Blog ini di buat untuk sekedar share ilmu khususnya ilmu keperawatan yang telah saya dapatkan dari berbagai sumber. Mungkin masih banyak kekurangan dan kesalahan dalam materi yang di posting di blog ini untuk itu mohon masukan dan kritikannya dan jangan lupa kalau copas disertakan yah url blognya sebagai referensi hehehe. (Semoga bermanfaat).

Sabtu, 25 Juli 2015

HAMBATAN DALAM KOMUNIKASI TERAPEUTIK

BAB I
PENDAHULUAN
1.1    Latar Belakang
            Komunikasi adalah instrumen dasar dari interaksi manusia yang memungkinkan seseorang untuk melakukan kontak dengan orang lain karena komunikasi dilakukan oleh seseorang setiap hari baik disadari maupun tidak. Di dunia kesehatan, terutama pada saat menghadapi klien, seorang perawat juga harus mengadakan suatu komunikasi agar informasi yang ada dapat tersampaikan dengan baik. Terutama informasi yang berkenaan dengan kebutuhan klien akan asuhan keperawatan yang akan diberikan. Oleh karena itu, komunikasi adalah faktor yang paling penting ,yang digunakan untuk menetapkan hubungan antara perawat dengan klien.
Namun, seringkali informasi yang seharusnya sampai kepada orang yang membutuhkan, ternyata terputus di tengah jalan akibat tidak efektifnya suatu komunikasi yang dilakukan. Pada komunikasi terapeutik antara perawat dengan klien, hal tersebut dapat mungkin terjadi karena disebabkan oleh berbagai hal. Hal –hal tersebut tidak hanya berasal dari klien saja, tetapi juga dapat disebabkan oleh pola komunikasi yang salah yang dilakukan oleh perawat. Komunikasi yang tidak efektif juga dapat disebabkan kegagalan pada proses komunikasi itu sendiri. Kegagalan itu dapat terjadi pada saat pengiriman pesan, penerimaan pesan, serta pada kejelasan pesan itu sendiri (Edelman, 2002).

1.2    Rumusan Masalah
           Bagaimana hambatan dalam proses komunikasi terapeutik dan analisa proses interaksi itu ?

1.3    Tujuan
Makalah ini di buat dengan  tujuan agar mahasiswa, tenaga kesehatan atau tenaga medis dapat memahami hambatan dalam proses komunikasi terapeutik dan analisa proses interaksi .


1.4    Manfaat
Makalah ini di buat oleh kami agar kami memahami dan mengaplikasikan langsung dalam proses keperawatan hususnya tentang hambatan dalam proses komunikasi terapeutik dan analisa proses interaksi.





























BAB II
PEMBAHASAN

A. Hambatan Dalam Proses Komunikasi Terapeutik.
2.1    Resistens
Resistens merupakan upaya klien untuk tidak menyadari aspek dari penyebab cemas atau kegelisahan yang dialami. Ini juga merupakan keengganan alamiah atau penghindaran secara verbal yang dipelajari. Klien yang resisten biasanya menunjukkan ambivalensi antara menghargai tetapi juga menghindari pengalaman yang menimbulkan cemas padahal hal ini merupakan bagian normal dalam proses terapeutik. Resisten ini sering akibat dari ketidaksesuaian klien untuk berubah ketika kebutuhan untuk berubah telah dirasakan. Perilaku resisten biasanya diperlihatkan oleh klien pada fase kerja, karena pada fase ini sangat banyak berisi proses penyelesaiaan masalah (Stuart danSundeen dalam Intan. 2005).
Beberapa bentuk resistensi (Stuart dan Sundeen , 1995)
a.     Supresi dan represi informasi yang terkait
b.     Intensifikasi gejala
c.     Devaluasi diri serta pandangan dan keputusasaan tentang masa depan
d.    Dorongan untuk sehat, yang terjadi secara tiba-tiba tetapi hanya kesembuhan yang bersifat sementara
e.   Hambatan intelektual yang mungkin tampak ketika klien mengatakan ia tidak mempunyai pikiran apapun atau tidak mampu memikirkan masalahnya, saat ia tidak memenuhi janji untuk pertemuan atau tiba terlambat untuk suatu sesi, lupa, diam, atau mengantuk
f.     Pembicaraan yang bersifat permukaan/ dangkal
g. Penghayatan intelektual dimana klien memverbalisasi pemahaman dirinya dengan menggunakan istilah yang tepat namun tetap berprilaku maladaptive, atau menggunakan mekanisme pertahanan intelektualisasi tanpa diikuti penghayatan
h. Muak terhadap normalitas yang terlihat ketika klien telah mempunyai penghayatan tetap menolak memikul tanggung jawab untuk berubahdengan alas an bahwa normalitas adalah hal yang tidak penting
i.  Reaksi transference (respon tidak sadar dimana klien mengalami perasaan dan sakit terhadap perawat yang pada dasarnya terkait dengan tokoh dengan kehidupan yang dulu)
j.  Perilaku amuk atau tidak rasional

2.2  Transference
Transference merupakan respon tak sadar berupa perasaan atau perilaku terhadap perawat yang sebetulnya berawal dari berhubungan dengan orang-orang tertentu yang bermakna baginya pada waktu dia masih kecil (Stuart dan Sundeen , 1995)
Reaksi transference membahayakan untuk proses terapeutik hanya bila hal ini diabaikan dan tidak ditelaah oleh perawat. Ada dua jenis utama reaksi transference yaitu reksi bermusuhan dan tergantung.

Contoh reaksi transference bermusuhan (Intan, 2005) :
Bungkus (15 tahun) adalah klien yanag dirawat dirumah sakit karena demam berdarah. Tanpa sebab yang jelas klien ini marah-marah kepada perawat Gengki. Setelah dikaji, ternyata Gengki ini mirip pacar si Bungkus yang pernah menyakiti hatinya. Hal ini dikarenakan klien mengalami perasaan dan sikap terhadap perawat yang pada dasarnya terkait dengan tokoh kehidupan yang lalu.

Contoh reaksi transference tergantung ( Intan, 2005) :
Seorang klien, Sinchan (18 tahun), dirawat oleh perawat bidadari. Perawat itu mempunyai wajah dan suara mirip Ibu klien, sehingga dalam setiap tindakan keperawatan yang harus dilakukan selalu meminta perawat bidadari yang melakukannya.

2.3    Coutertransference
Coutertrasference merupakan kebutuhan terapeutik yang di buat oleh perawat dan bukan oleh klien. Hal ini dapat mempengaruhi hubungan perawat-klien.
Beberapa bentuk countransference Stuart dan Sundeen dalamIntan, 2005):
a.  Ketidakmampuan berempati terhadap klien dalam masalah tertentu.
b.  Menekan perasaan selama  atau sesudah sesi.
c.  Kecerobohan dalam mengimplementasikan kontrak dengan datang terlambat, atau melampaui waktu yang telah ditentukan.
d.  Mengantuk selama sesi.
e.  Perasaan marah atau tidak sabar karena ketidak inginan klien untuk  berubah.
f.   Dorongan terhadap ketergantungan, pujian atau efeksi klien.
g.  Berdebat dengan klien atau kecendrungan untuk memaksa klien sebelum ia siap.
h. Mencoba untuk menolong klien dalam segala hal tidak berhubungan dengan tujuan keperawatan yang telah diidentifikasi.
i.   Keterlibatan dengan klien dalam tingkat personal dan sosial.
j.   Melamunkan atau memikirkan  klien.
k.  Fantasi seksual atau agresi yang diarahkan kepada klien.
l.   Perasaan cemas, gelisah atau  persaan bersalah terhadap kien
m.  Kecendrungan untuk memusatkan secara berulang hanya pada satu aspek atau cara memandang pada informasi yang  di berikan klien.
n.   Kebutuhan untuk mempertahankan intervensi keperawatan dengan klien.

Reaksi coutrtrasference biasanya dalam tiga bentuk (  Stuart danSundeen dalam Intan, 2005):
a.   Reaksi sangat mencintai atau “caring”.
            Perawat Dono melakukan perawatan pada klien dini dengan cara yang berlebih-lebihan yaitu dengan cara ,masih berlama-lama mengobrol dengan klien tersebut padahal masih banyak klien yang perlu di tangani.perawat Dono juga mencoba menolong klien dengan segala hal yang tidak berhubungan dengan tujuan yang telah diidentifikasi.
b.   Reaksi sangat bermusuhan.
Perawat Dora mempunyai klien yang sangat Menjenkelkan.Derry (25 tahun) Derry ini selalu marah-marah dan menjengkelkan perawat Dora sangat dendam pada klienini dan selalumengacuhkan Derry meskipun dia membutuhkan pertolongan
c.   Reaksi sangat cemas sering kali di gunakan sebagai respon terhadap resistensi.

Lima cara mengidentifikasikan terjadi countertransference (StuartG.Wdalam Suryani,2006):
a.    Perawat harus mempunyai standaryang sama terhadap dirinya sendiriatas apa yang di harapkan kepada kliennya.
b.   Perawat harus menguji diri sendiri melalui latihan menjalin hubungan, terutama ketika klien menentang atau mengeritik.
c.    Perawat harus dapat menemukan sumber masalahnya.
d.   Ketika countertrasference terjadi, perawat harus dapat melatih diri untuk mengontrolnya.
e.    Jika perawat membutuhkan pertolongan dalam mengatasicountertransference, pengawasan secara individumaupun kelompok dapat lebih membantu.

2.4  Pelanggaran batas.
Perawat perlu membatasi hubungannya dengan klien. Batas hubungan perawat-klien adalah bahwa hubungan yang di bina adalah hubungan terapeutik,dalam hubungan ini perawat berperan sebagai penolong dan klien berperan sebagai yang di tolong. Baik perawat maupun klien harus menyadari batas tersebut (Suryani, 2006).
            Pelanggaran batas terjadi jika perawat melampaui batas hubungan yang terapeutik dan membina hubungan sosial, ekonomi, atau personal dengan klien.
            Beberapa batas hubungan perawat dank lien (stuart dansundeen, dalam Intan, 2005)
a.    Batas peran
Masalah batas peran ini memerlukan wawasan dan pengetahuan yang luas dari perawat serta penentuan secara tegas mengenai batas-batas terapeutik perawat dan klien.
b.   Batas waktu
     Penetapan waktu perlu dilakukan dimana perawat mengadakan hubungan terapeutiknya dengan klien. Waktu pengobatan atau hubungan terapeutik yang tidak wajar dan tidak mempunyai tujuan terapeutik harus dievaluasi kembali untuk mencegah terjadinya pelanggaran batas.
c.    Batas tempat dan ruang
     Misalnya wawancara dimana? Kapan dan berapa lama?
     Batas ini biasanya berhubungan dengan perawatan yang dilakukan . Pemanfaatan terapeutik diluar kebiasaan misalnya dimobil atau dirumah klien, harus dengan tindakan terapeutik yang rasional dan mempunyai tujuan yang jelas. Perawat tidak di perbolehkan t dalam melakukan tindakan dikamar klien kadang perlu menghormati batas-batas tertentu misanya pintu terbuka atau ada pegawai yang lain. 
d.   Batas uang
   Batas ini berhubungan dengan penghargaan klien dengan perawat berupa uang. Disini juga perluadanya perhatian mengenai tawar-menawar terhadap klien miskin tentang biaya pengobatan untuk mencegah timbulnya pelanggaran batas.
e.    Batas pemberian hadiah dan pelayanan
     Masalah ini controversial dalam keperawatan, namun yang pasti hal ini melanggar batas.
f.    Batas pakaian
     Batas ini berhubungan dengan kebutuhan perawat dalam berpakaian secara tepat dalam hubungan terapeutik perawat dank lien. Dimana perawat tidak diperbolehkan memakai pakaian yang tidak sopan.
g.   Batas bahasa  ;
     Perawat perlu memperhatikan nada bicara dan pilihan kata ketika komunikasi dengan klien. Tidak terlalu akrab, mengarah sikap seksul dan memberikan pendapat dengan nada menggurui merupakan pelanggaran batas.

h.   Batas pengungkapan diri secara personal;
     Mengungkapkan  diri secara personal dari perawat yang tidak berhubungan dengan tujuan terapeutik dapat mengarah kepada pelanggaran batas.
i.     Batas kontak fisik;
     Semua kontak fisik dengan klien harus dievaluasi untuk melihat apakah melanggar batas atau tidak. Beberapa jenis kontak fisik/ seksual terhadap kien yang tidak pernah tercangkup dalam hubungan terpeutik antara perawat dengan klien.
    
             Untuk mencegah terjadinya pelanggaran batas dalam berhubungan dengan klien, perawat sejak awal interkasi perlu menjelaskan atau membuat kesepakatan bersama klien tentang hubungan yang mereka jalin. Kemudian selama berinteraksi perawat harus berhati-hatidalam berbicara agar tidak banyak terlibat dalam komunikasi sosial. Dengan selalu berfokus pada tujuan interaksi, perawat bisa terhindar daripelanggaran terhadap batas-batas dalam berhubungan dengan klien.selalu mengingatkan kontrak dan tujuan interaksi setiap kali bertemu dengan klien juga dapat menghindari pelanggaran batas ini.(Suryani 2006).
Contoh pelagggaran batas yaitu (Intan 2005):
-          Klien mengajak makan perawat siang atau maka malam  di luar.
-          Klien memperkenalkan perawat pada keluarganya.
-          Perawat menerimah pemberian hadiah dari bisis klien.
-          Perawat menghadiri  acara-acara  sosial.
-          Klien member perawat hadiah.
-          Perawat secara rutin memeluk dan memegang klien.
-          Perawat menjalankan bisnis atau memesan pelayanan dari klien.
-          Perawat secara teratur memberi informasi personal kepada klien.
-          Hubungan professional berubah menjadi hubungan sosial.
-          Perawat menghadiri undangan klien.

2.5  Pemberian hadiah
Pemberian hadia merupakan masalah yang kontroversial dalam keperawatan. Disatu pihak ada yang menyatakan bahwa pemberian hadiah dapat membantu dalam mencapai tujuan terapeutik, tapi dipihak lain ada yang menyatakan bahwa pemberian hadiah bisa merusak hubungan terapeutik.
Hadiah dapat dalam berbagai bentuk misalnya yang nyata seperti sekotak permen, rangkaian bunga, rajutan atau lukisan. Sedangkan yang tidak nyata bisa berupa ekspresi ucapan terima kasih dari klien kepada perawat sebagai orang yang akan meninggalkan rumah sakit atau dari anggota keluarga yang lega dan berterima kasih atas bantuan perawat dalam meringankan beban emosional klien.

2.6  Cara mengatasi hambatan komunikasi
Untuk mengatasi hambatan teurapeutik, perawat harus siap mengungkapkan perasaan emosional yang sangat kuat dalam konteks hubungan perawat -pasien. Awalnya , perawat harus mempunyai pengetahuan tentang hambatan teurapeutik dan mengenali prilaku yang menunjukkan adanya hambatan tersebut. Kemudian perawat dapat mengklarifikasi dan mengungkapkan perasaan serta isi agar lebih berfokus secara objektif pada apa yang sedang terjadi.
Latar belakang prilaku dikaji, baik pasien (untuk reaksi resistens dan transferensa) atau perawat (untuk reaksi kontertransferens dan pelanggaran batasan) bertanggung jawab terhadap hambatan teurapeutik dan dampak negatifnya pada proses teurapeutik. Terakhir, tujuan hubungan, kebutuhan, dan masalah pasien ditinjau kembali. Hal ini dapat membantu perawat untuk membina kembali kerja sama teurapeutik yang sesuai dengan proses hubungan perawat-pasien.
B. Analisa Proses Interaksi
2.7  Pengertian
Analisa proses interaksi (API) (the interactional process analysis) merupakan alat kerja yang dipakai perawat (mahasiswa) untuk memahami interaksi yang terjadi antara perawat dan klien.

2.8 Tujuan API
1. Meningkatkan kemampuan mendengar
2. Meningkatkan kemampuan berkomunikasi
3. Memberi dasar belajar artinya berupa alat untuk mengkaji kemampuan perawat (mahasiswa) dalam berinteraksi dengan klien, dan data bagi CI / supervisor / pembimbing untuk memberi arahan
4.  Meningkatkan kepekaan perawat terhadap kebutuhan klien, serta mempermudah perkembangan dan perubahan pendekatan perawat
5. Membantu perawat merencanakan tindakan keperawatan

Analisa Proses Interaksi (API)
      Pencatatan dan pelaporan merupakan alat komunikasi antar tim keperawatan dan tim kesehatan
      Aspek yang penting dicatat dan dilaporkan dalam keperawatan jiwa adalah pola perilaku dan hubungan interpersonal perawat-klien.
   Ada 3 macam catatan :
-    Catatan perkembangan (proses keperawatan)
-    Catatan hubungan perawat-klien
-    Catatan resume
   Catatan hubungan P-K adalah interaksi yang terjadi selama perawat berhubung individual klien, kelompok klien, pada terapi modalitas keperawatan.
   Catatan hubungan P-K secara verbal dapat berupa :
-    Video tape; tape recording
-    Catatan secara garis besar
-    Catatan interaksi
   Analisa proses interaksi merupakan alat kerja yang dipakai perawat (mahasiswa) untuk memahami interaksi yang terjadi antara perawat dan klien.
      Semua pasien dapat dilakukan API.

2.9 Komponen API :
1. Komunikasi verbal dan non-verbal perawat dan klien
2. Analisa dan identifikasi perasaan perawat serta kemungkinan komunikasi yang dapat dilakukan perawat
3. Analisa dan identifikasi persepsi perawat terhadap emosi dan komunikasi klien
4. Analisa makna dan rasional dari komunikasi
5. Kesan atau evaluasi terhadap efektivitas dari komunikasi berdasarkan data 1 sampai dengan 4
6. Rencana lanjutan tindakan keperawatan



ANALISA PROSES INTERAKSI

Inisial klien                                          :                                   Nama mahasiswa:
Status interaksi perawat-klien             :                                   Tanggal            :          
Lingkungan                                          :                                   Jam                  :
Deskripsi klien                                     :                                   Ruang              :
Tujuan (berorientasi pada klien)          :


Komunikasi Verbal
Komunikasi Non Verbal
Analisa berpusat pada perawat
Analisa berpusat pada klien
Rasional
P …………………
P …………………
K ………………..
P …………….
K …………………
………
K …………………..
K ………................
P ………………..
P ……………..
K …………………
P ……………….
P ………………..
K ……………….
P …………
K ………………
………..
Dst …………….

Keterangan :
1.  Inisial klien : tulis inisial bukan nama lengkap
2.  Status interaksi : pertemuan ke berapa dan fase berhubungan
3.  Lingkungan :
- Tempat interaksi
- Situasi tempat interaksi
- Posisi mahasiwa dan klien
4.  Deskripsi klien : penampilan umum klien.

5.  Tujuan :
- Tujuan yang akan dicapai dalam interaksi selama 20-30 menit
- Tujuan ini berpusat pada klien
- Tujuan terkait dengan proses keperawatan klien
6.  Komunikasi verbal : ucapan verbal perawat dan klien
7.  Komunikasi non verbal : non verbal klien dan perawat pada saat bicara atau saat mendengar
8.  Analisa berpusat pada perawat :
Pusatkan analisa proses yang berhubungan dengan komponen sebagai berikut :
a.    Perasaan sendiri
Perawat waspada tentang respon perasaan sendiri & menunjukkan peningkatan kemampuan untuk menjelaskan riwayat / latar belakang dan analisa, apa dan mengapa perasaan itu muncul.
b.    Tingkah laku non verbal
Cari / kenali, diskusikan dan analisa tingkah laku non verbal diri sendiri
c.    Isi pembicaraan yang muncul dan terselubung
Cari / kenali, bedakan dan diskusikan teknik komunikasi yang digunakan
d.    Tujuan interaksi
  Perawat berperan sebagai apa ? dan pasien sebagai apa ?
  Apa anggapan perawat tentang kejadian yang telah terjadi ?
  Bagaimana seharusnya mereka berinteraksi ?
  Bagaimana proses ?


9.  Analisa berpusat pada klien :
Pusatkan analisa proses interaksi pada komponen sebagai berikut :
a.    Tingkah laku non verbal
Cari / kenali, diskusikan dan analisa tingkah laku non verbal klien
b.    Isi pembicaraan yang muncul dan terselubung (latent)
Cari / kenali, bedakan dan diskusikan
c.    Perasaan klien
Temukan / cari arti tingkah laku klien, identifikasi dan diskusikan keadaan perasaan klien, bagaimana perasaan klien dipengaruhi oleh perawat
d.    Kebutuhan klien
Cari kebutuhan klien dengan menggunakan data dari interkasi yang baru terjadi, interaksi sebelumnya, riwayat klien dari teori.
10. Alasan teori (rasional)
Sintesa dan terapan teori pada proses interpersonal : berikan alasan teoritis intervensi anda atau intervensi lain dan tunjukkan peningkatan kemampuan dalam mendiskusikan tingkah laku klien dalam rangka teori psikodinamika, teori adaptasi, setiap teori-teori lain yang dikenal.






BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
              Komunikasi terapeutik merupakan tanggung jawab moral seorang perawat serta salah satu upaya yang dilakukan oleh perawat untuk mendukung proses keperawatan yang diberikan kepada klien. Komunikasi terapeutik bertujuan untuk mengembangkan pribadi klien ke arah yang lebih positif atau adaptif dan diarahkan pada petumbuhan klien. Komunikasi terapeutik tidak sama dengan komunikasi sosial. Komunikasi sosial tidak mempunyai tujuan tertentu dan biasanya pelaksanaan komunikasi ini terjadi begitu saja. Sedangkan komunikasi terapeutik mempunyai tujuan dan berfungsi sebagi terapi bagi klien. Karena itu, pelaksanaan komunikasi terapeutik harus direncanakan dan terstruktur dengan baik.
Analisa proses interaksi (API) (the interactional process analysis) merupakan alat kerja yang dipakai perawat (mahasiswa) untuk memahami interaksi yang terjadi antara perawat dan klien.

3.1  Saran
  1. Untuk dapat melakukan pendekatan yang efektif terhadap klien perawat hendaknya mengetahui strategi yang tepat dalam menggunakan komunikasai terapeutik.
  2. Perawat harus menciptakan sebuah perencanaan dan struktur yang baik dalam pelaksanaan komunikasi terapeutik.
  3. Dalam melakukan komunikasa dengan klien perawat harus menghargai keunikan setiap klien.

DAFTAR PUSTAKA

Alimul A.A. 2003. Riset Keperawatan & Tehnik Penulisan Ilmiah. Jakarta: Pernerbit Salemba Medika.
Ellis R.B & Gates R.J. 2000. Komunikasi Interpersonal dalam Keperawatan(terjemahan). Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Wahyuni Arti. 2004. Hubungan Antara Karakteristik Perawat Dengan Motivasi Perawat Dalam Menerapkan Komunikasi Terapeutik. Semarang.
http://healthyusandart.blogspot.com/2013/01/hambatan-dalam-komunikasi-terapeutik.html

(Di akses pada tanggal 29 Mei 2014).

0 komentar:

Posting Komentar

 
Copyright © . BEING AS NURSE - Posts · Comments
Theme Template by BTDesigner · Powered by Blogger