tanda dan gejala, akan memperkuat masalah yang ada. Dokumentasi keperawatan merupakan catatan tentang penilaian klinis dari respons individu, keluarga, atau komunitas terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan baik aktual maupun potensial.
1.2    Rumusan Masalah
1.      Apakah yang dimaksud diagnosa keperawatan ?
2.      Bagaimana sejarah diagnosa keperawatan ?
3.      Apa tujuan dan sasaran dari diagnose keperawatan ?
4.      Apa saja komponen diagnosa keperawatan ?
5.      Apa saja macam-macam diagnosa keperawatan ?
6.      Seperti apa perbedaan diagnosa keperawatan dan diagnosa medis ?
7.      Seperti apa sumber kesalahan diagnosa keperawatan ?
8.      Seperti apa keuntungan dan kerugian diagnosa medis ?










1.3    Tujuan
Makalah ini di buat dengan  tujuan agar mahasiswa, tenaga medis khususnya dapat memahami dan mengaplikasikannya di dalam asuhan keperawatan mengenai dokumentasi diagnosa keperawatan.


1.4    Manfaat
Makalah ini di buat oleh kami agar meminimalisir kesalahan dalam tindakan praktik keperawatan yang di sebabkan oleh ketidak pahaman dalam prosedur dokumentasi diagnosa keperawatan dalam keperawatan sehingga berpengaruh besar terhadap kesehatan klien.

















BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi diagnosa keperawatan.
Diagnosa keperwatan, langkah kedua dari proses keperwatan, mengklarifikasikan masalah kesehatan dalam ruang lingkup keperawatan. Proses diagnosa merupakan hasil analisa data dan identifikasi anda dari respon klien terhadap masalah pelayanan kesehatan. Istilah diagnosa berarti “untuk membedakan” atau “untuk mengetahui” diagnosa keperawatan adalah keputusan klinis tentang respon individu, keluarga atau komunitas terhadap masalah kesehatan aktual atau potensial atau proses kehidupan (Nanda Internasional, 2007). pernyataan yang menggambarkan respon aktual atau potensial klien terhadap masalah kesehatan yang perawat mempunyai lisensi dan kompenten untuk mengatasinya.
Menurut para ahli :
·         shoemaker (1984).
Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinis tentang individu, keluarga atau komunitas yang di dapatkan melalui proses pengumpulan data yang disengaja dan sistematis yang menjadi tanggung gugat perawat. Hal ini ditunjukan secara singkat dan mencakup etiologi kondisi bila di ketahui.
·         Aspinall (1976)
Suatu proses kesimpulan klinis dari kesimpulan klinis dari perubahan yang teramati dalam kondisi fisik atau fisiologi pasien. Jika proses ini terjadi secara aktual dan rasional, maka proses tersebut akan mengarah pada identifikasi tentang kemungkinan penyebab simptomologi.
·         Roy (1982)
Diagnosa keperwatan adalah fase singkat atau istilah yang meringkas kelompok indikator penting (empiris) yang mewakili pola keutuhuhan manusia.
Masalah kolaborasi adalah komplikasi fisiologi aktual atau potensial yang dipantau perawat untukmendeteksi onsert perubahan status klien (Carpenito-Moyet 2005). Ketika masalah kolaborasi muncul perawat ikut serta dalam kolaborasi dengan tenaga pelayanan kesehatan dari disiplin lain. Perawat menangani masalah seperti perdarahan, infeksi dan aritmia jantung menggunakan tindakan yang ditentukan dokter dan di tentukan perawat untuk meminimalkan komplikasi. Sebagai contoh, klien dengan luka operasi beresiko terkena infeksi, sehingga dokter meresepkan antibiotik. Sedangkan perawat memonitor klien terhadap timbulnya deman dan tanda infeksi lainnya serta melakukan tindakan luka yang benar.
Diagnosa keperawatan adalah keputusan klinis mengenai seseorang, keluarga, atau masyarakat sebagai akibat dari masalah kesehatan atau proses kehidupan yang aktual atau potensial (NANDA, 1990).
Kesimpulan diagnosa meliputi masalah yang ditangani oleh perawat (diagnosis keperawatan) dan masalah yang memerlukan penanganan dari beberapa disiplin (masalah kolaborasi). Diagnosa keperawatan dan masalah kolaborasi menggambarkan batasan kondisi klien yang memerlukan asuhan keperawatan (Carpenito-Moyet, 2005).

2.2 Sejarah diagnosa keperawatan.
Diagnosis keperawatan diperkenalkan pertama kali dalam literatur keperawatan pada tahun 1950 (McFarland dan McFarlane, 1989). Fry (1953) mengajukan formulasi diagnosis keperawatan dan rencana asuhan keperawatan individu untuk membuat keperawatan menjadi lebih kreatif. Dibandingkan dengan praktik dependen sesuai anjuran dokter (misalnya memasukkan obat dan cairan intravena), hal ini lebih menekankan pada praktik independen perawat (misalnya edukasi klien dan peringanan gejala). Awalnya, keperawatan profesional tidak mendukung diagnosis keperawatan. Pada tahun 1955, Model Nurse Practice Act of ANA (1955) melarang terapi diagnosis atau peresepan. Akibatnya, perawat ragu untuk menggunakan diagnosis keperawatan dalam praktik. Namun, teori keperawatan mendorong  keperawatan definitif dalam hubungannya dengan masalah klien. Teori sebelumnya, yang mendefinisikan tindakan keperawatan dalam hubunganya dengan masalah berpusat pada klien, merupakan bagian dari tanggung jawab terhadap ketertarikan dan penggunaan terakhir diagnosis keperawatan dalam keperawatan terdahulu.
Pada tahun 1973 konferensi nasional pertama untuk klasifikasi diagnosis keperawatan diselenggarakan untuk menentukan fungsi keperawatan dan menentukan sistem klasifikasi. Beberapa tahun kemudian, peserta konferensi ini membangun sebuah taksonomi, yaitu sebuah sistem klasifikasi pilihan untuk diagnosis yang memiliki kesamaan hubungan. Saat ini ada 13 ruang lingkup, 47 kelas, dan 188 diagnosis keperawatan dalam taksonomi tersebut. Sebagai contoh, dalam ruang lingkup kenyamanan ada tiga kelas, yaitu : kenyamanan fisik, kenyamanan lingkungan, dan kenyamanan sosial. Diagnosis keperawatan nyeri akut termasuk dalam kelas kenyamanan fisik.
Pada tahun 1982 sebuah persatuan profesional, North American Nursing Diagnosis Association (NANDA) didirikan. Tujuan NANDA adalah “untuk mengembangkan, memperhalus, dan mempromosikan taksonomi terminologi diagnosis keperawatan untuk digunakan secara luas oleh perawat profesional” (Kim, Mc Farland, dan McLean, 1984). Pada tahun 2003, NANDA berubah nama menjadi NANDA International (NANDA-I) agar lebih mencerminkan penggunaan diagnosis keperawatan internasional untuk komunitas kesehatan secara global. Organisasi ini adalah pemimpin klasifikasi diagnosis keperawatan dan didukung oleh ANA sebagai pihak yang bertanggungjawab untuk melakukan hal itu.
Pertama kali ANA Standard of Nursing Practice (1973) menggabungkan diagnosis keperawatan pada tahun 1971, dan tetap terdapat dalam Nursing Scope and Standards of Practice (ANA, 2004). Scope of Nursing Practice (1987) yang diterbitkan oleh ANA, menjelaskan keperawatan sebagai diagnosis dan penatalaksanaan respon manusia terhadap kesehatan dan penyakit, membantu memperkuat definisi diagnosis keperawatan.
Penelitian dalam bidang diagnosis keperawatan terus berkembang. Akibatnya, NANDA-I terus berkembang dan menambahkan nama diagnosis baru pada daftar NANDA-I. Penggunaan standar formal pernyataan diagnosis keperawatan memilki beberapa tujuan sebagai berikut.
·         Menyediakan definisi yang tepat yang dapat memberikan bahasa yang sama dalam memahami kebutuhan klien bagi semua anggota tim pelayanan kesehatan.
·         Memungkinkan perawat untuk mengkomunikasikan apa yang mereka lakukan sendiri, dengan profesi pelayanan kesehatan lain, dan masyarakat.
·         Membedakan peran perawat dari dokter atau penyelenggara pelayanan kesehatan lain.
·         Membantu perawat berfokus pada bidang praktik keperawatan.
·         Membantu mengembangkan pengetahuan keperawatan.
2.3 Tujuan dan sasaran diagnosa keperawatan.
Tujuan dan sasaran diagnosa keperawatan berbeda dari tujuan dan sasarn diagnosa medis. Tujuan diagnosa keperawatan adalah untuk mengarahkan rencana asuhan keperawatan untuk membantu klien dan keluarganya beradaptasi terhadap penyakit mereka dan untuk menghilangkan masalah perawat kesehatan. Tujuan diagnosa medis adalah untuk mengidentifikasi dan untuk merancang rencana pengobatan untuk penyembuhan penyakit atau proses patologis.
Sasaran diagnosa keperawatan adalah untuk mengmbangkan suatu rencana asuhan yang bersifat individual sehingga klien dan keluarganya mampuh mengatasi perubahan dan untuk menghadapi tantangan yang diakibatkan dari maslah kesehtan. Sasaran dari diagnosa medis adalah untuk meresepkan pengobatan. Sebagai contoh mahasiswa yang berusia 20 tahun masuk rumah sakit dengan nyeri abdomen kuadran kanan bawah. Dokter membuat diagnosa medis apendistis, dan klien menjalani apendoktomi darurat untuk menghilangkan apendiks yang terinfeksi. Setalah apendoktomi perawat mengembangkan beberapa diagnosa keperawatan, salah satunya dalah hambatan mobilitas fisik yang berhubungan dengan nyeri sekunder akibat insisi abdomen. Asuhan keperawatan akan di arahkan pada penigkatan mobilitas klien pada tahap preoperatif secara bertahap.

2.4 Komponen diagnosa keperawatan.
Tiga komponen diagnose keperawatan utama dengan merujuk pada hasil analisa data, meliputi: problem (masalah), etiologi (penyebab), dan sign/symptom (tanda/ gejala).
  • Problem (masalah), adalah gambaran keadaan klien dimana tindakan keperawatan dapat diberikan karena adanya kesenjangan atau penyimpangan dari keadaan normal yang seharusnya tidak terjadi.
  • Etiologi (penyebab), adalah keadaan yang menunjukkan penyebab terjadinya problem (masalah).
  • Sign/symptom (tanda/ gejala), adalah ciri, tanda atau gejala relevan yang muncul sebagai akibat adanya masalah.

Cara Merumuskan Diagnosa Keperawatan.
Pendekatan dalam membuat diagnosa keperawatan dapat dilakukan dengan cara :
1.      Pola P+E+S (PES) yaitu : Problem   = maslah
      Etiologi    = penyebab
      Symptom = tanda dan gejala
Contoh :
Pola nafas tidak efektif yang berhubungan dengan penumpukan sputum pada saluran nafas,ditandai dengan pergerakan dinding dada yang tidak optimal.
2.      Pola P+E (PE) yaitu : Problem : maslah
Etiologi : penyebab
Contoh :
Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh,yang berhubungan nafsu makan berkurang (anoreksia).

2.5 Macam-macam diagnosa keperawatan.
NANDA-I telah mengidentifikasi empat tipe diagnosis keperawatan, yaitu :
1.      Diagnosis Keperawatan Aktual, menggambarkan respons manusia terhadap kondisi kesehatan atau proses kehidupan yang terdapat dalam individu, keluarga, atau komunitas. Karakteristik definisi (manifestasi, tanda, dan gejala) yang dikelompokkan dalam pola petunjuk yang berhubungan atau gangguan yang mendukung pengkajian diagnosis ini (NANDA International, 2007). Pemilihan diagnosis aktual menunjukkan bahwa data pemeriksaan yang ada sudah cukup untuk menegakkan diagnosis keperawatan. Dalam kasus Nn. Devine, Lisa menilai klien menderita nyeri tulang belakang dengan angka keparahan antara 8-9 dari skala 1-10. Rasa nyeri meningkat saat pergerakan. Akibat rasa nyeri tersebut, Nn. Devine tidak dapat tidur. Nyeri akut merupakan diagnosis keperawatan aktual.
2.      Diagnosis Keperawatan Risiko, menggambarkan respons manusia terhadap kondisi kesehatan/proses kehidupan yang mungkin menyebabkan individu, keluarga, atau komunitas menjadi rentan (NANDA International, 2007). Sebagai contoh, setelah Nn. Devine menjalani laminektomi, dia akan memiliki luka operasi. Lingkungan rumah sakit menciptakan risiko infeksi nosokomial. Sehingga, setelah Nn. Devine menjalani operasi, Lisa menegakkan diagnosis keperawatan risiko infeksi. Pengkajian utama untuk tipe diagnosis ini adalah adanya data yang menunjang faktor risiko (insisi dan lingungan rumah sakit) yang mendukung kerentanan Nn. Devine. Data tersebut termasuk faktor fisiologis, psikososial, keturunan, gaya hidup, dan lingkungan yang meningkatkan kerentanan klien, atau kecenderungan berkembang ke arah kondisi tersebut.
3.      Diagnosis Keperawatan Promosi Kesehatan adalah penilaian klinis terhadap motivasi individu, keluarga, atau komunitas serta keinginan untuk meningkatkan kesejahteraan dan aktualisasi potensi kesehatan manusia sebagai ungkapan kesiapan mereka untuk meningkatkan perilaku kesehatan tertentu, seperti nutrisi dan olahraga. Diagnosis promosi kesehatan dapat digunakan pada berbagai bidang kesehatan dan tidak membutuhkan tingkat kesejahteraan tertentu (NANDA International, 2007). Potensial peningkatan kenyamanan merupakan contoh diagnosis promosi kesehatan.
4.      Diagnosis Keperawatan Sejahtera, menggambarkan respons manusia terhadap tingkat kesejahteraan dalam individu, keluarga, atau komunitas yang memiliki kesiapan untuk peningkatan (NANDA International, 2007). Ini merupakan penilaian klinis tentang individu, keluarga, atau komunitas daam transisi dari tingkat kesejahteraan tertentu ke tingkat kesejahteraan yang lebih tinggi. Anda memilih tipe diagnosis ini ketika klien berharap atau telah mencapai tingkat kesehatan yang optimal. Sebagai contoh, potensial peningkatan adaptasi yang terkait dengan keberhasilan pengobatan kanker adalah diagnosis kesejahteraan, dan perawat beserta keluarga bekerja sama untuk beradaptasi dengan stresor yang berhubungan dengan kelangsungan hidup penderita kanker. Dalam pelaksanaannya, perawat menggabungkan kekuatan klien dan sumber daya yang ada ke dalam rencana perawatan, dengan tujuan untuk meningkatkan tingkat adaptasi.
2.6 Perbedaan diagnosa keperawatan dan diagnosa medis.
Perbedaan diagnosa keperawatan dan diagnosa medis adalah diagnosa keperawatan : pertama,berfokus pada respons klien terhadap penyakit atau masalah kesehatan yang ada. Kedua,berorientasi pada pemenuhan kebutuhan klien. Ketiga,dapat berubah sesuai dengan perubahan respon klien. Keempat,diagnosa keperawatan mengarah pada fungsi mandiri perawat dalam melakukan intervensi dan evalusi keperawatan. Dan kelima,diagnosa keperawatan melengkapi diagnosa medis.
Sedangkan diagnosa medis: Pertama.berfokus pada factor-faktor yang bersifat pengobatan dan penyembuhan penyakit. Kedua,berorientasi pada keadaan patologis. Ketiga,cenderung tetap,mulai sakit hingga sembuh. Keempat,mengarah pada tindakan medis yang sebagian dapat didelegasikan pada perawat. Dan diagnosa medis melengkapi diagnosa keperawatan.

2.7 Sumber kesalahan diagnosa keperawatan.
Kesalahan dalam proses diagnosis keperawatan terjadi pada saat pengumpulan data, pengelompokkan, interpretasi, dan pernyataan diagnosis. Sebagai perawat, perlu menerapkan metode berpikir kritis pada proses diagnosis keperawatan yang akurat.
1.      Kesalahan dalam Pengumpulan Data
Untuk menghindari kesalahan dalam pengumpulan data, perlu memiliki pengetahuan dan keterampilan mengenai semua teknik pemeriksaan. Hindari data yang salah dan tidak akurat. Petunjuk praktik berikut ini merupakan cara untuk menghindari kesalahan pengumpulan data :
a.       Tinjau ulang tingkat kenyamanan dan kompetensi Anda dalam melakukan wawancara dan pemeriksaan fisik sebelum mengumpulkan data.
b.      Lakukan pemeriksaan dalam beberapa langkah.
c.       Tinjau ulang pengkajian klinis Anda di ruang kelas atau klinis.
d.      Tentukan keakuratan data Anda.
e.       Teratur dalam pemeriksaan.
2.      Kesalahan dalam Interpretasi dan Analisis Data
Setelah pengumpulan data, tinjau ulang data dasar Anda untuk memutuskan apakah data tersebut akurat dan lengkap. Meninjau ulang data bermanfaat untuk meyakinkan bahwa temuan fisik objektif yang diukur mendukung data subjektif. Sebagai contoh, ketika klien mengeluh “sulit bernafas”, Anda juga ingin mendengar bunyi par, memeriksa frekuensi pernapasan, dan mengukur pengembangan dada klien. Saat Anda tidak dapat memvalidasi data, ini menunjukkan ketidaksesuaian antara petunjuk klinis dan diagnosis keperawatan (Lunney, 1998).
3.      Kesalahan dalam Pengelompokan Data
Kesalahan dalam pengelompokan data terjadi saat data dikelompokkan terlalu cepat, tidak benar, atau tidak dikelompokkan sama sekali. Penutupan pengelompokkan yang terlalu cepat terjadi saat Anda membuat diagnosis keperawatan sebelum mengelompokkan semua data. Selalu tentukan diagnosis keperawatan dari data, bukan sebaliknya. Diagnosis keperawatan yang salah akan memengaruhi kualitas pelayanan klien.
4.      Kesalahan dalam Pernyataan Diagnosis
Pemilihan pernyataan diagnosis yang benar akan menghasilkan pemiihan intervensi keperawatan dan hasil yang sesuai (Dochterman dan Jones, 2003). Untuk mengurangi kesalahan, pernyataan diagnosis harus menggunakan bahasa yang sesuai, ringkas, dan tepat. Berikut ini adalah petunjuk tambahan untu mengurangi kesalahan dalam pernyataan diagnosis :
a.       Kenali respons klien, bukan diagnosis medis (Carpento-Moyet, 2005). Karena diagnosis medis membutuhkan tindakan medis, maka tidak bijaksana untuk memasukkannya dalam diagnosis keperawatan.
b.      Kenali pernyataan diagnosis NANDA-I dibandingkan gejala. Kenali diagnosis keperawatan dari kelompok karakteristik definisi; satu gejala tidak cukup untuk identifikasi masalah.
c.       Kenali etiologi yang dapat ditangani dibandingkan tanda klinis atau masalah kronis. Anda dapat memilih tindakan yang diarahkan menuju koreksi etiologi masalah. Pemeriksaan diagnostik atau disfungsi kronis bukan merupakan etiologi atau kondisi yang dapat diatasi dengan tindakan keperawatan.
d.      Kenali masalah yang disebabkan oleh pengobatan atau pemeriksaan diagnostik, daripada terapi atau pemeriksaan itu sendiri. Klien mengalami banyak respons terhadap pemeriksaan diagnostik dan terapi medis. Respons ini termasuk dalam bidang keperawatan.
e.       Kenali respons klien terhadap peralatan dibandingkan peralatan itu sendiri. Banyak klien yang tidak mengenali teknologi medis.
f.       Kenali masalah klien dibandingkan masalah Anda dengan pelayanan keperawatan. Diagnosis keperawatan selalu berpusat pada klien dan menjadi dasar untu pelayanan yang diarahkan oleh tujuan.
g.      Kenali masalah klien dibandingkan tindakan keperawatan. Anda akan merencanakan tindakan keperawatan setelah membuat diagnosis.
h.      Kenali masalah klien dibandingkan tujuan. Anda selalu menetapkan tujuan selama tahap perencanaan pada proses keperawatan. Berdasarkan identifikasi masalah klien yang akurat, tujuan akan menjadi dasar untuk menentukan apakah penyelesaian masalah telah tercapai.
i.        Gunakan pertimbangan profesional dibandingkan dugaan. Buat diagnosis keperawatan berdasarkan data objektif dan subjektif klie, dan jangan sertakan kepercayaan dan nilai-nilai pribadi Anda.
j.        Hindari pernyataan yang tidak sesuai hukum (Carpenito-Moyet, 2005). Pernyataan yang berisfat menyalahkan, mengabaikan, atau malpraktik berpotensi menimbulkan tuntutan hukum.
k.      Kenali masalah dan etiologi untuk menghindari pengulangan pernyataan. Pernyataan seperti ini mengandung arti yang tidak jelas dan tidak memberikan arahan untuk pelayanan keperawatan.
l.        Kenali satu masalah saja pada pernyataan diagnostik. Setiap masalah memiliki hasil harapan yang berbeda. Kebingungan selama langkah perencanaan terjadi saat Anda memasukkan banyak masalah dalam satu diagnosis keperawatan.
2.8 Keuntungan dan keterbatasan diagnosa keperawatan.
Keuntungan dari diagnosa keperwatan
Diagnosa keperawatan sangat menguntungkan baik bagi perawat maupun klien. Diagnosa keperawatan memfasilitasi komunikasi diantara perawat tentang tingkatan kesejahteraan klien dan membantu dalam perencanaan pemulangan. Sestem pelayanan kesehatan sekarang ini membutuhkan jumlah tenaga profesional yang lebih banyak. Kerena lebih banyak orang yang akhirnya bertanggung jawab terhadap perawatan klien, maka penting artinya bahwa profesional ini mampuh untuk secarajelas menomunikasikan tentang maslah klien. Diagnosa keperawatan memfasilitasi komunikasi dalam beberapa cara. Daftar awal diagnosa keperawatan adalah suatu rujukan yang mudah di dapat untuk kebutuhan perawatan kesehatan klien saat ini. Diagnosa keperawatan juga membantu memproritaskan kebutuhan klien. Dengan perawat berkomunikasi dengan profesional lain, penggunaan diagnosa keperawatan mendorong komunikasi yang terorganisasi sesuai dengan tujuan dan prioritas klien.
Diagnosa keperawatan juga digunakan untuk pencatatan dalam catatan perkembangan, menulis rujukan, dan memberikan transisi perawatan yang efektif dari suatu unit ke unit lainnya , dari satu klinik ke klinik lainnya, atau dari rumah sakit ke komunitas. Perencanaan pemulangan adalah set keputusan dan aktivitas yang di rancang untuk memberikan kontinuitas dan koordinasi terhadap asuhan keperawatan. Perencanaan kepulangan penting ketika klien di pulangkan dari satu rumah sakit ke rumah sakit lainnya atau dari rumah sakit ke lembaga komunitas. Dalam perencanaan pemulangan diagnosa keperawatan merupakan mekanisme untuk mengomunikasikan dan penegasan perawatan yang masih di perlukan klien (Carpenito,1995; Gordon,1994).
Diagnosa keperawatan juga dapat berfungsi sebagai fokus untuk memperbaiki kualitas (Gordon,1994). Perbaikan kualitas adalah proses pemantauan dan evaluasi dari hasil dalam pelayanan kesehatan dan bisnis lainnya untuk mengidentifikasi kesempatan untuk perbaikan. Diagnosa keperawatan adalah metoda mengidentifikasi fokus dari aktivitas keperawatan. Ketika berfokus pada diagnosa keperawatan, penelaah dapat menentukan apakah asuhan keperwatan telah tepat dan di berikan sesuai dengan standar paraktik.
Manfaan diagnosa keperwatan bagi profesi juga penting bagi klien dan keluarga. Komunikasi yang lebih baik diantara profesioanal perawatan kesehatan kesehatan membantu menghilangkan masah potensial dalam memberikan perawatan dan mempertahankan fokus pada pemenuhan tujaun perawatan kesehatan klien. Sama halnya pertimbngan akhir untuk perbaikan dan telaan dari sejawat adalah untuk memastikan bahwa perawatan yang bekualitas tinggi diberikan pada klien dan keluarganya. Selanjutnya, klien mendapatkan manfaat dari asuhan keperawatan yang bersifat individual yang di hasilkan dari penetaan tujuan yang sesuai, pemeliharaan prioritas yang tepat, pemilihan intervensi yang tepat, dan penetapan kriteria hasil.
Keterbatasan diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan mempunyai keterbatasan dan praktisi pemula harus menyadari tentang keberadaannya. Karena evolisi kontinu tentang istilah dan penggunaan diagnosa keperawatan, bahasa yang digunakan kadang bertele-tele dan mengandung istilah selingkuh (jargon). Hal ini mungkin membatasi penggunaan diagnosa keperawatan hanya pada profesional keperawatan dan mengakibatkan kebingungan diantara anggota tim  perawatan kesehatan yang lain (seahill, 1991; Carpenito, 1995).
Bahasa dari diagnosa yang tidak tepat dapa secara tidak tepat memberi “label” pada klien. Label diagnostik yang demikian adalah ketidakpatuhan. Istilah tersebut adalah muatan nilai dan tidak lengkap  (stantis & Ryan, 1982; Edel, 1985).
Selain itu, evaluasi termininologi yang telah dibuat standar dalam bentuk taksonomi telah menimbulkan kebingungan mengenai bahasa dari label diagnostik (Luney1986; Porter,1986). National conference for the clasification of nursing diagnosis tahun 1986 tentang clasification of nursing diagnoses pertama kali  mengajukan struktur taksonomi untuk kerangka kerja organisasi dari label diagnostik yang ada pada saat ini dan yang akan datang (McLane,1987). Saat ini struktur taksonomi yang telah direvisi berfungsi sebagai sistem klasifikasi untuk diagnosa keperawatan (Carpenito, 1995).
Taksonomi yang terus timbul dapat membatasi praktik keperawatan. Diagnosa keperwatan yang dikembangkan oleh the task force of nationnal Group for the clasification of nursing diagnoses hanyalah awal dari keseluruhan sistem klarifikasi. Melalui perumusan dan penggunaan diagnosa keperwatan lain, taksonomi akan tumbuh dan memperluas fokus profesional keperawat.










BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan.
Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinis tentang individu, keluarga atau komunitas yang di dapatkan melalui proses pengumpulan data yang disengaja dan sistematis yang menjadi tanggung gugat perawat. Hal ini ditunjukan secara singkat dan mencakup etiologi kondisi bila di ketahui.
Tujuan diagnosa keperawatan adalah untuk mengarahkan rencana asuhan keperawatan untuk membantu klien dan keluarganya beradaptasi terhadap penyakit mereka dan untuk menghilangkan masalah perawat kesehatan.
Sasaran diagnosa keperawatan adalah untuk mengmbangkan suatu rencana asuhan yang bersifat individual sehingga klien dan keluarganya mampuh mengatasi perubahan dan untuk menghadapi tantangan yang diakibatkan dari maslah kesehtan.
Tiga komponen utama dari diagnose keperawatan dengan merujuk pada hasil analisa data, meliputi: problem (masalah), etiologi (penyebab), dan sign/symptom (tanda/ gejala).
NANDA-I telah mengidentifikasi empat tipe diagnosis keperawatan, yaitu :
  • Diagnosis Keperawatan Aktual
  • Diagnosis Keperawatan Risiko
  • Diagnosis Keperawatan Promosi Kesehatan
  • Diagnosis Keperawatan Sejahtera


3.2 Saran.
Dari pemaparan diatas, kami memberikan saran dalam ilmu kesehatan khususnya ilmu keperawatan penting sekali memahami pendokementasian diagnosis keperawatan dalam asuhan keperawatan agar terciptanya proses keperawatan yang baik.






DAFTAR PUSTAKA

Potter, Patricia A & Anne Griffin Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: konsep,proses dan praktik edisi 4. Penerbit Buku Kedokteran EGS.Jakarta.
Potter, Patricia A & Anne Griffin Perry. 2008. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: konsep,proses dan praktik edisi 7. Penerbit Buku Kedokteran EGS.Jakarta.
Gaffar Jumadi,1999,Pengantar Keperawatan Profesional,Jakarta : EGC.

Di akses pada tanggal 11 Oktober pukul 10.00 WIB

0 komentar:

Posting Komentar

 
Copyright © . BEING AS NURSE - Posts · Comments
Theme Template by BTDesigner · Powered by Blogger