BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Seksualitas merupakan bagian
integral dari kehidupan manusia.Seksualitas di defenisikan sebagai
kualitas manusia, perasaan paling dalam, akrab, intim dari lubuk hati
paling dalam, dapat pula berupa pengakuan, penerimaan dan
ekspresi diri manusia sebagai mahluk seksual. Karena itu pengertian
dari seksualitas merupakan sesuatu yang lebih luas dari pada hanya
sekedar kata seks yang merupakan kegiatan fisik hubungan seksual.
Seksualitas merupakan aspek yang sering di bicarakan dari bagian
personalitas total manusia, dan berkembang terus dari mulai lahir
sampai kematian. Banyak elemen-elemen yang terkait dengan
keseimbangan seks dan seksualitas. Elemen-elemen tersebut termasuk elemen
biologis; yang terkait dengan identitas dan peran gender berdasarkan ciri
seks sekundernya dipandang dari aspekbiologis. Elemen sosiokultural, yang
terkait dengan pandangan masyarakat akibat pengaruh kultur terhadap peran
dan kegiatan seksualitas yang dilakukan individu. Sedangkan elemen yang
terakhir adalah elemen perkembanganpsikososial laki-laki dan perempuan.
Hal ini dikemukakan berdasarkan beberapa pendapat ahli tentang kaitannya
antara identitas dan peran gender dari aspek psikososial. Termasuk tahapan
perkembangan psikososial yang harus dilalui oleh oleh individu berdasarkan
gendernya.
1.2 Rumusan
Masalah
Bagaimana
seksualitas dalam keperawatan itu?
1.3
Tujuan
Makalah
ini di buat dengan tujuan memenuhi salah
satu tugas keperawatan dasar.
1.4
Manfaat
Makalah
ini di buat oleh kami agar kami memahami dan mengaplikasikan langsung dalam
asuhan keperawatan kepada klien tentang seksualitas dalam keperawatan.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Konsep tentang seksualitas.
Seksualitas
merupakan bagian integral dari kehidupan manusia. Lingkup anseksualitas suatu
yang lebih luas dari pada hanya sekedar kata seks yang merupakan
kegiatanhubungan fisik seksual. Kondisi Seksualitas yang sehat juga menunjukkan
gambaran kualitas kehidupan manusia, terkait dengan perasaan paling dalam,
akrab dan intim yang berasal darilubuk hati yang paling dalam, dapat berupa
pengalaman, penerimaan dan ekspresi dirimanusia.Seks adalah perbedaan badani
atau biologis perempuan dan laki-laki, yangseringdisebut jenis kelamin yaitu
penis untuk laki-laki dan vagina untuk perempuan.
Seksualitas
menyangkut berbagai dimensi yang sangat luas, yaitu dimensi biologis, sosial,
perilaku dankultural. Seksualitas dari dimensi biologis berkaitan dengan organ
reproduksi dan alatkelamin, termasuk bagaimana menjaga kesehatan dan
memfungsikan secara optimal organreproduksi dan dorongan seksual (BKKBN, 2006).
Seksualitas
dari dimensi psikologis erat kaitannya dengan bagaimana menjalankan fungsi
sebagai mahluk seksual, identitas peran atau jenis (BKKBN, 2006).Dari dimensi
sosial dilihat pada bagaimana seksualitas muncul dalam hubungan
antar manusia, bagaimana pengaruh lingkungan dalam membentukpandangan
tentang seksualitas yang akhirnya membentuk perilaku seks (BKKBN, 2006)
Dimensi
perilaku menerjemahkan seksualitas menjadi perilaku seksual, yaitu perilaku
yang muncul berkaitan dengan dorongan atau hasrat seksual (BKKBN, 2006).
2.2
Sikap terhadap kesehatan seksual.
Kesehatan
seksual adalah kemampuan seseorang mencapai kesejahteraan fisik, mental dan
sosial yang terkait dengan seksualitas, hal ini tercermin dari ekspresi yang
bebas namun bertanggung jawab dalam kehidupan pribadi dan sosialnya
misalnya dalam menjaga hubungan dengan teman atau pacar dalam batasan yang
diperbolehkan oleh norma dalam masyarakat atau agama. Bukan hanya tidak adanya
kecacatan, penyakit atau gangguan lainnya. Kondisi ini hanya bisa dicapai bila
hak seksual individu perempuan dan laki-laki diakui dan dihormati (BKKBN,
2006).
2.3
Perkembangan seksual.
Dewasa telah mencapai maturasi
tetapi terus untuk mengesplorasi dan menemukan maturasi emosional dalam
hubungan. Dewasa mudah secara tradisonal dipandang sebagai berperan dalam
melahirkan anak atau membesarkan anak. Model ini menggambarkan sebagian besar
orang dewasa. Keintiman dan seksualitas juga merupakan masalah bagi orang
dewasa yang memilih untuk tidak melakukan hubungan seks, tetap melajang karena
pilihan sendiri atau karena situasi tertentu tetap menginginkan aktivitas
seksul, yaitu mereka yang melajang setelah memutuskan hubungan, mereka yang
homoseksul, mereka yang tidak mempunyai anak berdasarkan pilihan, atau mereka
yang tidak mampu melahirkan anak. Sambil
mengembangkan hubungan yang intim, semua orang dewasa yang secara seksual aktif
harus belajar teknik stimulasi dan respon seksual yang memuaskan bagi pasangan
mereka beberapa orang dewasa mungkin hanya memerlukan isi untuk beresksperimen
dengan perilaku.plihan atau keyakinan bahwa ekspresi seksual selain dari
senggama penis-vagina adlah normal. Orang dewasa dapat didorong untuk
mengungkapkan kepada pasangan mereka tipe stimuli dan seksual atau kasih sayang
yang dianggap sebagai memuaskan. Pengenalan secara mutual tentang keinginan dan
preverensi dan negosiasi praktik seksual mencetuskan ekspresi seksual yang
positif. Penyuluhan keagaman, nilai keluarga, dan sikap keluarga mempengaruhi
penerimaan terhadap sebagian bentuk stimulasi atau mungkin akan mempunyai efek
emosional residual seperti rasa bersalah atau ansietas dan disfungsi seksual.
Pada akhir masa dewasa individu
menyesuiakan diri terhadap perubahan social dan emosi sejalan denga anak-anak
mereka meninggalkan rumah.pembaruan kembali keintiman dapat memungkinkan atau
diperlukan diantara pasangan.nmun demikian salah sati atau kedua pasangan dapat
mengalami ancaman terhadap gambaran diri karena tubuh ltelah menua dan mungkin
berupaya untuk mencapai kemudaan melalui hubunga seksual dengan pasangan yang
jauh lbh muda.jika di inginkan pasangan dapat di bantu untuk mennemukan sesuatu
yang baru atau kegairahan baru galam hubungan monogami yang langgeng melalui
percobaan posisi teknik seksual dan penggunaan fantasi.
Pada tahap ini perkembangan secara
fisik sudah cukup dengan ciri seks sekunder mencapai puncaknya, yaitu antara
umur 18-30 tahun. Pada masa pertengahan umur terjadi perubahan hormonal: pada
wanita ditandai dengan penurunan estrogen, pengecilan payu darah dan jaringan
vagina, penurunan cairan vagina selanjutnya akan tejadi penurunan reaksi
ereksi. Pada pria di tandai dengan penurunan ukuran penis serta penurunan
semen. Dari perkembangan psikososial, sudah mulai terjadi hubungan intim antara
lawan jenis proses pernikahan dan memiliki anak sehingga terjadi perubahan peran.
Perubahan yang terjadi pada tahap ini
pada wanita di antaranya adalah atropi pada vagina dan jaringan payudara, penurunan
cairan vagina, dan penurunan intensitas orgasme pada wanita sedangakan pada
pria akan mengalami penurunan produksi sperma, berkurangnya intensitas orgasme,
terlambatnya pencapaian ereksi dan pembesaran kelenjar prostat.
Seksualitas dalam usia tua beralih
dari penekanan pada prokreasi menjdi penekanan pada pertemanan
kedekatan fisik komunikasi intim dan hubungan fisik mncri ksenangan (Ebersole
& Hess 1994).Tidak ada alasan bagi individu tidak dapat tetap aktif secara
seksual sepanjang mereka memilihnya.Hal ini dapat secara efektif dipenuhi dengen
mempertahankan aktifitas seksual scra teratur sepanjang hidup,terutama
seks bagi wanita hubungan senggama teratur membantu mempertahankan elastisitas
vagina mncegah atrofi dan mempertahankan kemampuan untuk lubrikasi. Namun
demikian proses penuaan mempengaruhi perilaku seksual. Perubahan fisik
yang terjadi bersama proses penuaan harus dijelaskan kepada klien lansia. Lansia
mungkin juga menghadapi kekuatiran kesehatan yang membuat
sulit bagi mereka untuk melanjutkan aktifitas seksual.dewasa
yang menua mungkin harus menyesuaikan tindakan seksual dan berespons terhadap
penyakit kronis medikasi sakit dan nyeri atau masalah kesehatan lainnya.
2.4 Respon seksual.
Siklus
respon seksual normal terdiri dari empat tahap yang terjadi berturut-turut.
Normal pada umumnya mengacu pada panjang siklus masing-masing fase, dan
hasil bercinta yang memuaskan. Empat tahapan siklus respon seksual:
1. Kegembiraan
2. Plateau
3. Orgasme
4. Resolusi
Keempat
fase yang dialami oleh laki-laki dan perempuan, meskipun waktu dan
panjangdurasi dari masing-masing bervariasi antara kedua jenis kelamin. Selain
itu, intensitas darimasing-masing fase dapat bervariasi antara setiap orang,
dan antara laki-laki dan perempuan.
1. Fase
kegembiraan adalah tahap pertama, yang dapat berlangsung dari beberapa menitsampai
beberapa jam. Beberapa karakteristik dari fase kegembiraan meliputi:
a. Peningkatan
ketegangan otot
b. Peningkatan
denyut jantung
c. Perubahan
warna kulit
d. Aliran
darah ke daerah genital
e. Mulainya
pelumasan Vagina
f. Testis
membengkak dan skrotum mengencang
2. Fase
plateau adalah fase yang meluas ke ambang orgasme. Beberapa perubahan yang terjadi
dalam fase ini meliputi :
a. Fase
kegembiraan meningkat
b. Peningkatan
pembengkakan dan perubahan warna vagina
c. Klitoris
menjadi sangat sensitive
d. Testis
naik ke dalam skrotum
e. Adanya
peningkatan dalam tingkat pernapasan, denyut jantung, dan tekanan darah
f. Meningkatnya
ketegangan otot dan terjadi kejang otot
3. Fase orgasme adalah puncak dari siklus
respons seksual, dan merupakan faseterpendek, hanya berlangsung beberapa detik.
Fase ini memiliki karakteristik
seperti berikut:
a. Kontraksi
otot tak sadar
b. Memuncaknya
denyut jantung, tekanan darah, dan tingkat pernapasan
c. Pada
wanita, kontraksi otot vagina menguat dan kontraksi rahim berirama
d. Pada
pria, kontraksi otot panggul berirama dengan bantuan kekuatan ejakulasi
e. Perubahan
warna kulit ekstrem dapat terjadi di seluruh tubuh
4. Tahap
terakhir, yang disebut fase resolusi, adalah ketika tubuh secara
perlahankembali ke tingkat fisiologis normal.
Fase
resolusi ditandai dengan relaksasi,keintiman,dan seringkali kelelahan. Sering
kali perempuan tidak memerlukan faseresolusi sebelum kembali ke aktivitas
seksual dan kemudian orgasme, sedangkan laki-laki memerlukan waktu pemulihan
sebelum orgasme selanjutnya. Seiring pertambahan usia laki-laki, panjang
dari fase refraktori akan sering meningkat.
Disfungsi
seksual yang paling umum pada pria adalah ejakulasi dini. Masalahini terjadi
ketika ada pemendekkan fase kegembiraan dan fase plateau. Dalam rangkauntuk
mencegah ejakulasi dini, seorang pria harus belajar bagaimana memperlambatfase
kegembiraan dan fase plateau, yang dapat dicapai hanya dengan teknik
yang benar dan latihan.
2.5
Masalah yang berhubungan dengan seksualitas.
Adapun penyebab dari masalah
seksualitas adalah antara lain:
1. Ketidaktahuan mengenai Seks.
Lebih
dari 70% wanita di Indonesia tidak mengetahui dimana letak klitorisnya
sendiri.Sebuah hal yang sebenarnya sangat penting tetapi tidak diketahui oleh
banyak orang.Masalah ketidaktahuan terhadap seks sudah betul-betul merakyat.
Ini berpangkal darikurangnya pendidikan seks yang sebagian besar dari antara
masyarakat tidak memperolehnya pada waktu remaja. Tidak jarang,
pengetahuan seks itu hanyalah sebatas informasi, bukan pendidikan. Itu
terjadi karena mereka tidak mendapatkan pendidikan seks di sekolah atau lembaga
formal lainnya.
Akibatnya,
keingintahuan soal seks didapatkannya dari berbagai media. Untuk ituorang tua
hendaknya memberikan pendidikan soal sekskepada anak-anaknya sejak dini.
Salahsatunya dengan memisahkan anakanaknya tidur dalam satu kamar setelah
berusia sepuluhtahun, sekalipun sama-sama perempuan atau laki-laki. Demikian
halnya denganmenghindarkan anak-anaknya mandi bersama keluarga atau juga
temantemannya.
Orang
tua harus menjawab jujur ketika anaknya bertanya soal seks. Jawaban-jawaban
yangdiberikan hendaknya mudah dimengerti dan sesuai dengan usia si anak. Karena
itulah, orangtua dituntut membekali dirinya dengan pengetahuan-pengetahuan
tentang seks. Terlebih lagi, perubahan fisik dan emosi anak akan terjadi
pada usia 13 ± 15 tahun pada pria dan 12 ± 14 tahun pada wanita. Saat itulah
yang dinamakan masa pubertas yaitu masa peralihan dari masaanak-anak
menjadi remaja. Pada saat itu pula, mereka mulai tertarik kepada lawan
jenisnya.
Masa
remaja merupakan masa yang penuh gejolak serta penuh keingintahuan
dan petualangan akan hal-hal baru sebagai bekal untuk mengisi kehidupan
mereka kelak.Sayangnya, banyak di antara mereka tidak menyadari beberapa
pengalaman yang tampaknya menyenangkan justru dapat menjerumuskan. Rasa ingin
tahu para remaja kadang-kadangkurang disertai pertimbangan rasional akan akibat
lanjut dari suatu perbuatan. Itu pun terjadiakibat kurangnya kontrol orang tua
dan minimnya pendidikan seks dari sekolah atau lembaga formal lainnya.
2. Kelelahan
Rasa
lelah adalah momok yang paling menghantui pasangan pada jaman ini
dalammelakukan hubungan seks. Apalagi dengan meningkatnya tuntutan hidup, sang
wanita harusikut bekerja di luar rumah demi mencukupi kebutuhan sehari-hari.
Pada waktu suami istri pulang dari kerja, mereka akan merasa lelah. Dan
pasangan yang sedang lelah jarangmerasakan bahwa hubungan seks menarik minat.
Akhirnya mereka memilih untuk tidur.Kelelahan bisa menyebabkan bertambahnya
usaha yang diperlukan untuk memuaskankebutuhan lawan jenis dan merupakan beban
yang membuat kesal yang akhirnya bisamemadamkan gairah seks.
3. Konflik
Sebagian
pasangan memainkan pola konflik merusak yang berwujud sebagai perangterbuka
atau tidak mau berbicara sama sekali satu sama lain. Konflik menjadi
kendalahubungan emosional mereka. Bahkan ini bisa menggeser proses foreplay.
Pasangan dapatmempertajam perselisihan mereka dengan menghindari seks atau
mengeluarkan ungkapan negatif atau membandingkan dengan orang lain, yang
sangat melukai perasaan pasangannya.Kemarahan dan kecemasan yang tidak
terpecahkan bisa menyebabkan sejumlah masalahseksual antara lain masalah
ereksi, hilang gairah atau sengaja menahan diri untuk
tidak bercinta. Perbedaan antara satu orang dan lainnya biasanya
tidak baik dan tidak juga buruk.Jadi haruslah dipandang hanya sebagai
perbedaan. Kemarahan, ketegangan atau perasaankesal akan selalu menghambat
gairah seks.
4. Kebosanan
Seperti
halnya menggosok gigi atau menyetel alarm jam, seks bisa dianggap seperti
“kerja malam”. Hubungan seks yang rutin sebelum tidur sering menjadi berlebihan
sampai kesuatu titik yang membosankan. Yang mendasari rasa bosan itu adalah
kemarahan yang disadari atau tidak disadari karena harapan anda tidak
terpenuhi. Masalah ini diderita olehkebanyakan pasangan yang sudah hidup
bersama bertahun-tahun. Sebagian pasangan yangsudah hidup bersama untuk jangka
waktu yang lama merasa kehilangan getaran kenikmatanyang datang ketika
melakukan hubungan seks dengan pasangan yang baru. Orang demikianmelihat rayuan
penguat ego, dibandingkan bila bersenggama dengan mitra baru.
2.6
Seksualitas dalam keperawatan.
1. Pengkajian
Katagori
:
a) klien
menerima pelayanan kesehatan untuk kehamilan, dll, atau PMS
b) klien
yang sakit atau dalam mendapat terapi yang kemungkinan dapatmempengaruhi fungsi
seksualnya
c) klien
yang secara jelas mempunyai masalah seksual
Pengkajian
seksual mencakup:
a) Riwayat
Kesehatan
· Seksualpertanyaan
masa lalu atau tidak mengetahui apakahklien mempunyai masalahkekhawatiran
seksual.
b) PengkajianFisik
· inspeksi
dan palpasi
c) Identfkasi
klien yang beresiko
Misalnya
:
a. adanya
gangguan struktur atau fungsi tubuh akibat trauma, dll
b. riwayat
pnganiayaan seksual.
c. kondisi
yang tidak menyenangkan
d. terapi
medikasi spesifik yang dapat menyenangkan masalah seksual.
e. gangguan
aktivitas fisik sementara maupun permanen
f. konflik
nilai-nilai antara kepercayaan pribadi dengan aturan religi.
2. Diagnosa
Keperawatan
a.
Perubahan pola seksualitas berhubungan dengan (b.d)
· Ketakutan
kehamilan
· Efek
antihipertensi
· Depresi
perpisahan dengan perceraian
b.
Disfungsi seksual b.d
· edera
medulla spinalis
· penyakit
kronis
· nyeriansietas
mengenai penempatan di RSc.
c.
Gangguan Citra tubuh b.d
· efek
masektomi
· disfungsi
seksual
· perubahan
pasca persalinan
d.Ganguan
harga diri b.d
· kerentanan
yang dirasakan setelah mengalami serangan infrak miokardium
· pola
penganiayan ketika masih kecil
3. Perencanaan
Tujuan
yang dicapai mencakup :
a.
mempertahankan, memperbaiki, atau meningkatkan kesehatan seksual
b.
meningkatkan pengtahuan seksualitas dan kesehatan
c.
mencegah PMS
d.
mecegah kehamilan yang tidak diinginkan
e.
meningkatkan kepuasan terhadap tingkat fungsi seksual
f.memperbaiki
konsep seksual diri
4. Implementasi
Proses
kesehatan seksual
a.
perawat : keterampilan komuniksi yang baik
b.
Topik tentang penyuluhan tergantung
c.
karakteristik dan faktor yang berhubungn
d. Rujukan
mungkin diperlukan
5. Evaluasi
a. Evaluasi
tujuan yang telah ditentukan dalam perencanaan
b. Klien,
pasangan perawat mungkin harus mengubah harapan atau menetapkan jangka
waktu yang lebih sesuai untuk mencapai tujuan yang ditetapkan
c. Komunikasi
terbuka dan harga diri yang positif dalam artian penting.
BAB
III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan.
Seksualitas
merupakan bagian dari kehidupan manusia. Kebutuhan seksual yang
dialami oleh orang dewasa merupakan kebutuhan seks yang mengalami penurunan
fungsi organ reproduksi mengakibatkan kecanggungan dalam hubungan pasangan
suami istri.
Masalah keperawatan yang terjadi pada kebutuhan seksual adalah pola seksual dan
perubahan disfungsi seksual. Pola seksual mengandung arti bahwa suatu kondisi
seorang individu mengalami atau beresiko mengalami perubahan kesehatan seksual.
Disfungsi seksual adalah keadaan dimana seseorang mengalami atau beresiko
mengalami perubahan fungsi seksual yang negatif yang di pandang sebagai tidak
berharga dan tidak memadainya fungsi seksual.
3.2 Saran.
Bagi
mahasiswa keperawatan dan umumnya bagi ahli medis diharapakan mampu memahami
dan menerapkan keilmuan mengenai seksualitas dalam keperawatan ini dalam asuhan
keperawatan kepada klien dan diri sendiri.
DAFTAR PUSTAKA
Alimul H, A.A. 2006. Pengantar kebutuhan
dasar manusia. Jakarta: salemba medika.
Potter dan perry. 2005. Buku ajar
fundamental keperawatan : konsep, proses, dan praktik. Edisi 4 Jakarta: EGC
Stevens, PJM. 1999. Ilmu
Keperawatan Jilid 2 Edisi 2. Jakarta: EGC
(Diakses tanggal 16 April 2014).
(Diakses tanggal 16 April 2014).
terima kasih banyak infonya,,, ^^
BalasHapuspenyebab dan cara atasi miss v kering