BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Diagnosa keperawatan adalah
keputusan klinis mengenai seseorang, keluarga, atau masyarakat sebagai akibat
dari masalah kesehatan atau proses kehidupan yang aktual atau potensial (NANDA,
1990). Diagnosa keperawatan memberikan dasar pemilihan intervensi yang
menjadi tanggung gugat perawat. Perumusan diagnosa keperawatan
adalah bagaimana diagnosa keperawatan digunakan dalam proses pemecahan masalah.
Melalui identifikasi, dapat digambarkan berbagai masalah keperawatan yang
membutuhkan asuhan keperawatan. Di samping itu, dengan menentukan atau
menyelidiki etiologi masalah, akan dapat dijumpai faktor yang menjadi kendala
dan penyebabnya. Dengan menggambarkan tanda dan gejala, akan memperkuat masalah
yang ada. Dokumentasi keperawatan merupakan catatan tentang penilaian klinis
dari respons individu, keluarga, atau komunitas terhadap masalah kesehatan atau
proses kehidupan baik aktual maupun potensial.
1.2 Rumusan
Masalah
1. Apakah yang dimaksud diagnosa keperawatan ?
2. Bagaimana sejarah diagnosa keperawatan ?
3. Apa tujuan dan sasaran dari diagnose
keperawatan ?
4. Apa saja komponen diagnosa keperawatan ?
5.
Apa saja macam-macam diagnosa keperawatan ?
6.
Seperti apa perbedaan diagnosa
keperawatan dan diagnosa medis ?
7.
Seperti apa sumber kesalahan diagnosa
keperawatan ?
8.
Seperti apa keuntungan dan kerugian
diagnosa medis ?
1.3 Tujuan
Makalah
ini di buat dengan tujuan agar
mahasiswa, tenaga medis khususnya dapat memahami dan mengaplikasikannya di
dalam asuhan keperawatan mengenai dokumentasi diagnosa keperawatan.
1.4 Manfaat
Makalah
ini di buat oleh kami agar meminimalisir kesalahan dalam tindakan praktik
keperawatan yang di sebabkan oleh ketidak pahaman dalam prosedur dokumentasi
diagnosa keperawatan dalam keperawatan sehingga berpengaruh besar terhadap
kesehatan klien.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi diagnosa keperawatan.
Diagnosa keperwatan, langkah kedua dari
proses keperwatan, mengklarifikasikan masalah kesehatan dalam ruang lingkup
keperawatan. Proses diagnosa merupakan hasil analisa data dan identifikasi anda
dari respon klien terhadap masalah pelayanan kesehatan. Istilah diagnosa
berarti “untuk membedakan” atau “untuk mengetahui” diagnosa keperawatan adalah
keputusan klinis tentang respon individu, keluarga atau komunitas terhadap
masalah kesehatan aktual atau potensial atau proses kehidupan (Nanda
Internasional, 2007). pernyataan yang menggambarkan respon aktual atau
potensial klien terhadap masalah kesehatan yang perawat mempunyai lisensi dan
kompenten untuk mengatasinya.
Menurut
para ahli :
·
shoemaker (1984).
Diagnosa
keperawatan adalah penilaian klinis tentang individu, keluarga atau komunitas
yang di dapatkan melalui proses pengumpulan data yang disengaja dan sistematis
yang menjadi tanggung gugat perawat. Hal ini ditunjukan secara singkat dan
mencakup etiologi kondisi bila di ketahui.
·
Aspinall (1976)
Suatu
proses kesimpulan klinis dari kesimpulan klinis dari perubahan yang teramati
dalam kondisi fisik atau fisiologi pasien. Jika proses ini terjadi secara
aktual dan rasional, maka proses tersebut akan mengarah pada identifikasi
tentang kemungkinan penyebab simptomologi.
·
Roy (1982)
Diagnosa keperwatan adalah fase singkat
atau istilah yang meringkas kelompok indikator penting (empiris) yang mewakili
pola keutuhuhan manusia.
Masalah kolaborasi adalah komplikasi
fisiologi aktual atau potensial yang dipantau perawat untukmendeteksi onsert
perubahan status klien (Carpenito-Moyet 2005). Ketika masalah kolaborasi muncul
perawat ikut serta dalam kolaborasi dengan tenaga pelayanan kesehatan dari
disiplin lain. Perawat menangani masalah seperti perdarahan, infeksi dan
aritmia jantung menggunakan tindakan yang ditentukan dokter dan di tentukan
perawat untuk meminimalkan komplikasi. Sebagai contoh, klien dengan luka
operasi beresiko terkena infeksi, sehingga dokter meresepkan antibiotik.
Sedangkan perawat memonitor klien terhadap timbulnya deman dan tanda infeksi
lainnya serta melakukan tindakan luka yang benar.
Diagnosa keperawatan adalah
keputusan klinis mengenai seseorang, keluarga, atau masyarakat sebagai akibat
dari masalah kesehatan atau proses kehidupan yang aktual atau potensial (NANDA,
1990).
Kesimpulan diagnosa meliputi masalah
yang ditangani oleh perawat (diagnosis keperawatan) dan masalah yang memerlukan
penanganan dari beberapa disiplin (masalah kolaborasi). Diagnosa keperawatan
dan masalah kolaborasi menggambarkan batasan kondisi klien yang memerlukan
asuhan keperawatan (Carpenito-Moyet, 2005).
2.2 Sejarah
diagnosa keperawatan.
Diagnosis
keperawatan diperkenalkan pertama kali dalam literatur keperawatan pada tahun
1950 (McFarland dan McFarlane, 1989). Fry (1953) mengajukan formulasi diagnosis
keperawatan dan rencana asuhan keperawatan individu untuk membuat keperawatan
menjadi lebih kreatif. Dibandingkan dengan praktik dependen sesuai anjuran
dokter (misalnya memasukkan obat dan cairan intravena), hal ini lebih
menekankan pada praktik independen perawat (misalnya edukasi klien dan
peringanan gejala). Awalnya, keperawatan profesional tidak mendukung diagnosis
keperawatan. Pada tahun 1955, Model Nurse
Practice Act of ANA (1955) melarang terapi diagnosis atau peresepan.
Akibatnya, perawat ragu untuk menggunakan diagnosis keperawatan dalam praktik.
Namun, teori keperawatan mendorong
keperawatan definitif dalam hubungannya dengan masalah klien. Teori
sebelumnya, yang mendefinisikan tindakan keperawatan dalam hubunganya dengan masalah berpusat pada klien, merupakan
bagian dari tanggung jawab terhadap ketertarikan dan penggunaan terakhir
diagnosis keperawatan dalam keperawatan terdahulu.
Pada
tahun 1973 konferensi nasional pertama untuk klasifikasi diagnosis keperawatan
diselenggarakan untuk menentukan fungsi keperawatan dan menentukan sistem
klasifikasi. Beberapa tahun kemudian, peserta konferensi ini membangun sebuah
taksonomi, yaitu sebuah sistem klasifikasi pilihan untuk diagnosis yang
memiliki kesamaan hubungan. Saat ini ada 13 ruang lingkup, 47 kelas, dan 188
diagnosis keperawatan dalam taksonomi tersebut. Sebagai contoh, dalam ruang
lingkup kenyamanan ada tiga kelas, yaitu : kenyamanan fisik, kenyamanan
lingkungan, dan kenyamanan sosial. Diagnosis keperawatan nyeri akut termasuk
dalam kelas kenyamanan fisik.
Pada
tahun 1982 sebuah persatuan profesional, North
American Nursing Diagnosis Association (NANDA) didirikan. Tujuan NANDA
adalah “untuk mengembangkan, memperhalus, dan mempromosikan taksonomi
terminologi diagnosis keperawatan untuk digunakan secara luas oleh perawat
profesional” (Kim, Mc Farland, dan McLean, 1984). Pada tahun 2003, NANDA
berubah nama menjadi NANDA International
(NANDA-I) agar lebih mencerminkan penggunaan diagnosis keperawatan
internasional untuk komunitas kesehatan secara global. Organisasi ini adalah
pemimpin klasifikasi diagnosis keperawatan dan didukung oleh ANA sebagai pihak
yang bertanggungjawab untuk melakukan hal itu.
Pertama
kali ANA Standard of Nursing Practice (1973)
menggabungkan diagnosis keperawatan pada tahun 1971, dan tetap terdapat dalam Nursing Scope and Standards of Practice (ANA,
2004). Scope of Nursing Practice (1987)
yang diterbitkan oleh ANA, menjelaskan keperawatan sebagai diagnosis dan
penatalaksanaan respon manusia terhadap kesehatan dan penyakit, membantu
memperkuat definisi diagnosis keperawatan.
Penelitian
dalam bidang diagnosis keperawatan terus berkembang. Akibatnya, NANDA-I terus
berkembang dan menambahkan nama diagnosis baru pada daftar NANDA-I. Penggunaan
standar formal pernyataan diagnosis keperawatan memilki beberapa tujuan sebagai
berikut.
·
Menyediakan definisi
yang tepat yang dapat memberikan bahasa yang sama dalam memahami kebutuhan
klien bagi semua anggota tim pelayanan kesehatan.
·
Memungkinkan perawat
untuk mengkomunikasikan apa yang mereka lakukan sendiri, dengan profesi
pelayanan kesehatan lain, dan masyarakat.
·
Membedakan peran
perawat dari dokter atau penyelenggara pelayanan kesehatan lain.
·
Membantu perawat
berfokus pada bidang praktik keperawatan.
·
Membantu mengembangkan
pengetahuan keperawatan.
2.3 Tujuan
dan sasaran diagnosa keperawatan.
Tujuan dan sasaran diagnosa keperawatan
berbeda dari tujuan dan sasarn diagnosa medis. Tujuan diagnosa keperawatan
adalah untuk mengarahkan rencana asuhan keperawatan untuk membantu klien dan
keluarganya beradaptasi terhadap penyakit mereka dan untuk menghilangkan
masalah perawat kesehatan. Tujuan diagnosa medis adalah untuk mengidentifikasi
dan untuk merancang rencana pengobatan untuk penyembuhan penyakit atau proses
patologis.
Sasaran
diagnosa keperawatan adalah untuk mengmbangkan suatu rencana asuhan yang
bersifat individual sehingga klien dan keluarganya mampuh mengatasi perubahan dan
untuk menghadapi tantangan yang diakibatkan dari maslah kesehtan. Sasaran dari
diagnosa medis adalah untuk meresepkan pengobatan. Sebagai contoh mahasiswa
yang berusia 20 tahun masuk rumah sakit dengan nyeri abdomen kuadran kanan
bawah. Dokter membuat diagnosa medis apendistis, dan klien menjalani
apendoktomi darurat untuk menghilangkan apendiks yang terinfeksi. Setalah
apendoktomi perawat mengembangkan beberapa diagnosa keperawatan, salah satunya
dalah hambatan mobilitas fisik yang berhubungan dengan nyeri sekunder akibat
insisi abdomen. Asuhan keperawatan akan di arahkan pada penigkatan mobilitas
klien pada tahap preoperatif secara bertahap.
2.4
Komponen diagnosa keperawatan.
Tiga komponen diagnose keperawatan
utama dengan merujuk pada hasil analisa data, meliputi: problem (masalah),
etiologi (penyebab), dan sign/symptom (tanda/ gejala).
- Problem (masalah),
adalah gambaran keadaan klien dimana tindakan keperawatan dapat diberikan
karena adanya kesenjangan atau penyimpangan dari keadaan normal yang
seharusnya tidak terjadi.
- Etiologi
(penyebab), adalah keadaan yang menunjukkan penyebab terjadinya
problem (masalah).
- Sign/symptom
(tanda/ gejala), adalah ciri, tanda atau gejala relevan yang muncul
sebagai akibat adanya masalah.
Cara Merumuskan
Diagnosa Keperawatan.
Pendekatan dalam
membuat diagnosa keperawatan dapat dilakukan dengan cara :
1. Pola
P+E+S (PES) yaitu : Problem = maslah
Etiologi = penyebab
Symptom = tanda dan gejala
Contoh :
Pola nafas tidak
efektif yang berhubungan dengan penumpukan sputum pada saluran nafas,ditandai
dengan pergerakan dinding dada yang tidak optimal.
2. Pola
P+E (PE) yaitu : Problem : maslah
Etiologi : penyebab
Contoh :
Perubahan
nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh,yang berhubungan nafsu makan berkurang
(anoreksia).
2.5
Macam-macam diagnosa keperawatan.
NANDA-I
telah mengidentifikasi empat tipe diagnosis keperawatan, yaitu :
1.
Diagnosis
Keperawatan Aktual, menggambarkan respons
manusia terhadap kondisi kesehatan atau proses kehidupan yang terdapat dalam
individu, keluarga, atau komunitas. Karakteristik definisi (manifestasi, tanda,
dan gejala) yang dikelompokkan dalam pola petunjuk yang berhubungan atau
gangguan yang mendukung pengkajian diagnosis ini (NANDA International, 2007).
Pemilihan diagnosis aktual menunjukkan bahwa data pemeriksaan yang ada sudah
cukup untuk menegakkan diagnosis keperawatan. Dalam kasus Nn. Devine, Lisa
menilai klien menderita nyeri tulang belakang dengan angka keparahan antara 8-9
dari skala 1-10. Rasa nyeri meningkat saat pergerakan. Akibat rasa nyeri
tersebut, Nn. Devine tidak dapat tidur. Nyeri
akut merupakan diagnosis keperawatan aktual.
2.
Diagnosis
Keperawatan Risiko, menggambarkan respons
manusia terhadap kondisi kesehatan/proses kehidupan yang mungkin menyebabkan
individu, keluarga, atau komunitas menjadi rentan (NANDA International, 2007).
Sebagai contoh, setelah Nn. Devine menjalani laminektomi, dia akan memiliki
luka operasi. Lingkungan rumah sakit menciptakan risiko infeksi nosokomial.
Sehingga, setelah Nn. Devine menjalani operasi, Lisa menegakkan diagnosis
keperawatan risiko infeksi. Pengkajian
utama untuk tipe diagnosis ini adalah adanya data yang menunjang faktor risiko
(insisi dan lingungan rumah sakit) yang mendukung kerentanan Nn. Devine. Data
tersebut termasuk faktor fisiologis, psikososial, keturunan, gaya hidup, dan
lingkungan yang meningkatkan kerentanan klien, atau kecenderungan berkembang ke
arah kondisi tersebut.
3.
Diagnosis
Keperawatan Promosi Kesehatan adalah penilaian klinis
terhadap motivasi individu, keluarga, atau komunitas serta keinginan untuk
meningkatkan kesejahteraan dan aktualisasi potensi kesehatan manusia sebagai
ungkapan kesiapan mereka untuk meningkatkan perilaku kesehatan tertentu,
seperti nutrisi dan olahraga. Diagnosis promosi kesehatan dapat digunakan pada
berbagai bidang kesehatan dan tidak membutuhkan tingkat kesejahteraan tertentu
(NANDA International, 2007). Potensial
peningkatan kenyamanan merupakan contoh diagnosis promosi kesehatan.
4.
Diagnosis
Keperawatan Sejahtera, menggambarkan respons
manusia terhadap tingkat kesejahteraan dalam individu, keluarga, atau komunitas
yang memiliki kesiapan untuk peningkatan (NANDA International, 2007). Ini
merupakan penilaian klinis tentang individu, keluarga, atau komunitas daam
transisi dari tingkat kesejahteraan tertentu ke tingkat kesejahteraan yang
lebih tinggi. Anda memilih tipe diagnosis ini ketika klien berharap atau telah
mencapai tingkat kesehatan yang optimal. Sebagai contoh, potensial peningkatan adaptasi yang terkait dengan keberhasilan
pengobatan kanker adalah diagnosis kesejahteraan, dan perawat beserta
keluarga bekerja sama untuk beradaptasi dengan stresor yang berhubungan dengan
kelangsungan hidup penderita kanker. Dalam pelaksanaannya, perawat
menggabungkan kekuatan klien dan sumber daya yang ada ke dalam rencana
perawatan, dengan tujuan untuk meningkatkan tingkat adaptasi.
2.6
Perbedaan diagnosa keperawatan dan diagnosa medis.
Perbedaan diagnosa keperawatan dan
diagnosa medis adalah diagnosa keperawatan : pertama,berfokus pada respons
klien terhadap penyakit atau masalah kesehatan yang ada. Kedua,berorientasi
pada pemenuhan kebutuhan klien. Ketiga,dapat berubah sesuai dengan perubahan
respon klien. Keempat,diagnosa keperawatan mengarah pada fungsi mandiri perawat
dalam melakukan intervensi dan evalusi keperawatan. Dan kelima,diagnosa
keperawatan melengkapi diagnosa medis.
Sedangkan diagnosa medis:
Pertama.berfokus pada factor-faktor yang bersifat pengobatan dan penyembuhan
penyakit. Kedua,berorientasi pada keadaan patologis. Ketiga,cenderung
tetap,mulai sakit hingga sembuh. Keempat,mengarah pada tindakan medis yang
sebagian dapat didelegasikan pada perawat. Dan diagnosa medis melengkapi
diagnosa keperawatan.
2.7 Sumber
kesalahan diagnosa keperawatan.
Kesalahan
dalam proses diagnosis keperawatan terjadi pada saat pengumpulan data,
pengelompokkan, interpretasi, dan pernyataan diagnosis. Sebagai perawat, perlu
menerapkan metode berpikir kritis pada proses diagnosis keperawatan yang
akurat.
1. Kesalahan
dalam Pengumpulan Data
Untuk
menghindari kesalahan dalam pengumpulan data, perlu memiliki pengetahuan dan
keterampilan mengenai semua teknik pemeriksaan. Hindari data yang salah dan
tidak akurat. Petunjuk praktik berikut ini merupakan cara untuk menghindari
kesalahan pengumpulan data :
a. Tinjau
ulang tingkat kenyamanan dan kompetensi Anda dalam melakukan wawancara dan
pemeriksaan fisik sebelum mengumpulkan data.
b. Lakukan
pemeriksaan dalam beberapa langkah.
c. Tinjau
ulang pengkajian klinis Anda di ruang kelas atau klinis.
d. Tentukan
keakuratan data Anda.
e. Teratur
dalam pemeriksaan.
2. Kesalahan
dalam Interpretasi dan Analisis Data
Setelah
pengumpulan data, tinjau ulang data dasar Anda untuk memutuskan apakah data
tersebut akurat dan lengkap. Meninjau ulang data bermanfaat untuk meyakinkan
bahwa temuan fisik objektif yang diukur mendukung data subjektif. Sebagai
contoh, ketika klien mengeluh “sulit bernafas”, Anda juga ingin mendengar bunyi
par, memeriksa frekuensi pernapasan, dan mengukur pengembangan dada klien. Saat
Anda tidak dapat memvalidasi data, ini menunjukkan ketidaksesuaian antara
petunjuk klinis dan diagnosis keperawatan (Lunney, 1998).
3. Kesalahan
dalam Pengelompokan Data
Kesalahan
dalam pengelompokan data terjadi saat data dikelompokkan terlalu cepat, tidak
benar, atau tidak dikelompokkan sama sekali. Penutupan pengelompokkan yang
terlalu cepat terjadi saat Anda membuat diagnosis keperawatan sebelum
mengelompokkan semua data. Selalu tentukan diagnosis keperawatan dari data,
bukan sebaliknya. Diagnosis keperawatan yang salah akan memengaruhi kualitas
pelayanan klien.
4. Kesalahan
dalam Pernyataan Diagnosis
Pemilihan
pernyataan diagnosis yang benar akan menghasilkan pemiihan intervensi
keperawatan dan hasil yang sesuai (Dochterman dan Jones, 2003). Untuk
mengurangi kesalahan, pernyataan diagnosis harus menggunakan bahasa yang sesuai,
ringkas, dan tepat. Berikut ini adalah petunjuk tambahan untu mengurangi
kesalahan dalam pernyataan diagnosis :
a. Kenali
respons klien, bukan diagnosis medis (Carpento-Moyet, 2005). Karena diagnosis
medis membutuhkan tindakan medis, maka tidak bijaksana untuk memasukkannya
dalam diagnosis keperawatan.
b. Kenali
pernyataan diagnosis NANDA-I dibandingkan gejala. Kenali diagnosis keperawatan
dari kelompok karakteristik definisi; satu gejala tidak cukup untuk
identifikasi masalah.
c. Kenali
etiologi yang dapat ditangani dibandingkan tanda klinis atau masalah kronis.
Anda dapat memilih tindakan yang diarahkan menuju koreksi etiologi masalah.
Pemeriksaan diagnostik atau disfungsi kronis bukan merupakan etiologi atau
kondisi yang dapat diatasi dengan tindakan keperawatan.
d. Kenali
masalah yang disebabkan oleh pengobatan atau pemeriksaan diagnostik, daripada
terapi atau pemeriksaan itu sendiri. Klien mengalami banyak respons terhadap
pemeriksaan diagnostik dan terapi medis. Respons ini termasuk dalam bidang
keperawatan.
e. Kenali
respons klien terhadap peralatan dibandingkan peralatan itu sendiri. Banyak
klien yang tidak mengenali teknologi medis.
f. Kenali
masalah klien dibandingkan masalah Anda dengan pelayanan keperawatan. Diagnosis
keperawatan selalu berpusat pada klien dan menjadi dasar untu pelayanan yang
diarahkan oleh tujuan.
g. Kenali
masalah klien dibandingkan tindakan keperawatan. Anda akan merencanakan
tindakan keperawatan setelah membuat diagnosis.
h. Kenali
masalah klien dibandingkan tujuan. Anda selalu menetapkan tujuan selama tahap
perencanaan pada proses keperawatan. Berdasarkan identifikasi masalah klien
yang akurat, tujuan akan menjadi dasar untuk menentukan apakah penyelesaian
masalah telah tercapai.
i.
Gunakan pertimbangan
profesional dibandingkan dugaan. Buat diagnosis keperawatan berdasarkan data
objektif dan subjektif klie, dan jangan sertakan kepercayaan dan nilai-nilai
pribadi Anda.
j.
Hindari pernyataan yang
tidak sesuai hukum (Carpenito-Moyet, 2005). Pernyataan yang berisfat
menyalahkan, mengabaikan, atau malpraktik berpotensi menimbulkan tuntutan
hukum.
k. Kenali
masalah dan etiologi untuk menghindari pengulangan pernyataan. Pernyataan
seperti ini mengandung arti yang tidak jelas dan tidak memberikan arahan untuk
pelayanan keperawatan.
l.
Kenali satu masalah
saja pada pernyataan diagnostik. Setiap masalah memiliki hasil harapan yang
berbeda. Kebingungan selama langkah perencanaan terjadi saat Anda memasukkan
banyak masalah dalam satu diagnosis keperawatan.
2.8
Keuntungan dan keterbatasan diagnosa keperawatan.
Keuntungan dari diagnosa keperwatan
Diagnosa keperawatan sangat
menguntungkan baik bagi perawat maupun klien. Diagnosa keperawatan
memfasilitasi komunikasi diantara perawat tentang tingkatan kesejahteraan klien
dan membantu dalam perencanaan pemulangan. Sestem pelayanan kesehatan sekarang
ini membutuhkan jumlah tenaga profesional yang lebih banyak. Kerena lebih
banyak orang yang akhirnya bertanggung jawab terhadap perawatan klien, maka
penting artinya bahwa profesional ini mampuh untuk secarajelas menomunikasikan tentang
maslah klien. Diagnosa keperawatan memfasilitasi komunikasi dalam beberapa
cara. Daftar awal diagnosa keperawatan adalah suatu rujukan yang mudah di dapat
untuk kebutuhan perawatan kesehatan klien saat ini. Diagnosa keperawatan juga
membantu memproritaskan kebutuhan klien. Dengan perawat berkomunikasi dengan
profesional lain, penggunaan diagnosa keperawatan mendorong komunikasi yang
terorganisasi sesuai dengan tujuan dan prioritas klien.
Diagnosa keperawatan juga digunakan
untuk pencatatan dalam catatan perkembangan, menulis rujukan, dan memberikan
transisi perawatan yang efektif dari suatu unit ke unit lainnya , dari satu
klinik ke klinik lainnya, atau dari rumah sakit ke komunitas. Perencanaan
pemulangan adalah set keputusan dan aktivitas yang di rancang untuk memberikan
kontinuitas dan koordinasi terhadap asuhan keperawatan. Perencanaan kepulangan
penting ketika klien di pulangkan dari satu rumah sakit ke rumah sakit lainnya
atau dari rumah sakit ke lembaga komunitas. Dalam perencanaan pemulangan diagnosa
keperawatan merupakan mekanisme untuk mengomunikasikan dan penegasan perawatan
yang masih di perlukan klien (Carpenito,1995; Gordon,1994).
Diagnosa keperawatan juga dapat
berfungsi sebagai fokus untuk memperbaiki kualitas (Gordon,1994). Perbaikan kualitas
adalah proses pemantauan dan evaluasi dari hasil dalam pelayanan kesehatan dan
bisnis lainnya untuk mengidentifikasi kesempatan untuk perbaikan. Diagnosa
keperawatan adalah metoda mengidentifikasi fokus dari aktivitas keperawatan.
Ketika berfokus pada diagnosa keperawatan, penelaah dapat menentukan apakah
asuhan keperwatan telah tepat dan di berikan sesuai dengan standar paraktik.
Manfaan diagnosa keperwatan bagi profesi
juga penting bagi klien dan keluarga. Komunikasi yang lebih baik diantara
profesioanal perawatan kesehatan kesehatan membantu menghilangkan masah
potensial dalam memberikan perawatan dan mempertahankan fokus pada pemenuhan
tujaun perawatan kesehatan klien. Sama halnya pertimbngan akhir untuk perbaikan
dan telaan dari sejawat adalah untuk memastikan bahwa perawatan yang bekualitas
tinggi diberikan pada klien dan keluarganya. Selanjutnya, klien mendapatkan
manfaat dari asuhan keperawatan yang bersifat individual yang di hasilkan dari
penetaan tujuan yang sesuai, pemeliharaan prioritas yang tepat, pemilihan
intervensi yang tepat, dan penetapan kriteria hasil.
Keterbatasan diagnosa
keperawatan
Diagnosa keperawatan mempunyai
keterbatasan dan praktisi pemula harus menyadari tentang keberadaannya. Karena
evolisi kontinu tentang istilah dan penggunaan diagnosa keperawatan, bahasa
yang digunakan kadang bertele-tele dan mengandung istilah selingkuh (jargon).
Hal ini mungkin membatasi penggunaan diagnosa keperawatan hanya pada
profesional keperawatan dan mengakibatkan kebingungan diantara anggota tim perawatan kesehatan yang lain (seahill, 1991;
Carpenito, 1995).
Bahasa dari diagnosa yang tidak tepat
dapa secara tidak tepat memberi “label” pada klien. Label diagnostik yang
demikian adalah ketidakpatuhan.
Istilah tersebut adalah muatan nilai dan tidak lengkap (stantis & Ryan, 1982; Edel, 1985).
Selain itu, evaluasi termininologi yang
telah dibuat standar dalam bentuk taksonomi telah menimbulkan kebingungan
mengenai bahasa dari label diagnostik (Luney1986; Porter,1986). National conference for the clasification of
nursing diagnosis tahun 1986 tentang clasification
of nursing diagnoses pertama kali
mengajukan struktur taksonomi untuk kerangka kerja organisasi dari label
diagnostik yang ada pada saat ini dan yang akan datang (McLane,1987). Saat ini
struktur taksonomi yang telah direvisi berfungsi sebagai sistem klasifikasi
untuk diagnosa keperawatan (Carpenito, 1995).
Taksonomi yang terus timbul dapat
membatasi praktik keperawatan. Diagnosa keperwatan yang dikembangkan oleh the task force of nationnal Group for the
clasification of nursing diagnoses hanyalah awal dari keseluruhan sistem
klarifikasi. Melalui perumusan dan penggunaan diagnosa keperwatan lain,
taksonomi akan tumbuh dan memperluas fokus profesional keperawat.
BAB
III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan.
Diagnosa keperawatan adalah penilaian
klinis tentang individu, keluarga atau komunitas yang di dapatkan melalui
proses pengumpulan data yang disengaja dan sistematis yang menjadi tanggung
gugat perawat. Hal ini ditunjukan secara singkat dan mencakup etiologi kondisi
bila di ketahui.
Tujuan diagnosa keperawatan adalah untuk
mengarahkan rencana asuhan keperawatan untuk membantu klien dan keluarganya
beradaptasi terhadap penyakit mereka dan untuk menghilangkan masalah perawat
kesehatan.
Sasaran
diagnosa keperawatan adalah untuk mengmbangkan suatu rencana asuhan yang
bersifat individual sehingga klien dan keluarganya mampuh mengatasi perubahan
dan untuk menghadapi tantangan yang diakibatkan dari maslah kesehtan.
Tiga komponen utama dari
diagnose keperawatan dengan merujuk pada hasil analisa
data, meliputi: problem (masalah), etiologi (penyebab), dan sign/symptom
(tanda/ gejala).
NANDA-I telah mengidentifikasi empat
tipe diagnosis keperawatan, yaitu :
- Diagnosis
Keperawatan Aktual
- Diagnosis
Keperawatan Risiko
- Diagnosis
Keperawatan Promosi Kesehatan
- Diagnosis
Keperawatan Sejahtera
3.2 Saran.
Dari
pemaparan diatas, kami memberikan saran dalam ilmu kesehatan khususnya ilmu
keperawatan penting sekali memahami pendokementasian diagnosis keperawatan
dalam asuhan keperawatan agar
terciptanya proses keperawatan yang baik.
DAFTAR
PUSTAKA
Potter,
Patricia A & Anne Griffin Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan:
konsep,proses dan praktik edisi 4. Penerbit Buku Kedokteran EGS.Jakarta.
Potter,
Patricia A & Anne Griffin Perry. 2008. Buku Ajar Fundamental Keperawatan:
konsep,proses dan praktik edisi 7. Penerbit Buku Kedokteran EGS.Jakarta.
Gaffar
Jumadi,1999,Pengantar Keperawatan Profesional,Jakarta : EGC.
Di
akses pada tanggal 11 Oktober pukul 10.00 WIB
0 komentar:
Posting Komentar