BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Oksigen
merupakan kebutuhan dasar paling vital dalam kehidupan manusia. Dalam
tubuh,oksigen berperan penting di dalam proses metabolism sel. Kekurangan oksigen
akan menimbulkan dampak bermakna terhadap tubuh,salah satunya kematian.
Karenanya,berbagai upaya perlu selalu dilakukan untuk menjamin agar kebutuhan
dasar ini terpenuhi dengan baik. Dalam pelaksanaannya,pemenuhan kebutuhan dasar
tersebut masuk ke dalam bidang garapan perawat. Karenanya,setiap perawat harus
paham dengan manifestasi tingkat pemenuhan oksigen pada kliennya serta mampu
mengatasi berbagai masalah yang terkait dengan pemenuhan kebutuhan tersebut.
Untuk itu,perawat perlu memahami secara mendalam konsep oksigenasi pada
manusia.
1.2 Rumusan
Masalah
1. Apa itu kebutuhan oksigenasi
?
2. Apa sajakah sistem tubuh yang
berperan dalam kebutuhan oksigenasi ?
3. Bagaimana proses oksigenasi ?
4. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi oksigenasi ?
5.
Ada berapa jenis-jenis pernafasan ?
6. Bagaimana
pengukuran fungsi paru ?
7.
Apa sajakah masalah kebutuhan
oksigenasi ?
8.
Bagaimana proses keperawatan pada masalah
kebutuhan oksigenisasi : masalah-masalah pada kebutuhan oksigenisasi, etiologi
(patofisiologi) tiap masalah, pengkajian keperawatan,(anamnesa focus masalah,
pemeriksaan fisik focus masalah, prosedur diagnostic/data penunjang), diagnose
perawatan (DP), perencanaan keperawatan tiap DP?
9.
Bagaimana tindakan
keperawatan tiap DP (latihan nafas, batuk efektif, pemberian oksigen,
fisioterapi dada, penghisapan lender/suctioning), evaluasi keperawatan tiap DP ?
1.3 Tujuan
Makalah
ini di buat dengan tujuan agar
mahasiswa, tenaga kesehatan atau tenaga medis dapat memahami dan
mengaplikasikannya dilapangan khususnya
mengenai kebutuhan oksigenasi.
1.4 Manfaat
Makalah
ini di buat oleh kami agar meminimalisir kesalahan dalam tindakan praktik
keperawatan yang di sebabkan oleh ketidak pahaman dalam kebutuhan oksigenasi dalam
keperawatan sehingga berpengaruh besar terhadap kehidupan klien.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi kebutuhan oksigenasi.
Konsep dasar oksigenasi.
Oksigenasi adalah proses
penambahan O2 ke dalam sistem (kimia atau fisika). Oksigen (O2) merupakan gas
tidak berwarna dan tidak berbau yang sangat dibutuhkan dalam proses metabolism
sel. Sebagai hasilnya,terbentuklah karbon dioksida,energy,dan air. Akan
tetapi,penambahan CO2 yang melebihi batas normal pada tubuh akan memberikan
dampak yang cukup bermakna terhadap aktivitas sel.
Pemenuhan kebutuhan oksigen
adalah bagian dari kebutuhan fisiologis menurut hierarki Maslow. Kebutuhan
oksigen diperlukan untuk proses kehidupan. Oksigen sangat berperan dalam proses
metabolism tubuh. Kebutuhan oksigen dalam tubuh harus terpenuhi karena apabila
kebutuhan oksigen dalam tubuh berkurang maka akan terjadi kerusakan pada
jaringan otak dan apabila hal tersebut berlangsung lama akan terjadi kematian.
Sistem yang berperan dalam proses pemenuhan kebutuhan adalah sistem
pernafasan,persyarafan,dan kardiovaskuler.
Kapasitas (daya muat) udara
dalam paru-paru adalah 4.500-5.000 ml (4,5-51). Udara yang diperoses dalam
paru-paru hanya sekitar 10% (kurang lebih 500 ml),yaitu yang dihirup
(inspirasi) dan yang dihembuskan (ekspirasi) pada pernafasan biasa.
2.2 Sistem
tubuh yang berperan dalam kebutuhan oksigenasi.
Sistem pernapasan manusia memiliki
organ-organ pernapasan yang menunjang proses pernapasan. Organ-organ pernapasan
tersebut memiliki struktur dan fungsi yang berbeda-beda. Organ-organ pernapasan
manusia terdiri atas hidung, faring, laring, trakea, bronkus, dan alveous.
Bagaimanakah struktur dan fungsi dari masing-masing organ pernapasan tersebut yang
berperan dalam proses oksigenasi ? Perhatikan penjelasan berikut.
a. Organ Pernapasan Hidung
Hidung
merupakan alat pernapasan pertama yang dilalui oleh udara. Ujung hidung
ditunjang oleh tulang rawan dan pangkal hidung ditunjang oleh tulang nasalis.
Kedua tulang hidung menghubungkan rongga hidung dengan atmosfer untuk mengambil
udara. Rongga hidung tersusun atas sel-sel epitel berlapis pipih dengan
rambut-rambut kasar. Rambut-rambut kasar tersebut berfungsi menyaring debu-debu
kasar. Rongga hidung tersusun atas sel-sel epitel berlapis semu bersilia yang
memiliki sel goblet. Sel goblet merupakan sel penghasil lendir yang berfungsi
menyaring debu, melekatkan kotoran pada rambut hidung, dan mengatur suhu udara
pernapasan. Sebagai indra pembau, pada atap atau rongga hidung terdapat lobus
olfaktorius yang mengandung sel-sel pembau. Perjalanan udara memasuki paru-paru
dimulai ketika udara melewati lubang hidung. Di lubang hidung, udara disaring
oleh rambut-rambut di lubang hidung. Udara juga menjadi lebih hangat ketika
melewati rongga hidung bagian dalam. Di rongga hidung bagian dalam, terdapat
juga ujung-ujung saraf yang dapat menangkap zat-zat kimia yang terkandung dalam
udara sehingga kita mengenal berbagai macam bau. Ujung-ujung saraf penciuman
tersebut kemudian akan mengirimkan impuls ke otak.
b. Organ Pernapasan Faring.
Setelah
melalui rongga hidung, udara akan melewati faring. Faring adalah percabangan
antara saluran pencernaan (esofagus) dan saluran pernapasan (laring dan trakea)
dengan panjang kurang lebih 12,5–13 cm. Faring terdiri atas tiga bagian, yakni
nasofaring, orofaring, dan laringofaring. Faring merupakan pertemuan antara
saluran pernapasan dan saluran pencernaan. Oleh karena itu, ketika menelan
makanan, suatu katup (epiglotis) akan menutup saluran pernapasan (glotis)
sehingga makanan akan masuk ke saluran pencernaan. Pada percabangan ini,
terdapat klep epiglotis yang mencegah
makanan memasuki trakea.
c. Laring
Setelah
melewati faring, udara akan menuju laring. Laring sering disebut sebagai kotak
suara karena di dalamnya terdapat pita suara. Laring merupakan suatu saluran
yang dikelilingi oleh sembilan tulang rawan. Salah satu dari sembilan tulang
rawan tersebut adalah tulang rawan tiroid yang berbentuk menyerupai perisai.
Pada laki-laki dewasa, tulang rawan tiroid lebih besar daripada wanita sehingga
membentuk apa yang disebut dengan jakun.
d. Organ Pernapasan Trakea.
Dari
faring, udara melewati laring, tempat pita suara berada. Dari laring, udara
memasukitrakea. Trakea disebut juga “pipa angin” atau saluran
udara. Trakea memiliki panjang kurang lebih 11,5 cm dengan diameter 2,4 cm.
Trakea tersusun atas empat lapisan, yaitu lapisan mukosa, lapisan submukosa,
lapisan tulang rawan, dan lapisan adventitia. Lapisan mukosa terdiri atas
sel-sel epitel berlapis semu bersilia yang mengandung sel goblet penghasil lendir
(mucus). Silia dan lendir berfungsi menyaring debu atau kotoran yang masuk.
Lapisan submukosa terdiri atas jaringan ikat. Lapisan tulang rawan terdiri atas
kurang lebih 18 tulang rawan berbentuk huruf C. Lapisan adventitia terdiri atas
jaringan ikat. Dinding trakea dilapisi oleh epitel berlapis banyak palsu
bersilia. Epitel ini menyekresikan lendir di dinding trakea. Lendir ini
berfungsi menahan benda asing yang pada membran sel epitel.
e. Bronkus dan Bronkiolus.
Setelah
melalui trakea, saluran bercabang dua. Kedua cabang tersebut dinamakan bronkus. Setiap bronkus terhubung dengan paru-paru
sebelah kanan dan kiri. Bronkus bercabang-cabang lagi, cabang yang lebih kecil
disebut bronkiolus. Dinding bronkus juga dilapisi lapisan sel
epitel selapis silindris bersilia. Di sekitar alveolus terdapat kapiler-kapiler
pembuluh darah. Dinding kapiler pembuluh darah tersebut sangat berdekatan
dengan alveolus sehingga membentuk membran respirasi yang sangat tipis. Membran
yang tipis ini memungkinkan terjadinya difusi antara udara alveolus dan darah
pada kapiler-kapiler pembuluh darah. Bronkus, bronkious, dan alveolus membentuk
satu struktur yang disebut paru-paru.
Paru-paru
manusia terdiri dari sekitar 300 juta alveoli, yang merupakan kantung berbentuk
cangkir dikelilingi oleh jaringan kapiler. Sel darah merah melewati kapiler
dalam file tunggal, dan oksigen dari setiap alveolus memasuki sel darah merah
dan mengikat hemoglobin. Selain itu, karbon dioksida yang terkandung dalam
plasma dan sel darah merah meninggalkan kapiler dan memasuki alveoli ketika
napas diambil. Kebanyakan karbon dioksida mencapai alveoli sebagai ion
bikarbonat, dan sekitar 25 persen saja terikat longgar pada hemoglobin.
e. Alveolus.
Bronkiolus
bermuara pada alveoli (tunggal: alveolus), struktur berbentuk bola-bola mungil
yang diliputi oleh pembuluh-pembuluh darah. Epitel pipih yang melapisi alveoli
memudahkan darah di dalam kapiler-kapiler darah mengikat oksigen dari udara
dalam rongga alveolus.
Ketika
seseorang menghirup, otot-otot tulang rusuk dan diafragma berkontraksi,
sehingga meningkatkan volume rongga dada. Peningkatan ini menyebabkan penurunan
tekanan udara di rongga dada, dan udara bergegas ke alveoli, memaksa mereka
untuk memperluas dan mengisi. Paru-paru pasif memperoleh udara dari lingkungan
dengan proses ini. Selama pernafasan, otot-otot tulang rusuk dan diafragma
rileks, daerah rongga dada berkurang, dan meningkatkan tekanan udara internal.
Udara yang dikompresi memaksa alveoli untuk menutup, dan udara mengalir keluar.
Aktivitas
saraf yang mengontrol pernapasan muncul dari impuls diangkut oleh serabut saraf
yang lewat ke dalam rongga dada dan berakhir pada otot tulang rusuk dan
diafragma. Dorongan ini diatur oleh jumlah karbon dioksida dalam darah:
tinggi konsentrasi karbon dioksida menyebabkan peningkatan jumlah impuls
saraf dan tingkat pernapasan yang lebih tinggi.
2.3 Proses oksigenasi.
Bernafas/pernafasan merupkan proses pertukaran udara diantara
individu dan lingkungannya dimana O2 yang dihirup (inspirasi) dan CO2 yang
dibuang (ekspirasi).
Proses bernafas terdiri dari 3 bagian, yaitu :
Proses bernafas terdiri dari 3 bagian, yaitu :
1.
Ventilasi yaitu masuk dan keluarnya udara atmosfir dari alveolus ke paru-paru
atau sebaliknya.
Proses keluar masuknya udara
paru-paru tergantung pada perbedaan tekanan antara udara atmosfir dengan
alveoli. Pada inspirasi, dada ,mengembang, diafragma turun dan volume paru
bertambah. Sedangkan ekspirasi merupakan gerakan pasif.
Faktor-faktor
yang mempengaruhi ventilasi :
a. Tekanan udara atmosfir
b. Jalan nafas yang bersih
c. Pengembangan paru yang adekuat
2.
Difusi yaitu pertukaran gas-gas (oksigen dan karbondioksida) antara alveolus
dan kapiler paru-paru.
Proses keluar masuknya udara yaitu dari darah yang bertekanan/konsentrasi lebih besar ke darah dengan tekanan/konsentrasi yang lebih rendah. Karena dinding alveoli sangat tipis dan dikelilingi oleh jaringan pembuluh darah kapiler yang sangat rapat, membran ini kadang disebut membran respirasi.
Proses keluar masuknya udara yaitu dari darah yang bertekanan/konsentrasi lebih besar ke darah dengan tekanan/konsentrasi yang lebih rendah. Karena dinding alveoli sangat tipis dan dikelilingi oleh jaringan pembuluh darah kapiler yang sangat rapat, membran ini kadang disebut membran respirasi.
Perbedaan tekanan pada
gas-gas yang terdapat pada masing-masing sisi membran respirasi sangat
mempengaruhi proses difusi. Secara normal gradien tekanan oksigen antara
alveoli dan darah yang memasuki kapiler pulmonal sekitar 40 mmHg.
Faktor-faktor
yang mempengaruhi difusi :
a. Luas permukaan paru
b. Tebal membran respirasi
c. Jumlah darah
d. Keadaan/jumlah kapiler darah
e. Afinitas
f. Waktu adanya udara di alveoli
b. Tebal membran respirasi
c. Jumlah darah
d. Keadaan/jumlah kapiler darah
e. Afinitas
f. Waktu adanya udara di alveoli
3.
Transpor yaitu pengangkutan oksigen melalui darah ke sel-sel jaringan tubuh dan
sebaliknya karbondioksida dari jaringan tubuh ke kapiler.
Oksigen perlu ditransportasikan dari
paru-paru ke jaringan dan karbondioksida harus ditransportasikan dari jaringan
kembali ke paru-paru. Secara normal 97 % oksigen akan berikatan dengan
hemoglobin di dalam sel darah merah dan dibawa ke jaringan sebagai
oksihemoglobin. Sisanya 3 % ditransportasikan ke dalam cairan plasma dan
sel-sel.
Didalam literature yang lain dikatan bahwa proses
oksigenasi terbagi menjadi 4 bagian :
- Ventilasi :
Proses masuknya udara melalui hidung.
- Difusi :
Proses pertukaran o2 dan co2 menghasilkan o2 yang terjadi di membrane
alveoli kapiler.
- Transfortasi
: Proses penyebaran o2 ke seluruh tubuh.
- Perfusi :
Proses pertukaran o2 dan co2 menghasilkan co2 yang terjadi di kapiler.
2.4
Faktor-faktor yang mempengaruhi oksigenasi.
Kebutuhan tubuh terhadap oksigen tidak
tetap, sewaktu-waktu tubuh memerlukan oksigen yang banyak, oleh karena suatu sebab.
Kebutuhan oksigen dalam tubuh dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya
lingkungan, latihan, emosi, gaya hidup dan status kesehatan.
1.
Lingkungan
Pada lingkungan yang panas tubuh
berespon dengan terjadinya vasodilatasi pembuluh darah perifer, sehingga darah
banyak mengalir ke kulit. Hal tersebut mengakibatkan panas banyak
dikeluarkan melalui kulit. Respon demikian menyebabkan curah jantung meningkat
dan kebutuhan oksigen pun meningkat. Sebaliknya pada lingkungan yang dingin,
pembuluh darah mengalami konstriksi dan penurunan tekanan darah sehingga
menurunkan kerja jantung dan kebutuhan oksigen.
Pengaruh lingkungan terhadap oksigen
juga ditentukan oleh ketinggian tempat. Pada tempat tinggi tekanan barometer
akan turun, sehingga tekana oksigen juga turun. Implikasinya, apabila seseorang
berada pada tempat yang tinggi, misalnya pada ketinggian 3000 meter diatas
permukaan laut, maka tekanan oksigen alveoli berkurang. Ini menindikasikan
kandungan oksigen dalam paru-paru sedikit. Dengan demikian, pada tempat yang
tinggi kandungan oksigennya berkurang. Semakin tinggi suatu tempat maka makin
sedikit kandungan oksigennya, sehingga seseorang yang berada pada tempat yang
tinggi akan mengalami kekurangan oksigen.
Selain itu, kadar oksigen di udara juga
dipengaruhi oleh polusi udara. Udara yang dihirup pada lingkungan yang
mengalami polusi udara, konsentrasi oksigennya rendah. Hal tersebut menyebabkan
kebutuhan oksigen dalam tubuh tidak terpenuhi secara optimal. Respon tubuh
terhadap lingkungan polusi udara diantaranya mata perih, sakit kepala, pusing,
batuk dan merasa tercekik.
2.
Latihan
Latihan
fisik atau peningkatan aktivitas dapat meningkatkan denyut jantung dan
respirasi rate sehingga kebutuhan terhadap oksigen semakin tinggi.
3.
Emosi
Takut, cemas, dan marah akan mempercepat
denyut jantung sehingga kebutuhan oksigen meningkat.
4. Gaya Hidup
Kebiasaan merokok akan memengaruhi
status oksigenasi seseorang sebab merokok dapat memperburuk penyakit arteri
koroner dan pembuluh darah arteri. Nikotin yang terkandung dalam rokok dapat
menyebabkan vasokontriksi pembuluh darah perifer dan pembuluh darah darah
koroner. Akibatnya, suplai darah ke jaringan menurun.
5.
Status Kesehatan
Pada orang sehat, sistem kardiovaskuler
dan sistem respirasi berfungsi dengan baik sehingga dapat memenuhi kebutuhan
oksigen tubuh secara adekuat. Sebaliknya, orang yang mempunyai penyakit jantung
ataupun penyakit pernapasan dapat mengalami kesulitan dalam pemenuhan kebutuhan
oksigen tubuh.
Kebutuhan
tubuh terhadap oksigen tidak tetap, sewaktu-waktu tubuh memerlukan oksigen yang
banyak, oleh karena suatu sebab. Kebutuhan oksigen dalam tubuh dipengaruhi oleh
beberapa faktor, diantaranya lingkungan, latihan, emosi, gaya hidup dan status
kesehatan.
2.5 Jenis
pernafasan.
Berdasarkan organ yang
terlibat dalam peristiwa inspirasi dan ekspirasi, orang sering menyebut
pernapasan dada dan pernapasan perut. Sebenarnya pernapasan dada dan pernapasan
perut terjadi secara bersamaan. Untuk lebih jelasnya perhatikan uraian berikut.
1. Pernapasan
dada
Pernapasan dada adalah pernapasan
yang melibatkan otot antartulang rusuk. Mekanismenya dapat dibedakan sebagai
berikut.
- Fase
inspirasi. Fase ini berupa berkontraksinya otot antartulang rusuk sehingga
rongga dada membesar, akibatnya tekanan dalam rongga dada menjadi lebih
kecil daripada tekanan di luar sehingga udara luar yang kaya oksigen
masuk.
- Fase
ekspirasi. Fase ini merupakan fase relaksasi atau kembalinya otot antara
tulang rusuk ke posisi semula yang dikuti oleh turunnya tulang rusuk
sehingga rongga dada menjadi kecil. Sebagai akibatnya, tekanan di dalam
rongga dada menjadi lebih besar daripada tekanan luar, sehingga udara
dalam rongga dada yang kaya karbon dioksida keluar.
·
Mekanisme inspirasi pernapasan dada sebagai berikut:
Otot antar tulang rusuk (muskulus intercostalis
eksternal) berkontraksi –> tulang rusuk terangkat (posisi datar) –>
Paru-paru mengembang –> tekanan udara dalam paru-paru menjadi lebih kecil
dibandingkan tekanan udara luar –> udara luar masuk ke paru-paru.
·
Mekanisme ekspirasi pernapasan dada adalah sebagai berikut:
Otot antar tulang rusuk relaksasi
–> tulang rusuk menurun –> paru-paru menyusut –> tekanan udara dalam
paru-paru lebih besar dibandingkan dengan tekanan udara luar –> udara keluar
dari paru-paru.
2. Pernapasan perut
Pernapasan perut adalah pernapasan
yang melibatkan otot diafragma. Mekanismenya dapat dibedakan sebagai berikut.
- Fase
inspirasi. Fase ini berupa berkontraksinya otot diafragma sehingga rongga
dada membesar, akibatnya tekanan dalam rongga dada menjadi lebih kecil
daripada tekanan di luar sehingga udara luar yang kaya oksigen masuk.
- Fase
ekspirasi. Fase ini merupakan fase relaksasi atau kembalinya otot diaframa
ke posisi semula yang dikuti oleh turunnya tulang rusuk sehingga rongga
dada menjadi kecil. Sebagai akibatnya, tekanan di dalam rongga dada
menjadi lebih besar daripada tekanan luar, sehingga udara dalam rongga
dada yang kaya karbon dioksida keluar.
·
Mekanisme inspirasi pernapasan perut sebagai berikut:
sekat rongga dada (diafraghma) berkontraksi –> posisi
dari melengkung menjadi mendatar –> paru-paru mengembang –> tekanan udara
dalam paru-paru lebih kecil dibandingkan tekanan udara luar –> udara masuk
·
Mekanisme ekspirasi pernapasan perut sebagai berikut:
otot diafraghma relaksasi –> posisi dari mendatar kembali
melengkung –> paru-paru mengempis –> tekanan udara di paru-paru lebih
besas dibandingkan tekanan udara luar –> udara keluar dari paru-paru.
2.6
Pengukuran fungsi paru.
Tes fungsi paru (PFTs)
– seperti namanya – tes yang dirancang untuk mengukur dan menilai fungsi
paru-paru. PFTs awalnya alat-alat penelitian, yang tersedia hanya di
pusat-pusat rumah sakit pendidikan. Sekarang alat-alat ini tersedia secara luas
dan seringkali digunakan karena manfaatnya dalam diagnosis dan pengobatan asma.
Perlu diingat ketika Anda membaca hasil pemeriksaan pada tes PFT bahwa kelainan
fungsi paru yang terlihat pada asma aktif adalah reversibel.
Istilah PFTs digunakan
untuk menggambarkan secara kolektif beberapa tes khusus yang berbeda dari
fungsi paru-paru. Spirometri adalah PFTs yang paling berguna ketika digunakan
dalam diagnosis dan pengobatan asma. Spirometri, pada gilirannya, termasuk dua
subtes yang penting. Yang pertama disebut arus puncak ekspirasi yang disebut
PEF. Yang kedua yaitu FEV1, volume ekspirasi paksaan dalam 1 detik. Pengukuran
PEF dan FEV1 merupakan bagian atau subtes dari PFTs spirometri. Ketersediaan
alat murah, sangat portabel, dan monitor arus puncaknya di rumah setiap hari
untuk memantau aktivitas asma. Pengukuran FEV1, di sisi lain, memerlukan
penggunaan spirometer, yang lebih mahal, memerlukan perawatan khusus, dan belum
saat ini disarankan untuk digunakan di rumah. Pemantauan PEF sendiri memberikan
penderita asma pengetahuan mengenai kondisinya dan mengizinkan penilaiian
terhadap pengendali asma. Kedua PEF dan FEV1 memainkan peranan sangat penting
pada Program Nasional Pendidikan dan Pencegahan Asma (NAEPP), mulai dari
diagnosis asma, klasifikasi, dan panduan pengobatan.
Untuk melakukan
spirometri dan PEF, pasien pertama diminta untuk menarik napas dalam. Kemudian,
dihembuskan napas tunggal terbesar dengan kuat dan cepat ke mulut yang
dihubungkan ke spirometer atau peak flow meter. Manuver ini diulang beberapa
kali selama tes untuk memastikan nilai-nilai yang akurat dan reprodusibel.
Spirometer mengukur volume paru-paru saat pengeluaran napas, serta aliran udara
melalui mulut selama waktu ekshalasi berlangsung. Hasil pengukuran spirometri
dicatat oleh spirometer, dicetak dan digambarkan untuk review dan referensi di
masa mendatang. Setiap hasil pengukuran pasien dibandingkan dengan nilai
prediksi. Nilai prediksi tes fungsi paru didasarkan pada tiga variabel : umur,
tinggi badan, dan jenis kelamin. Nilai prediksi berbeda untuk seorang pria
berusia 21 tahun, tinggi 182,88 cm dari wanita, berusia 64 tahun dengan tinggi
152,40 cm. Ini berarti bahwa nilai PEF (dan FEV1) yang dianggap dalam batas
normal bagi wanita tua, pendek, penderita asma diatas, akan rendah abnormal
jika diberlakukan untuk laki-laki tinggi, remaja, penderita asma, meskipun
mereka berdua sama-sama penderita asma.
Karena asma
dikarakteristikkan sebagai penyakit mengosongkan paru, dengan waktu ekshalasi
memanjang abnormal pada gejala asma. Siapa pun dengan asma aktif yang mencoba
untuk meniup semua lilin pada kue ulang tahun dengan satu hembusan udara yang
kuat mengetahui akan terjadi gangguan pengosongan paru secara langsung!
Tergantung pada derajat asma dan faktor lainnya, seperti berapa besar
penyempitan saluran napas, atau bronkospasme, jika ada, ekshalasi penuh selama
pemeriksaan spirometri mungkin berlangsung selama 14 detik sedangkan normal, 5
sampai 6 detik. Nilai FEV, dan PEF mencerminkan efisiensi dan status
mengosongkan paru, dan dengan demikian memberikan informasi tentang bagaimana
fungsi paru seorang penderita asma dipengaruhi oleh kondisinya.
FEV1 mengukur jumlah
(volume) udara yang dihembuskan pada detik pertama dari ekshalasi paksaan
selama pemeriksaan spirometri seperti Anda menghembuskan napas keluar sekuat
dan secepat yang Anda bisa setelah Anda menarik napas dalam. Ketika gejala asma
sangat tidak terkendali, diperlukan waktu lebih lama dari yang diperkirakan
untuk paru-paru menjadi kosong sepenuhnya. Karena waktu ekshalasi total
memanjang pada gejala asma dan asma yang tidak terkendali dengan adekuat, maka
jumlah (volume) udara yang dihembuskan selama detik pertama ekshalasi itu lebih
rendah dari yang diperkirakan. Penurunan FEV1 terjadi pada gejala asma atau
asma yang tidak terkendali. Dengan pengobatan, pengosongan paru lebih efisien,
dan nilai FEV kembali ke batas normal. Ketika dicurigai terdapatnya gejala
asma, pemeriksaan spirometri dilakukan sebelum dan setelah inhalasi obat
bronkodilator aksi pendek untuk mencapai keadaan FEV1 yang normal, fenomena ini
disebut reversibilitas. Pedoman paling up-to-date dari EPR ketiga (Laporan
Panel Ahli) dari Institut Nasional Jantung, Paru, dan Darah mendefinisikan
peningkatan 12% atau lebih dari acuan FEV1 pada spirometri setelah penggunaan
bronkodilator merupakan respon yang signifikan.
Ketika asma dalam
kondisi aktif atau dalam keadaan eksaserbasi asma akan memperpanjang ekshalasi,
aliran udara melalui saluran udara yang menyempit menjadi berkurang.
Pemeriksaan spirometri pada penderita asma aktif juga menunjukkan berkurangnya
laju arus udara. Arus puncak merupakan nilai tunggal tertinggi dari pengukuran
arus yang terjadi saat paru mulai mengosong.
Arus puncak
mencerminkan aliran udara melalui saluran yang lebih bedar, yang disebut
saluran napas penghantar pada asma. Arus puncak biasanya melacak aktivitas
asma. Pemantauan arus puncak di rumah memungkinkan untuk perbandingan prediksi
PEF seseoran, dengan hasil pengukuran terbaik personal yang aktual tersebut
diperoleh saat asma terkendali dengan baik. Pemantauan PEF di rumah,
selanjutnya dapat membantu mengidentifikasi bahkan untuk eksaserbasi ringan
sekalipun dan memandu penyesuaian naik atau turun pengobatan, tergantung pada
bagaimana nilai PEF berfluktuasi dari pengukuran terbaik personal. Hasil
pengukuran PEF yang dilakukan sendiri dari waktu ke waktu merupakan komponen
dari rencana tindakan asma.
Peak flow meter adalah
perangkat yang mudah digunakan, dirancang untuk membantu Anda menilai tingkat
pengendalian asma Anda. Orang yang menderita asma persisten sedang atau berat,
orang dengan riwayat eksaserbasi berat, dan orang-orang yang mengalami
kesulitan memahami ketika asma mereka memburuk, yang paling mungkin merasakan
manfaat dari pemantauan arus puncak sendiri ini. Pemantauan jangka panjang,
pengukuran arus puncak setiap hari dapat mendeteksi perubahan awal pada
pengendali asma yang memerlukan penyesuaian dalam pengobatan dan membantu
mengukur respon terhadap perubahan pengobatan tersebut. Pemantauan asma sendiri
seharusnya tidak mengganggu. Sebaliknya, pemantauan arus puncak sehari-hari di
rumah telah terbukti dapat meningkatkan pengendalian asma, mengurangi
eksaserbasi, dan menurunkan ketidakhadiran di sekolah dan tempat kerja.
Menggunakan pemantauan arus puncak juga dapat meningkatkan kepercayaan diri
Anda karena membantu Anda mempelajari bagaimana mengoptimalkan pengendalian
asma dan mencapaipengendalian asma yang lebih baik. Sebagian besar anak dapat
secara akurat mengukur arus puncak mereka di bawah bimbingan orang dewasa
mulai dari usia sekitar 6 tahun. Pemantauan arus puncak juga memungkinkan untuk
membuat keputusan yang objektif untuk memodifikasi rejimen asma Anda
berdasarkan informasi yang terdapat dalam rencana tindakan asma tertulis yang
telah disediakan dokter Anda.
Jika dokter Anda
memberi resep untuk pemantauan arus puncak di rumah, Anda akan diminta untuk
menentukan nilai terbaik personal berdasarkan pengukuran yang diperoleh saat
Anda dalam keadaan baik dan bebas gejala. Rencana tindakan asma memberikan
petunjuk tentang apa obat asma yang diambil sebagai nilai arus puncak, termasuk
dalam salah satu dari tiga zona berlabel hijau, kuning, atau merah. Zona hijau
meliputi pengukuran arus puncak dalam kisaran 80 – 100% dari personal terbaik
Anda. Kuning berhubungan dengan pengukuran arus puncak dalam kisaran 60 – 80%
dari nilai personal terbaik. Zona merah meliputi semua nilai arus puncak di
bawah 60% dari yang terbaik. Pengukuran arus puncak di zona merah menunjukkan
bahwa asma Anda sangat tidak terkendali, dan Anda perlu menghubungi dokter
Anda, lanjutkan ke ruang emergensi, atau keduanya.
2.7 Masalah
kebutuhan oksigen.
Masalah kebutuhan oksigen mengacu pada
frekuensi,volume,irama,dan usaha pernapasan.pola napas yang normal ditandai
dengan pernapasan yang tenang,berirama,tanpa usaha. Perubahan pola napas yng
sering terjadi sebagai berikut :
a. Hipoksia
Hipoksia merupakan kondisi tidak tercukupinya
pemenuhan kebutuhanoksigen dalam tubuh akibat defisiensi oksigen atau
peningkatan penggunaan oksigen di sel, sehingga dapat memunculkan tanda
sepertikulit kebiruan (sianosis).
b. Perubahan
Pola Pernapasan
1. Takipnea,
merupakan pernapasan dengan frekuensi lebih dari 24kali per menit. Proses ini
terjadi karena paru-paru dalam keadaanatelektaksis atau terjadi emboli.
2.
Bradipnea, merupakan pola pernapasan yang lambat abnormal, ±10 kali per menit.
Pola ini dapat ditemukan dalam keadaan peningkatan tekanan intracranial
yang di sertai narkotik atausedatif.
3.
Hiperventilasi, merupakan cara tubuh mengompensasimetabolisme tubuh yang
melampau tinggi dengan pernapasan lebihcepat dan dalam, sehingga terjadi
peningkatan jumlah oksigendalam paru-paru. Proses ini di tandai adanya
peningkatan denyutnadi, napas pendek, adanya nyeri dada, menurunnya konsentrasiCO2 dan lain-lain.
4. Kussmaul,
merupaka pola pernapasan cepat dan dangkal yangdapat ditemukan pada orang dalam
keadaan asidosis metabolic
5. Hipoventilasi,
merupakan upaya tubuh untuk mengeluarkankarbondioksida dengan cukup pada saat
ventilasi alveolar, sertatidak cukupnya jumlah udara yang memasuki alveoli
dalam penggunaan oksigen.
6. Dispnea,
merupakan sesak dan berat saat pernapasan. Hal ini dapatdisebabkan
oleh perubahan kadar gas dalam darah/jaringan, kerja berat/berlebuhan, dan pengaruh psikis.
7. Ortopnea,
merupakan kesulitan bernapas kecuali pada posisi duduk atau berdiri dan
pola ini sering ditemukan pada seseorang yangmengalami kongesif paru-paru.
8. Cheyne
stokes, merupakan siklus pernapasan yang amplitudonyamula-mula nik kemudian
menurun dan berhenti, lalu pernapasandimulai lagi dari siklus baru. Periode
apnea berulang secara teratur.
9.
Pernapasan paradoksial, merupakan pernapasan dimana dinding paru-paru
bergerak berlawanan arah dari keadaan normal. Sering ditemukan pada
keadaan atelektasis.
10. Biot,
merupakan pernapasan dengan irama yang mirip dengancheyne stokes, akan tetapi
amplitudonya tidak teratur.
11. Stridor,
merupakan pernapasan bising yang terjadi karena penyempitan pada saluran
pernapasan. Pada umumnya ditmukan pada kasus spasme trachea
atau obstruksi laring
c. Obstruksi jalan napas
Obstruksi jalan napas merupakan
suatu kondisi pada induvidudengan pernapasan yang mengalami ancaman, terkait
denganketidakmampuan batuk secara efektif. Hal ini dpat disebabkan olehsecret
yang kental atau berlebihan akibat penyakit infeksi;immobilisasi; statis
skreasi; serta batuk tidak efektif karena penyakit persarafan seperti
cerebro vascular accident (CVA), akibat efek pengobatan sedative, dan lain-lain.Tanda klinis
1)Batuk
tidak efektif atau todak ada
2)Tidak
mampu mengelurakan secret di jalan napas
3)Suara
napas menunjukkan adanya sumbatan
4)Jumlah,
irama, dan kedalaman pernapasan tidak normal
d.
Pertukaran gas
Pertukaran gas merupakan suatu kondisi pada individu
yangmengalami penurunan gas, baik oksigen maupun karbondioksida,
antar alveoli paru-paru dan system vascular. Hal ini dapat disebabkan
olehsecret yang kental atau immobilisasi akibat system saraf; depresisusunan
saraf pusat; atau penyakit radang pada paru-paru. Terjadinyagangguan dalam
pertukaran gas ini menunjukkan bahwa penurunankapasitas
difusi dapat menyebabkan pengangkutan O2 dari paru-paruke jaringan
terganggu, anemia dengan segala macam bentuknya,keracunan CO2, dan terganggunya
aliran darah. Penurunan kapasitasdifusi tersebut antara lain disebabkan oleh
menurunnya luas permukaan difusi, menebalnya membrane alveolar kapiler,
dan rasioventilasi perfusi yang itdak baik.Tanda
klinis :
1. Dispea
pada usaha napas
2. Napas
dengan bibir pada fase ekspirasi yang panjang
3. Agistasi
4. Lelah,
alergi
5.
Meningkatnya tahanan vascular paru-paru
6.
Menurunnya saturasi oksigen dan meningkatnya PaCO2
7. Sianosis
2.8 Proses
keperawatan pada masalah kebutuhan oksigenisasi.
1.
PENGKAJIAN KEPERAWATAN
Secara
umum pengkajian dimulai dengan mengumpulkan data tentang :
1.
Biodata pasien (umur, sex,
pekerjaan, pendidikan).
Umur pasien bisa
menunjukkan tahap perkembangan pasien baik secara fisik maupun psikologis,
jenis kelamin dan pekerjaan perlu dikaji untuk mengetahui hubungan dan
pengaruhnya terhadap terjadinya masalah/penyakit, dan tingkat pendidikan dapat
berpengaruh terhadap pengetahuan klien tentang masalahnya/penyakitnya.
2. Keluhan utama dan riwayat keluhan utama (PQRST)
Keluhan utama adalah keluhan yang paling dirasakan mengganggu oleh klien pada saat perawat mengkaji, dan pengkajian tentang riwayat keluhan utama seharusnya mengandung unsur PQRST (Paliatif/Provokatif, Quality, Regio, Skala, dan Time)
3. Riwayat perkembangan
a. Neonatus : 30 – 60 x/mnt
b. Bayi : 44 x/mnt
c. Anak : 20 – 25 x/mnt
d. Dewasa : 15 – 20 x/mnt
e. Dewasa tua : volume residu meningkat, kapasitas vital menurun
4. Riwayat kesehatan keluarga
Dalam hal ini perlu dikaji apakah ada anggota keluarga yang mengalami masalah / penyakit yang sama.
5. Riwayat sosial
Perlu dikaji kebiasaan-kebiasaan klien dan keluarganya, misalnya : merokok, pekerjaan, rekreasi, keadaan lingkungan, faktor-faktor alergen dll.
6. Riwayat psikologis
Disini perawat perlu mengetahui tentang :
a. Perilaku / tanggapan klien terhadap masalahnya/penyakitnya
b. Pengaruh sakit terhadap cara hidup
c. Perasaan klien terhadap sakit dan therapi
d. Perilaku / tanggapan keluarga terhadap masalah/penyakit dan therapi
7. Riwayat spiritual
8. Pemeriksaan fisik
a. Hidung dan sinus
Inspeksi : cuping hidung, deviasi septum, perforasi, mukosa (warna, bengkak, eksudat, darah), kesimetrisan hidung.
Palpasi : sinus frontalis, sinus maksilaris
b. Faring
Inspeksi : warna, simetris, eksudat ulserasi, bengkak
c. Trakhea
Palpasi : dengan cara berdiri disamping kanan pasien, letakkan jari tengah pada bagian bawah trakhea dan raba trakhea ke atas, ke bawah dan ke samping sehingga kedudukan trakhea dapat diketahui.
d. Thoraks
Inspeksi :
• Postur, bervariasi misalnya pasien dengan masalah pernapasan kronis klavikulanya menjadi elevasi ke atas.
• Bentuk dada, pada bayi berbeda dengan orang dewasa. Dada bayi berbentuk bulat/melingkar dengan diameter antero-posterior sama dengan diameter tranversal (1 : 1). Pada orang dewasa perbandingan diameter antero-posterior dan tranversal adalah 1 : 2
Beberapa kelainan bentuk dada diantaranya : Pigeon chest yaitu bentuk dada yang ditandai dengan diameter tranversal sempit, diameter antero-posterior membesar dan sternum sangat menonjol ke depan. Funnel chest merupakan kelainan bawaan dengan ciri-ciri berlawanan dengan pigeon chest, yaitu sternum menyempit ke dalam dan diameter antero-posterior mengecil. Barrel chest ditandai dengan diameter antero-posterior dan tranversal sama atau perbandingannya 1 : 1.
Kelainan tulang belakang diantaranya : Kiposis atau bungkuk dimana punggung melengkung/cembung ke belakang. Lordosis yaitu dada membusung ke depan atau punggung berbentuk cekung. Skoliosis yaitu tergeliatnya tulang belakang ke salah satu sisi.
• Pola napas, dalam hal ini perlu dikaji kecepatan/frekuensi pernapasan apakah pernapasan klien eupnea yaitu pernapasan normal dimana kecepatan 16 – 24 x/mnt, klien tenang, diam dan tidak butuh tenaga untuk melakukannya, atau tachipnea yaitu pernapasan yang cepat, frekuensinya lebih dari 24 x/mnt, atau bradipnea yaitu pernapasan yang lambat, frekuensinya kurang dari 16 x/mnt, ataukah apnea yaitu keadaan terhentinya pernapasan.
Perlu juga dikaji volume pernapasan apakah hiperventilasi yaitu bertambahnya jumlah udara dalam paru-paru yang ditandai dengan pernapasan yang dalam dan panjang ataukah hipoventilasi yaitu berkurangnya udara dalam paru-paru yang ditandai dengan pernapasan yang lambat.
Perlu juga dikaji sifat pernapasan apakah klien menggunakan pernapasan dada yaitu pernapasan yang ditandai dengan pengembangan dada, ataukah pernapasan perut yaitu pernapasan yang ditandai dengan pengembangan perut.
Perlu juga dikaji ritme/irama pernapasan yang secara normal adalah reguler atau irreguler, ataukah klien mengalami pernapasan cheyne stokes yaitu pernapasan yang cepat kemudian menjadi lambat dan kadang diselingi apnea, atau pernapasan kusmaul yaitu pernapasan yang cepat dan dalam, atau pernapasan biot yaitu pernapasan yang ritme maupun amplitodunya tidak teratur dan diselingi periode apnea.
Perlu juga dikaji kesulitan bernapas klien, apakah dispnea yaitu sesak napas yang menetap dan kebutuhan oksigen tidak terpenuhi, ataukah ortopnea yaitu kemampuan bernapas hanya bila dalam posisi duduk atau berdiri.
Perlu juga dikaji bunyi napas, dalam hal ini perlu dikaji adanya stertor/mendengkur yang terjadi karena adanya obstruksi jalan napas bagian atas, atau stidor yaitu bunyi yang kering dan nyaring dan didengar saat inspirasi, atau wheezing yaitu bunyi napas seperti orang bersiul, atau rales yaitu bunyi yang mendesak atau bergelembung dan didengar saat inspirasi, ataukah ronchi yaitu bunyi napas yang kasar dan kering serta di dengar saat ekspirasi.
Perlu juga dikaji batuk dan sekresinya, apakah klien mengalami batuk produktif yaitu batuk yang diikuti oleh sekresi, atau batuk non produktif yaitu batuk kering dan keras tanpa sekresi, ataukah hemoptue yaitu batuk yang mengeluarkan darah
• Status sirkulasi, dalam hal ini perlu dikaji heart rate/denyut nadi apakah takhikardi yaitu denyut nadi lebih dari 100 x/mnt, ataukah bradikhardi yaitu denyut nadi kurang dari 60 x/mnt.
Juga perlu dikaji tekanan darah apakah hipertensi yaitu tekanan darah arteri yang tinggi, ataukah hipotensi yaitu tekanan darah arteri yang rendah.
Juga perlu dikaji tentang oksigenasi pasien apakah terjadi anoxia yaitu suatu keadaan dengan jumlah oksigen dalam jaringan kurang, atau hipoxemia yaitu suatu keadaan dengan jumlah oksigen dalam darah kurang, atau hipoxia yaitu berkurangnya persediaan oksigen dalam jaringan akibat kelainan internal atau eksternal, atau cianosis yaitu warna kebiru-biruan pada mukosa membran, kuku atau kulit akibat deoksigenasi yang berlebihan dari Hb, ataukah clubbing finger yaitu membesarnya jari-jari tangan akibat kekurangan oksigen dalam waktu yang lama.
Palpasi :
Untuk mengkaji keadaan kulit pada dinding dada, nyeri tekan, massa, peradangan, kesimetrisan ekspansi dan taktil vremitus.
Taktil vremitus adalah vibrasi yang dapat dihantarkan melalui sistem bronkhopulmonal selama seseorang berbicara. Normalnya getaran lebih terasa pada apeks paru dan dinding dada kanan karena bronkhus kanan lebih besar. Pada pria lebih mudah terasa karena suara pria besar
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan yang lazim terjadi pada pasien dengan gangguan pemenuhan kebutuhan oksigenasi diantaranya adalah :
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif
2. Pola napas tidak efektif
3. Gangguan pertukaran gas
4. Penurunan kardiak output
5. Rasa berduka
6. Koping tidak efektif
7. Perubahan rasa nyaman
8. Potensial/resiko infeksi
9. Interaksi sosial terganggu
10. Intoleransi aktifitas, dll sesuai respon klien
Diagnosa keperawatan yang lazim terjadi pada pasien dengan gangguan pemenuhan kebutuhan oksigenasi diantaranya adalah :
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif
2. Pola napas tidak efektif
3. Gangguan pertukaran gas
4. Penurunan kardiak output
5. Rasa berduka
6. Koping tidak efektif
7. Perubahan rasa nyaman
8. Potensial/resiko infeksi
9. Interaksi sosial terganggu
10. Intoleransi aktifitas, dll sesuai respon klien
1. Bersihan jalan napas
tidak efektif
Yaitu tertumpuknya sekresi atau adanya obstruksi pada saluran napas.
Tanda-tandanya :
• Bunyi napas yang abnormal
• Batuk produktif atau non produktif
• Cianosis
• Dispnea
• Perubahan kecepatan dan kedalaman pernapasan
Kemungkinan faktor penyebab :
• Sekresi yang kental atau benda asing yang menyebabkan obstruksi
• Kecelakaan atau trauma (trakheostomi)
• Nyeri abdomen atau nyeri dada yang mengurangi pergerakan dada
• Obat-obat yang menekan refleks batuk dan pusat pernapasan
• Hilangnya kesadaran akibat anasthesi
• Hidrasi yang tidak adekuat, pembentukan sekresi yang kental dan sulit untuk di expektoran
• Immobilisasi
• Penyakit paru menahun yang memudahkan penumpukan sekresi
Yaitu tertumpuknya sekresi atau adanya obstruksi pada saluran napas.
Tanda-tandanya :
• Bunyi napas yang abnormal
• Batuk produktif atau non produktif
• Cianosis
• Dispnea
• Perubahan kecepatan dan kedalaman pernapasan
Kemungkinan faktor penyebab :
• Sekresi yang kental atau benda asing yang menyebabkan obstruksi
• Kecelakaan atau trauma (trakheostomi)
• Nyeri abdomen atau nyeri dada yang mengurangi pergerakan dada
• Obat-obat yang menekan refleks batuk dan pusat pernapasan
• Hilangnya kesadaran akibat anasthesi
• Hidrasi yang tidak adekuat, pembentukan sekresi yang kental dan sulit untuk di expektoran
• Immobilisasi
• Penyakit paru menahun yang memudahkan penumpukan sekresi
2. Pola napas tidak
efektif
Yaitu respon pasien terhadap respirasi dengan jumlah suplay O2 kejaringan tidak adekuat
Tanda-tandanya :
• Dispnea
• Peningkatan kecepatan pernapasan
• Napas dangkal atau lambat
• Retraksi dada
• Pembesaran jari (clubbing finger)
• Pernapasan melalui mulut
• Penambahan diameter antero-posterior
• Cianosis, flail chest, ortopnea
• Vomitus
• Ekspansi paru tidak simetris
Yaitu respon pasien terhadap respirasi dengan jumlah suplay O2 kejaringan tidak adekuat
Tanda-tandanya :
• Dispnea
• Peningkatan kecepatan pernapasan
• Napas dangkal atau lambat
• Retraksi dada
• Pembesaran jari (clubbing finger)
• Pernapasan melalui mulut
• Penambahan diameter antero-posterior
• Cianosis, flail chest, ortopnea
• Vomitus
• Ekspansi paru tidak simetris
Kemungkinan faktor penyebab
:
• Tidak adekuatnya pengembangan paru akibat immobilisasi, obesitas, nyeri
• Gangguan neuromuskuler seperti : tetraplegia, trauma kepala, keracunan obat anasthesi
• Gangguan muskuloskeletal seperti : fraktur dada, trauma yang menyebabkan kolaps paru
• CPPO seperti : empisema, obstruksi bronchial, distensi alveoli
• Hipoventilasi akibat kecemasan yang tinggi
• Obstruksi jalan napas seperti : infeksi akut atau alergi yang menyebabkan spasme bronchial atau oedema
• Penimbunan CO2 akibat penyakit paru
• Tidak adekuatnya pengembangan paru akibat immobilisasi, obesitas, nyeri
• Gangguan neuromuskuler seperti : tetraplegia, trauma kepala, keracunan obat anasthesi
• Gangguan muskuloskeletal seperti : fraktur dada, trauma yang menyebabkan kolaps paru
• CPPO seperti : empisema, obstruksi bronchial, distensi alveoli
• Hipoventilasi akibat kecemasan yang tinggi
• Obstruksi jalan napas seperti : infeksi akut atau alergi yang menyebabkan spasme bronchial atau oedema
• Penimbunan CO2 akibat penyakit paru
3. Gangguan pertukaran
gas
Yaitu perubahan asam basa darah sehingga terjadi asidosis respiratori dan alkalosis respiratori.
Yaitu perubahan asam basa darah sehingga terjadi asidosis respiratori dan alkalosis respiratori.
4. Penurunan kardiak
output
Tanda-tandanya :
• Kardiak aritmia
• Tekanan darah bervariasi
• Takikhardia atau bradikhardia
• Cianosis atau pucat
• Kelemahan, vatigue
• Distensi vena jugularis
• Output urine berkurang
• Oedema
• Masalah pernapasan (ortopnea, dispnea, napas pendek, rales dan batuk)
Tanda-tandanya :
• Kardiak aritmia
• Tekanan darah bervariasi
• Takikhardia atau bradikhardia
• Cianosis atau pucat
• Kelemahan, vatigue
• Distensi vena jugularis
• Output urine berkurang
• Oedema
• Masalah pernapasan (ortopnea, dispnea, napas pendek, rales dan batuk)
Kemungkinan penyebab :
• Disfungsi kardiak output akibat penyakit arteri koroner, penyakit jantung
• Berkurangnya volume darah akibat perdarahan, dehidrasi, reaksi alergi dan reaksi kegagalan jantung
• Cardiak arrest akibat gangguan elektrolit
• Ketidakseimbangan elektrolit seperti kelebihan potassiom dalam darah
• Disfungsi kardiak output akibat penyakit arteri koroner, penyakit jantung
• Berkurangnya volume darah akibat perdarahan, dehidrasi, reaksi alergi dan reaksi kegagalan jantung
• Cardiak arrest akibat gangguan elektrolit
• Ketidakseimbangan elektrolit seperti kelebihan potassiom dalam darah
2.9
Tindakan keperawatan.
1. Latihan
Napas
Latihan
napas merupakan cara bernapas untuk memperbaiki ventilasi alveoli
atau memelihara petukaran gas, mencegah atelektaksis , meningkatan efisiensi
batuk, dan dapat digunakan untuk mengurangi stres.
Prosedur
Kerja :
1). Cuci
tangan
2). Jelaskan
prosedur yang akan dilakukan
3). Atur
posisi ( duduk atau tidur terlentang )
4). Anjurkan
untuk mulai latihan dengan cara menarik napas dahulu melalui hidung dengan
mulut tertutup.
5). Kemudian
anjurkan untuk menahan napas selama 1 -1,5 detik dan di susun dengan
menghembuskan napas melalui bibir dengan bentuk mulut mecucu atau seperti orang
meniup.
6). Catat
respons yang terjadi
7). Cuci
tangan
2. Latihan
Batuk Efektif
Latihan
batuk efektif merupakan cara untuk melatih pasien yang tidak memiliki kemampuan
batuk secara efektif dengan tujuan membersihkan laring , trakea, dan bronkiolus
dari sekret atau benda asing di jalan napas.
Prosedur
kerja :
1). Cuci
tangan
2). Jelaskan
prosedur yang akan dilakukan
3). Atur
posisi pasien dengan duduk di tepi tempat tidur membungkuk ke depan
4). Anjurkan
untuk menarik napas secara pelan dan dalam dengan menggunakan pernapasan
diafragma.
5). Setelah
itu tahan napas kurang lebih 2 detik
6). Batukkan
2 kali dengan mulut terbuka
7).
Tarik napas dengan ringan
8). Istirahat
9). Catat respons yang terjadi
10). Cuci
tangan.
3. Pemberian
oksigen
Pemberian
oksigen merupakan tindakan keperawatan dengan cara memberikan oksigen kedalam
paru melalui saluran pernapasan dengan menggunakan alat bantu oksigen.Pemberian
oksigen pada pasien dapat melalui tiga cara yaitu melalui kanul , nasal, dan
masker dengan tujuan memenuhi kebutuhan oksigen oksigen dan mencegah terjadinya
hipoksia.
Alat
dan Bahan :
a) Tabung
oksigen lengkap dengan flowmeterdan humidifier
b) Nasal
kateter , kanula atau masker
c) Vaselin/
lubrikan atau pelumas (jelly)
Prosedur
kerja:
1. Cuci
tangan
2. Jelaskan
prosedur yang akan dilakukan
3. Cek
flowmeter dan humidifier
4. Hidupkan
tabung oksigen
5. Atur
posisi pasien semifowler atau sesuai dengan kondisi pasien
6. Berikan
oksigen melalui kanula atau masker
7. Apabila
menggunakan kateter, ukur dulu jarak hidung dengan telinga , setelah itu beri
lubrikan dan masukkan .
8. Catat
pemberian dan lakukan observasi.
9. Cuci
tangan.
4. Fisioterapi
Dada
Fisioterapi
dada merupakan tindakan keperawatan dengan melakukan postural drainage ,
clapping dan vibrating pada pasien dengan gangguan sisitem permapasan dengan
tujuan meningkatkan efisiensi pola pernapasan dan membersihkan jalan napas.
Alat
dan Bahan
1. Pot
sputum berisi desinfektan
2. Kertas
tisu
3. 2
balok tempat tidur ( untuk postural drainage )
4. 1
bantal ( untuk postural drainage )
Prosedur
kerja:
Postural
drainage
1. Cuci
tangan
2. Jelaskan
prosedur yang di lakukan
3. Miringkan
ke kiri (untuk membersihkan bagian paru kanan )
4. Miringkan
ke kanan ( untuk membersihkan bagian paru kiri )
5. Ke
kiri dan tubuh bagian belakang kanann disokong dengan satu bantal ( untuk
membersihkan bagian lobus tengah )
6. Lakukan
postural drainage kurang lebih 10 – 15 menit
7. Observasi
tanda vital selama prosedur
8. Setelah
pelaksanaan postural drainage dilakukan clopping , vibrating , dan suction.
9. Lakukan
hingga lendir bersih.
Clapping
1. Cuci
tangan.
2. Jelaskan
prosedur yang akan dilaksanakan.
3. Atur
posisi pasien sesuai dengan kondisi.
4. Lakukan clapping dengan
cara kedua tangan perawat menepuk punggung pasien secara bergantian hingga ada
rangsangan batuk.
5. Bila
pasien sudah batuk, berhenti sebentar dan anjurkan untuk menampung pada pot
sputum.
6. Lakukan
hingga lendir bersih.
7. Catat
respons yang terjadi.
8. Cuci
tangan
Vibrating
1. Cuci
tangan.
2. Jelaskan
prosedur yang akan dilaksanakan.
3. Atur
posisi pasien sesuai dengan kondisi.
4. Lakukan vibrating dengan
cara anjurkan pasien untuk menarik napas dalam dan minta pasien untuk
mengeluarkan napas perlahan-lahan.
Kedua
tangan perawat diletakkan diatas bagian samping depan dari cekungan iga
kemudian getarkan secara berlahan-lahan dan lakukan berkali-kali hingga pasien
ingin membatukkan.
5. Bila
pasien sudah batuk, berhenti sebentar dan anjurkan untuk menampung pada pot
sputum.
6. Lakukan
hingga lendir bersih.
7. Catat
respons yang terjadi.
8. Cuci
tangan.
5. Penghisapan
Lendir
Penghisapan
lendir (suction) merupakan tindakan keperawatan yang dilakukan pada pasien yang
tidak mampu mengeluarkan sekret atau lendir secara sendiri dengan melakukan
penghisapan (suction) untuk membersihkan jalan napas dan memenuhi kebutuhan
oksigenesi.
Alat
dan Bahan :
1. Alat
penghisap lendir dengan botol berisi larutan desinfektan.
2. Kateter
penghisap lendir.
3. Pinset
steril.
4. Sarung
tangan steril.
5. Dua
buah kom berisi larutan aquades atau NaCl 0,9 % dan berisi larutan desinfektan.
6. Kassa
steril.
7. Kertas
tisu.
Prosedur
Kerja
1. Cuci
tangan.
2. Jelaskan
prosedur yang akan dilaksanakan.
3. Atur
posisi pasien dengan posisi terlentang dengan kepala miring kearah perawat.
4. Gunakan
sarung tangan.
5. Hubungkan
kateter penghisap dengan selang panghisap.
6. Hidupkan
mesin penghisap.
7. Lakukan
penghisapan lendir dengan memasukkan kateter penghisap ke dalam kom berisi
aquades atau NaCl 0,9 % untuk mencegah trauma mukosa.
8. Masukkan
kateter penghisap dalam keadaan tidak menghisap.
9. Tarik
dengan memutar kateter penghisap sekitar dari 3-5 detik.
10. Bilas
kateter dengan aquades atau NaCl 0,9 %.
11. Lakukan
hingga lendir bersih.
12. Catat
respons yang terjadi.
13. Cuci
tangan
(Hidayat,
AAA dan Uliyah, M, 2005).
BAB
III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan.
Kebutuhan
oksigenasi merupakan salah satu kebutuhan dasar pada manusia yaitu
kebutuhan fisiologis. Pemenuhuan kebutuhan oksigenasi ditujukan untuk menjaga
kelangsungan metabolisme sel tubuh, mempertahankan hidupnya, dan melakukan
aktivitas bagi berbagai organ atau sel. Oksigenasi adalah memberikan aliran gas
oksigen (O2) lebih dari 21 % pada tekanan 1 atmosfir sehingga konsentrasi
oksigen meningkat dalam tubuh.
Banyak sekali
faktor – faktor yang dapat mempengaruhi kebutuhan oksigenisasi seseorang. Bisa
dari sistem tubuh, lingkungan, gaya hidup, dll. Dan ada beberapa cara yang dapat
membantu menyembuhkan kelainan pada ganaguan kebutuhan oksigenisasi.
3.2 Saran.
Dari pemaparan diatas,
kami memberikan saran dalam ilmu kesehatan khususnya ilmu keperawatan penting
sekali memahami dan mahir memenuhi kebutuhan oksigenasi klien
dalam asuhan keperawatan secara
tepat agar terhindar dari kesalahan dalam tindakan baik itu dirumah sakit
maupun di masyarakat yang berkaitan dengan pelayanan kesehatan.
DAFTAR
PUSTAKA
Hidayat,
A.Aziz Alimul, 2006, Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia Aplikasi Konsep dan
Proses Keperawatan, Jakarta: Salemba Medika
Joyce, K
& Everlyn, R.H. (1996). Farmakologi Pendekatan Proses Keperawatan. Jakarta
: EGC
Mubarak,Iqbal wahit,2008,Buku Ajar Kebutuhan Dasar
Manusia Teori dan Aplikasi Dalam Praktik,Jakarta : EGC
(Di akses pada tanggal 12 Oktober 2014 Pukul 14.15
WIB).
0 komentar:
Posting Komentar